~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Peduli
Fajar meletakkan Senja di ranjang UKS dengan perlahan. Ia memandangi wajah gadis itu yang terbilang tirus. Bibirnya yang kecil, bulu mata lentik, serta hidungnya yang mancung.
"Lo cantik, tapi sayangnya ngeselin." ucap Fajar dan kemudian ia tersadar lalu menepuk bibirnya.
"Apaan si gue" katanya kembali.
Tak lama kemudian datang seorang guru yang biasanya menjaga UKS, Bu Gea namanya.
"Senja kok bisa pingsan ?" tanya Bu Gea.
"Tadi dia maju Bu, nggak bawa topi."
"Ya ampun. Yaudah kamu balik aja ke kelas, biar Senja Ibu yang urus."
"Iya Bu, kalo gitu saya permisi." Bu Gea menganggukkan kepalanya.
Perempuan paruh baya itu mendekat ke arah Senja. Beliau lalu mendekatkan minyak kayu putih yang sudah ada ditangannya ke hidung Senja. Setelahnya Senja terbangun.
"Bu Gea" ucap Senja saat terbangun dari pingsan.
"Senja, kok kamu bisa pingsan si ?"
"Anu Bu, saya belum sarapan he he." cengirnya dan dibalas gelengan kepala oleh Bu Gea.
"Lain kali, kamu jangan sampai lewatin sarapan. Tau sendiri kan, kalo efeknya bisa seperti ini."
"Iya Bu"
"Oh ya, kok kamu tumbenan si gak bawa topi ?"
"Lupa Bu, tadi aja saya berangkat buru-buru."
"Kamu telat ?"
"Enggak si he he"
"Kamu tuh ya, saking disiplinnya sampai lupa segala hal." Senja tersenyum malu.
"Yaudah, mending sekarang kamu isi perut dulu. Minta izin guru yang ngajar pasti boleh kok."
"Nggak ah Bu, gak enak. Lagipula saya habis ini harus ke BK dulu."
"Gak papa kamu izin aja buat makan"
"Nggak Bu"
"Kamu keras kepala banget ya. Apa Ibu aja yang omongin ?" tawar Bu Gea, namun tetap saja Senja menolak. Gadis itu merasa tidak enak jika harus merepotkan orang lain.
"Yasudahlah terserah kamu"
"He he... Makasih Bu. Kalo gitu saya pamit ke BK." Bu Gea tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Guru-guru memang terkenal baik dengan Senja. Bagaimana tidak, gadis itu pintar, ramah, serta sopan santun terhadap guru.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
Senja mengetuk pintu yang bertuliskan Ruang BK. Sebenarnya jantung Senja sudah berdisko ria, ia tak tau akan mendapat respon seperti apa nanti. Semoga saja tidak buruk, harapnya.
"Iya masuk" suara Pak Boni menyahuti ketukan pintu barusan.
"Mm, permisi Pak"
"Oh, kamu Senja."
"Iya Pak"
"Silahkan duduk dulu"
"Terima kasih Pak" Pak Boni mengangguk.
"Saya agak terkejut tadi kamu maju ke depan. Kenapa ?" tanya Pak Boni to the point.
"Saya lupa Pak"
"Bukan alasan klasik kan ?
"Tidak kok Pak, saya benar-benar serius."
"Saya tau kamu tidak seperti murid yang lainnya. Lain kali jangan sampai lupa bawa topi ya !!" Senja mengangguk mengiyakan.
"Kamu berarti berangkat telat terus buru-buru sampai lupa bawa topi ?"
"Tidak Pak, saya sampai di sekolah jam setengah 7 lebih padahal, dan teman-teman juga belum banyak yang datang. Tapi memang saya terburu-buru sih." Senja tersenyum kikuk.
"Oalah begitu. Senja, disiplin itu memang penting, tapi ya pastikan dulu gitu lho barang-barang sekolah kamu itu sudah lengkap atau belum."
"He he iya Pak, lain kali saya akan lebih teliti lagi."
"Sip kalo begitu. Sekarang kamu boleh kembali ke kelas."
"Iya Pak terima kasih. Saya permisi."
"Huft" Senja menghembuskan nafasnya lega. Kini ia berjalan untuk masuk ke kelas.
Di kelas sudah ada Bu Ana yang mengajar, Senja mengetuk pintu kelas dengan sopan dan mengucap salam.
Bu Ana melihat ke arah Senja, sedangkan para siswi sudah berbisik tetangga.
"Maaf Bu, saya habis dari UKS dan juga BK."
"Tidak apa-apa Senja. Sekarang kamu boleh duduk. Oh ya, kamu juga boleh sambil makan bekal ya." ucap Bu Ana sembari mengecilkan perkataanya pada kalimat terakhir. Senja tersenyum kikuk dan kemudian melangkah menuju tempat duduknya.
Ini pasti Bu Gea yang bilang. Tapi tak apalah, artinya beliau peduli bukan. Terima kasih Tuhan, walau mungkin tidak ada yang mau berteman dengan dirinya, namun masih ada segelintir orang yang peduli dengan keadaannya.
Sepasang mata menatap Senja heran. Pasalnya gadis itu baru saja tersenyum. Bukankah mestinya ia merasa sedih, karena pasti kena marah atau bahkan dihukum oleh BK.
"Woi" sahut Candra pelan sembari menepuk lengan Fajar, membuat teman sebangkunya itu terlonjak kaget.
"Apaan si bambang, ngagetin aja lo."
"Cie... Yang lagi ngeliatin Senja."
"Masalah buat lo ?" tanya Fajar dengan ngegas.
"Sewot amat, kek anak perawan yang lagi pms."
"Ngomong sekali lagi coba !!" tantang Fajar dengan mata yang sudah melotot.
"Nggak kok nggak. Ampun..."