Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21: Little princess
"Raz, jika kau melihat kakak iparmu bilang padanya aku pergi sebentar," ujar Ady yang kini siap dengan pakaian santainya dengan di lapisi oleh jaket kulit warna hitam miliknya.
"Abang mau pergi kemana malam-malam seperti ini?" heran Razka.
"Ada urusan di rumah sakit," ujar Ady dan segera memasuki mobilnya.
Razka hanya terdiam di ambang pintu, keningnya mengerut menatap kepergian abangnya itu.
Puk!
Razka menoleh, dia melihat Edgar yang datang menghampirinya.
"Kenapa kau disini? ayo kita kerjakan pr kita," ajak Edgar.
Razka mengangguk, dia dan Edgar kembali memasuki kamar mereka untuk mengerjakan pr.
Sementara Ady, pria itu kini memarkirkan mobilnya di sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang beberapa minggu lalu menjadi tempat istri serta kakaknya melahirkan keturunan Dominic.
Ady berjalan memasuki rumah sakit, tujuannya adalah ruang kepala rumah sakit.
Cklek!
"Oh, tuan muda?" kaget seorang pria ketika melihat Ady yang masuk tanpa mengetuk pintu.
Ady berjalan mendekati pria itu, dia duduk di hadapannya dan menatap pria itu dengan datar.
"Ada apa tuan muda da ...,"
"Saya berhenti menjadi investor di rumah sakit ini," ujar Ady.
Pria itu tampak kaget, "Ma-maksud tuan muda bagaimana yah?"
Ady memutar bola matanya, sebelumnya dia telah mengatakan akan bertemu dengan pria di depannya ini. Namun, berbagai alasan pria itu tak ingin menemuinya sehingga kasus Alea waktu itu harus tertunda hingga kini.
"Apa kau tidak bisa berbahasa manusia? ah, sayang sekali aku tidak bisa bahasa binatang," ujar Ady dengan sinis.
"Apa maksud anda tuan? kenapa anda berkata seperti itu?" kesalnya.
"Seorang kepala rumah sakit, pemimpin rumah sakit ini masih bisa jadi penjilat seperti 4njing. Kau seorang dokter, nyawa lebih penting dari apapun. 4 minggu yang lalu, tepatnya hari kamis ada seorang wanita yang melahirkan bayi perempuan prematur. Kau menghalanginya untuk melakukan oprasi hanya karena biaya?" terang Ady.
Pria itu tampak berpikir kapan kejadian itu terjadi, sedetik kemudian dia teringat. Setelahnya dia tampak menatap Ady takut.
"Tuan, saya ingin menghindari hal yang mungkin saja bisa terjadi seperti ...,"
"Kehilangan nyawa maksudmu? jika saja aku terlambat tahu soal ini, aku tidak yakin jika istri dan putriku akan selamat. Dan ku pastikan kau akan mendekam seumur hidup di penjara tanpa makan apapun!" dingin Ady.
Pria itu tampak membulatkan matanya, dia benar-benar tidak tahu jika Alea adalah istri Ady.
"Is-istri? maaf tuan, saya tidak tahu jika dia istri anda. Bukankah anda belum menikah?" herannya.
"Alea, nama pasien itu adalah istri saya. Dia hampir kehilangan nyawanya karena dirimu! jika dia tidak ada bukan hanya saya yang menjadi duda, tetapi putri saya akan tumbuh dengan gelar piatu!" tekan Ady.
Tugas dokter adalah menyelamatkan nya pasiennya, tetapi pria tersebut malah menahan membantu Alea dan membiarkan Edgar remaja berumur 15 tahun itu untuk mencari biaya operasi agar sang kakak secepatnya di operasi.
Ady begitu marah saat tahu cerita itu dari Edgar, dia pun menyuruh asistennya agar membuat janji dengan pria di depannya. Namun, pria itu terus mengatakan jika dirinya tidak ada di rumah sakit.
"Ingat ini Dokter Andi, aku berhenti jadi investor di rumah sakit ini. Kau tahu kan apa yang akan terjadi?" tanya Ady.
"Tuan muda kita bisa bicara ...,"
"Jika saat itu anak dan istriku tidak selamat, apa aku bisa bicara denganmu agar kau mengembalikan mereka?" sindir Ady.
Dokter Andi gelagapan, dia akan menghentikan Ady yang akan segera beranjak. Namun terlambat, Ady segera pergi dari ruangannya sambil membanting pintu dengan keras.
"Bagaimana ini?" gumam Andi.
Sedangkan Ady, pria itu tengah menahan amarahnya. Dia tidak bisa membayangkan jika istri dan anaknya tidak selamat. Putri yang ada di rumahnya dan sedang nyenyak tertidur itu akan tiada meninggalkannya. Sungguh dia tidak bisa membayangkan hal pahit itu akan terjadi dan bagaimana penyesalan itu.
Dertt!
Dertt!
Ady mengangkat ponselnya yang berbunyi, dia menggeser tombol hijau dan menempelkan beda pipih itu di telinganya.
"Ya ada apa?" tanya Ady.
"Kau ada dimana? Ara terbangun dan terus menangis, aku sudah memberinya susu tapi dia tidak mau. Aku cek popoknya juga tidak ada yang masalah, aku takut,"
Ady merasakan jika Alea sungguh takut terhadap kondisi putri mereka. Terdengar jelas dari mada suara Alea yang bergetar, maklum karena ini adalah bayi pertama mereka dan pengalaman pertama.
"Aku lagi di jalan pulang, coba minta mamah untuk menenangkannya," ujar Ady.
"sudah, semuanya sudah membujuknya tetapi Ara tidak mau diam. Bahkan wajahnya sudah sangat merah, sedari tadi dia batuk akibat terus menangis," terang Alea.
Ady pun mematikan ponselnya, dia memasuki mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan lumayan tinggi.
Seoang beberapa waktu, Ady sudah sampai di depan rumahnya. Dia langsung memasuki rumah tanpa membawa mobil ke garasi, kini pikirannya hanya fokus pada sang putri.
Telinga Ady mendengar tangisan sang putri yang terasa begitu memilukan, dia segera berlari menuju kamarnya dan ternyata benar. Alea dan lainnya sedang berada di kamarnya berusaha menenangkan Ara.
"Itu, ayah datang. Ayah datang," seru Amanda pada cucunya.
Alea yang melihat Ady segera memberikan Ara pada Ady, Ad pun membawa putri kecilnya itu dalam gendongannya.
"Ada apa sayang? kenapa menangis hm?" ujar Ady sembari menepuk punggung kecil putrinya.
Ara langsung terdiam ketika suara Ady mengalun di telinganya, Ady pun meminta susu Ara pada istrinya.
Dengan cekatan Ady menidurkan Ara di lengannya, dia mengambil botol susu yang berada di tangan Alea dan memberikan pada putrinya.
"Edgar, Razka sebaiknya kalian tidur. Besok kalian harus sekolah bukan? terima kasih susah membantu kakak," ujar Alea pada dua remaja itu.
Edgar dan Razka mengangguk. Mereka pun kembali ke kamarnya.
"Eyang sama kakek ke kamar saja, Alea tahu kalian lelah. Maaf jika Ara merepotkan," ujar Alea yang merasa tidak enak.
"Tentu tidak, Alea cicit kami jelas tidak merepotkan," ujar Naura mewakili suaminya yang hanya diam.
Alea tersenyum, Naura dan Robert pun kembali ke kamar.
"Mamah sama papah ke kamar yah, kalau butuh apapun lagi panggil saja kami," ujar Amanda.
"Iya mah terima kasih banyak, maaf juga pah menganggu tidur papah," ujar Alea.
"Tidak apa nak, yasudah kami kembali dulu," ujar Ethan.
Kini di kamar Ad hanya tersisa Alea yang tengah membereskan mainan putrinya. Tadi dia gunakan mainan itu agar menarik perhatian Ara , hanya saja sepertinya tidak mempan bagi Ara yang menginginkan ayahnya.
"Kau berteriak berapa lama hm? sampai haus seperti itu?" ujar Ady pada putrinya yang sedang menyusu.
Alea yang melihat hal itu menjadi bersalah, dia merasa jika dulu dia telah egois tak memberikan Ady seorang anak hanya karena karirnya.
Jika saja dia tak tergila-gila dalam mencapai karir, pasti mereka bahagia saat tau Alea hamil.
"Kau tidak tidur?" tanya Ady pada Alea yang tengah melamun.
"Ehm itu ... aku ingin memompa asi dulu, stok susu Ara sudah habis," ujar Alea.
Ady mengangguk, tatapannya kembali pada Ara yang sudah pulas tertidur.
"Little princess," gumam Ady.
___________
Maafkan author yang tidak up kemarin😓😓, kemarin author bener-bener gak enak badan rasanya ngelihat layar hp itu pusing banget.
jadi sorry gaes😫😫😫
Jaga & lebih hargai suami kamu ya..