Eca Permatasari janda ditinggal mati yang harus berjuang untuk meneruskan hidup tanpa suami tercinta.
Dikenalkan dengan Eldhin, pria muda yang mengalami nasib serupa ditinggal pasangan nya.
Namun Eldhin ditinggal karena kekasih nya menikah, membuat sifatnya menjadi dingin karena frustasi yang dia rasakan.
Disaat Eca sudah mencintai Eldhin, ada sebuah kejutan besar yang terjadi di kehidupan pernikahan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Siapa Dia?
Bu Neli semula dalam keadaan tenang dan menganggap Aulia hanya sebagai tamu rumah, mendadak raut wajah nya berubah ketika mendengar sebuah penjelasan singkat dari Eldhin barusan.
Bu Neli masih tidak terima anaknya disakitin, karena alasan Aulia dijodohkan orang tua beberapa tahun yang lalu.
"Kamu jangan tidur di kamar yang ada disini, tidur digudang sana!" Kata Bu Neli dengan nada membentak. Eldhin kaget, Aulia juga kaget, rupanya Ibu Neli hingga sekarang masih tidak suka dengan Aulia.
"Dengar ya! gara-gara kamu, Aldi berubah menjadi seperti ini!" Sambung Bu Neli berbicara dengan nada tinggi.
"Ma apaan sih!" Protes Eldhin tidak terima.
"Eldhin! kamu juga sudah mau ada istri, kamu mau ngundang benalu di rumah kamu Hah?!" Protes balik Bu Neli.
"Mah! Cukup, aku enggak ada niat sama sekali ngundang benalu di rumah ini, Eldhin tau batasan." Kata Eldhin dengan tatapan tajam.
"Sudah, kamu jangan melawan sama orang tua Eldhin, suruh dia tidur di gudang atau mama usir dia dari sini!" Kata Bu Neli tajam.
Aulia menahan tangan Eldhin menyuruhnya untuk tidak melawan orang tua, barulah disitu Eldhin menurut keinginan mamahnya.
Tapi sebelum itu dia mengobrol sejenak dengan Aulia.
"Aul, maaf ya kamu mulai sekarang tidur nya digudang" Kata Eldhin dengan nada pelan.
"Iya jangan dipikirin, aku sudah biasa tidur di tempat remang-remang" Kata Aulia dengan senyuman.
Bu Neli masih memperhatikan kedua orang itu, bahkan anaknya Aulia sekarang sedang menangis karena mendengar jeritan dari orang-orang sekitar.
"Maaf banget ya" Kata Eldhin dengan nada lembut.
"Slow aja, jangan terlalu dipikirin" Jawab Aulia dengan sopan.
"Yaudah" Kata Eldhin.
Aulia mengangguk dan tersenyum, nafas terengah-engah dari Bu Neli semakin meluap, emosi semakin memuncak, melihat Aulia tak kunjung bergegas, malah mereka sedang asik mengobrol santai.
Bu Neli yang sudah kehilangan kesabaran menggamit lengan Aulia, sampai dia dan anaknya berjalan terseok-seok. Sampai di depan pintu gudang bahkan Aulia di lempar untuk masuk ke dalam ruangan, bersama dengan anak gadis nya yang masih kecil.
"Ini tempat yang pantas untuk kamu!" Kata Bu Neli. Aulia menahan kepedihan dan kesedihan menatap Bu Neli dengan wajah berkaca-kaca. Menstabilkan reaksi agar air matanya tidak tumpah.
"Mah, jangan kasar dong!" Protes Eldhin yang melihat kejadian, dia tidak diam dan membela Aulia.
"Cepat kamu masuk ke dalam kamar kamu!" Kata Bu Neli. Eldhin tak kunjung pergi menatap ibunya dengan tatapan dingin seperti biasa.
"ELDHIN DENGAR TIDAK MAMAH NGOMONG!" Teriak Bu Neli.
"Mah, kalian ini kenapa sih malam-malam teriak, gak enak sama tetangga, masyaallah" timpal pak Syarif dari ruang tamu, beliau lagi sibuk mengurus kerjaan yang dia bawa ke kota Cirebon.
"Kelakuan anak kamu nih mas, semakin hari semakin melawan orang tua" Kata Bu Neli.
"Sudah Mah, Eldhin sudah dewasa, dia bukan lagi anak remaja, biarin aja" Jawab Pak Syarif.
Sejenak Eldhin menatap Aulia yang sudah menangis, dia pun langsung pergi ke kamar menuruti keinginan ibunya.
Sampai kamar, Eldhin meluapkan emosi dengan menendang nakas di samping ranjang nya. Kesalnya bukan main, hatinya terasa tercabik-cabik melihat sang mantan diperlakukan tidak baik.
Ting!
Suara notifikasi whatsapp dari Eca, Eldhin mengambil ponsel, dia melihat pesan Eca karena ingin sekali telponan dengan nya.
Eldhin hanya membaca, setelahnya dia mematikan ponsel, lalu pergi ke stop kontak untuk mengisi daya baterai nya sebelum tidur.
Hari sudah berganti pagi. Eldhin perlahan membuka mata dan bangkit dari ranjang karena hawa panas matahari sudah masuk lewat sela-sela jendela.
Ponsel nya belum di aktifkan, dia memilih untuk mandi terlebih dahulu, sampai di tangga, Eldhin mengerut kening saat Aulia memakan bekas sarapan milik orang tua nya.
Eldhin pun langsung terhentak menghampiri nya.
"Kenapa kamu makan makanan bekas seperti ini?" Tanya Eldhin.
"Gak apa-apa, aku sudah biasa, dan ini juga masih terbilang masih segar dari pada sebelumnya harus makan dari tempat sampah" Jawab Aulia.
Tanpa sepatah kata, Eldhin langsung mengambil piring yang di pegang Aulia, lalu berjalan ke tempat sampah dan membuang isi makanan itu ke dalamnya.
"Kok dibuang" Kata Aulia yang melihat, saat itu juga dia mau mengambil nya lagi, tapi langsung Eldhin tahan.
"Stop" Kata Eldhin dengan tatapan dingin.
Eldhin menaruh piring itu, dan menyuruh nya untuk tidak makan, makanan tidak layak itu.
"Tapi..."
Eldhin membulat mata sempurna, seakan menatap tajam dan memberi kode dia sedang marah kepadanya, Aulia langsung peka dan tersenyum penuh arti.
"Hey, wanita liar, gimana? enak tidak makanan nya?" Kata Bu Neli sambil berjalan dari toilet.
"Mama yang ngasih makanan sisa untuk Aul?" Protes Eldhin tak terima.
"Iya kenapa?, emang pantasnya dia makan seperti itu, sudah numpang, makan gratis, merdeka banget ya hidupnya" Kata Bu Neli.
"Mama cukup, jangan katain Aul lebih dari itu!" Kata Eldhin.
Aulia merasa kalau kehadiran dirinya di rumah ini membuat Ibu dan Anak jadi semakin tidak akur.
Dia sadar betul akan hal itu. Dengan satu tarikan nafas, Aulia menatap kearah keduanya dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf kalau kehadiran saya membuat kalian kerepotan, saya akan pergi dari sini" Kata Aulia, dia langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Suara mesin mobil tiba-tiba datang di depan rumah, membuat perdebatan mereka menjadi semakin terdiam.
Tapi tidak untuk Aulia, dia sedang buru-buru mengemas barang-barang di gudang, lalu dia menggendong anak nya yang masih kecil, tanpa mengulur waktu dia langsung pergi dari situ tanpa berpamitan kepada penghuni rumah.
Diluar rumah, ada Eca yang baru saja turun dari mobil dengan raut wajah yang sedang sebal. Saat sudah didepan pintu Eca dan Aulia bertabrakan, karena masing-masing orang itu tidak saling melihat ke depan.
Eca mendongak kepala, begitu juga dengan Aulia. Keduanya saling tatap wajah dan dipertemukan dengan kebingungan.
"Siapa dia?" Tanya Eca.