Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan tak terduga
Tiga hari sudah Sifa berada di tanah kelahiran, merawat sang Ayah hingga keadaan menjadi lebih baik.
"Ayah sudah lebih baik sayang, jangan terlalu khawatir" ucap Surya Darmawan sang ayah.
"Alhamdulillah, Sifa sudah tenang sekarang, tapi ayah harus tetap disini sampai dokter mengijinkan pulang, perawatan masih berlanjut lima hari lagi katanya"
"Hem, tentu saja, ayah akan patuh sampai sembuh"
"Iya ayah, tapi maaf, Sifa harus kembali bekerja, jadi hari ini akan segera kembali ke Jakarta"
"Jadi kamu sudah punya pekerjaan?"
"Sudah ayah, jangan khawatir, biaya Rumah Sakit Sifa yang akan membayarnya"
"Alhamdulillah, Terimakasih sayang, jaga dirimu dan hati-hati disana, Ayah dan Ibu akan mengiringi hari mu dengan Doa terbaik"
"Terimakasih" ucap Sifa lalu mendapatkan pelukan dari kedua orang tuanya.
Tak ada yang tau sesakit dan se bingung apa Sifa saat ini, biaya Rumah Sakit dan juga tagihan WO dari mantan brengseknya.
Namun semuanya dia pendam rapat-rapat dari kedua orang tuanya, baginya kebahagiaan ayah dan ibunya adalah segalanya.
"Kamu kuat Sifa, bertahan dan ayo berjuang mencari jalan keluar, Allah tidak akan pernah memberikan beban masalah melebihi kekuatan umatnya" ucap lirih Sifa menyemangati dirinya sendiri.
Mungkin karena terlalu capek, Sifa merasakan kantuk yang luar biasa, lalu menepikan mobilnya di rest Area yang tersedia, merebahkan tubuhnya sejenak di dalam mobil setelah mengatur kursinya dengan nyaman.
Empat belas menit berlalu, hingga kemudian tiba-tiba saja Sifa berteriak.
Dug
"Akh!"
Sifa meringis kesakitan karena kepalanya terbentur setir.
"Kenapa aku bermimpi diseret seseorang , ish, mengerikan!" Ucapnya lirih lalu mengambil botol minuman dan menghabiskan isinya.
Perjalanan dilanjutkan, hingga tiba di Jakarta pukul 4 pagi, Sifa lebih banyak berhenti dan diam berpikir mencari jalan keluar.
Setelah beristirahat sebentar, Sifa bertekad menemui Hans kembali, setidaknya dirinya akan terbebas dari uang 65 jutanya, lumayan setelah itu memikirkan 100 juta biaya Rumah Sakit.
Kakinya begitu berat melangkah, tapi bagaimana lagi, Hans berdalih sibuk dan hanya bisa di temui di kantornya, dengan kata lain, Sifa harus menyambangi Perusahaan tempatnya bekerja yang sudah banyak membuat luka.
Tatapan mata yang tidak menyenangkan, bahkan gunjingan pedas tak di hiraukan, dan saat berpapasan dengan Hena, Sifa tak menoleh sama sekali.
"Dasar penjilat" batin Sifa.
Hingga tiba di sebuah ruangan, bertuliskan Wakil Direktur HANSYAH PRADITYA, yang artinya kedudukannya dulu kini telah digantikan oleh Hans.
"Jadi ini yang kau incar selama ini, dan Hena yang menjadi kepala Divisi Keuangan, kalian benar-benar licik" batin Sifa.
Mengetuk pintu sejenak, dan suara Hans mempersilahkan Sifa masuk.
"Aku tidak akan berlama-lama, jelaskan kenapa aku harus membayar ganti rugi itu, bukankah kau yang membuat masalah" ucap Sifa yang masih berdiri di depan mejan Hans.
"Setidaknya kita bisa saling menyapa, apa begini sifatmu yang sebenarnya?" Hans menatap Sifa dari tempat duduknya.
"Tidak usah mengalihkan pembicaraan"
"Baiklah, aku sudah mengganti rugi bagian yang lain, dan itu hanya sedikit saja, kenapa kau keberatan?, oh aku lupa, apa mungkin sekarang seorang SIFA AULIA DARMAWAN tidak punya uang?"
"Jaga mulutmu, bukan masalah uang, tapi di mana harga dirimu sampai uang segitu saja kau limpahkan padaku?" Sifa tak mau kalah, menyenggol harga diri Hans dirasa penting untuk memancingnya masuk dalam perangkap ego dan kesombongan.
"Oh, itu uang kecil, jangankan 65 juta, tubuhmu saja sekarang ini bisa aku beli"
"Bagus, masalah selesai, bayar 65 juta itu dulu, jangan berpikir membeli tubuhku, karena bagiku haram menyentuh mu Tuan HANSYAH PRADITYA"
"Kurang Ajar!"
"Jangan terlalu banyak marah, tenagamu di butuhkan untuk mengisi otakmu agar perusahaan ini bisa maju walaupun aku tidak yakin, jadi hati-hatilah, mengerti?"
"Wanita Sialan, keluar dari ruangan ku sekarang juga!" Teriak Hans yang terbakar emosi karena merasa dihina oleh Sifa.
Dengan senang hati, Sifa berbalik dan tersenyum puas, merasa rencananya berhasil dan terbebas dari uang 65 juta.
Akhirnya Sifa bisa pulang dengan tenang, menyempatkan diri mampir ke pusat pembelanjaan untuk membeli bahan makanan, berhemat dengan memasak sendiri kebutuhan pokok makanan sehari-hari.
Tak terasa sudah pukul delapan malam, saat Sifa mau membuka pintu kontrakan, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi, sebuah pesan di dapati, dan rupanya Hans menginginkan Bubuhan tanda tangan dari Sifa untuk pelunasan atas namanya.
"Di Hotel Starlight?" Ucap Sifa lirih sambil mengerutkan kening.
Pesan ke dua muncul, Hans menjelaskan jika dirinya sedang ada urusan bisnis dengan kolega, hingga transaksi pelunasan di lakukan disana.
"Oh, baiklah" gumam Sifa segera membalas dan masuk kedalam rumah untuk bersiap.
Sebuah hotel berbintang dengan ruangan eksklusif untuk para tamu-tamu yang berduit tentunya, Sifa pun menuju ke sebuah kamar dengan nomor yang sudah di beri oleh Hans.
"Kenapa tidak di loby saja?" Tanya Sifa ketika tiba.
"Kau ingin semua orang tau urusan ini?" Ucap Hans.
"Okey, dimana aku harus bertanda tangan?" Tanya Sifa.
"Disini nona Sifa" seseorang yang sudah ada didalam sana menyodorkan tanda bukti.
"Jadi semua sudah lunas, dan tidak ada urusan lagi denganku" ucap Sifa.
"Iya nona Sifa, maaf harus merepotkan anda, terimakasih Tuan Hans" orang itu segera pamit dan keluar dari kamar.
Diikuti oleh Sifa yang juga berjalan menuju pintu, namun saat Sifa hampir menggapai pintu, tiba-tiba _
Ceklek
Pintu tertutup otomatis, Sifa terkejut, seandainya dia berjalan berdampingan dengan pihak WO tadi, mungkin hal ini tidak akan terjadi, tapi sayang, dirinya agak jauh berada di belakang.
Tangan Sifa meraih gagang pintu, berusaha menarik untuk membukanya, namun percuma, tidak ada hasil apapun, lalu dirinya segera berbalik dan menatap tajam Hans yang hanya duduk santai di sofa.
"Apa-apaan ini?" Tanya Sifa.
"Aku masih ada urusan denganmu Beb, bagaimana pun kita pernah bersama dan aku memiliki rasa rindu" ucap Hans membuat Sifa tercengang tak percaya.
"Apa kepala mu telah terbentur pintu?" Sifa tak habis pikir dengan ucapan Hans yang seolah lupa telah berkhianat padanya.
Hans tidak menjawab, berdiri perlahan dan menghampiri dengan tatapan yang membuat Sifa waspada.
"Jangan berani mendekatiku Hans, berhenti!" Ucap Sifa dengan wajah serius.
Hans tak peduli, malah tersenyum dan terus melangkah maju, lalu dengan cepat menangkap tubuh Sifa yang tak sempat menghindar.
"Lepas Hans, kau gila!"
"Jangan membuatku rugi membayar semuanya, setidaknya puaskan aku malam ini"
Plak
Tangan Sifa berhasil menampar Hans cukup keras, dan hal itu justru membuatnya semakin brutal menyambar tubuh Sifa dan melemparkan ke atas kasur.
Dikesempatan yang sama, Sifa melihat remote tergeletak tak jauh dari tempatnya, segera menyambar dan menekan asal, berharap pintu bisa terbuka otomatis, dan ternyata benar.
Hampir saja keluar, namun tangan Sifa berhasil di cekal, ditarik dengan paksa hingga pergelangan tangannya terasa nyeri.
"Lepaskan Hans!, kau bajingan!" Teriak Sifa terus meronta.
Untung saja satu kakinya berhasil menendang, membuat Hans mundur sambil menahan sakit di lengannya.
Sifa langsung melesat menuju pintu yang masih terbuka, Hans tak membiarkan begitu saja, dengan cepat bangkit dan berhasil menarik tas Sifa, hingga terpelanting membentur pinggiran pintu.
Sifa tak menyerah begitu saja, berusaha keras dari Hans dan berlari.
Brug!
Tubuhnya terpental tanpa sadar telah menabrak seseorang, Sifa berusaha bangkit dengan ketakutan karena memandang ke belakang dan Hans semakin dekat.
"To tolong aku"
Deg
Sifa terkesiap saat menatap orang yang baru saja di mintai tolong.
Jangan lupa KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
kyknya hrs memunculkan pesaing biar mereka sadar akan perasaannya..