Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpacu di Gunung Kematian
Malam itu, udara pegunungan terasa dingin, menusuk kulit seperti jarum halus. Lintasan jalan yang sempit dan berkelok-kelok di atas tebing gelap tampak mengintimidasi, bahkan bagi mereka yang sudah terbiasa dengan dunia balap jalanan. Lampu-lampu motor yang diparkir di sepanjang jalan menerangi bagian lintasan awal, tetapi kegelapan di tikungan berikutnya terasa mencekam.
Galang berdiri di sisi Honda CBR 1000RR Fireblade miliknya, memeriksa kembali kondisi mesin untuk memastikan semuanya sempurna. Motor itu adalah perpanjangan dirinya, dan di lintasan ini, kepercayaannya pada Fireblade akan diuji hingga batas. Di sisi lain lintasan, Arman ‘Hunter’ Wijaya berdiri dengan motor KTM 1290 Super Duke R-nya. Motor itu, dengan bodi ramping dan tenaga luar biasa, terlihat seperti predator yang siap menerkam.
“Kau tahu,” kata Arman sambil mendekati Galang, “tempat ini adalah rumah kami. Tidak ada yang lebih memahami lintasan ini selain aku.”
Galang menatapnya tanpa ekspresi, mengenakan helmnya perlahan. “Kita lihat saja nanti.”
Arman tertawa kecil, lalu kembali ke motornya. Sorakan anggota Sagittarius Arrow semakin keras saat keduanya bersiap di garis start. Salah satu anggota geng berdiri di tengah lintasan, membawa bendera hitam kecil di tangannya. Ia mengangkat bendera itu tinggi-tinggi, sementara suara mesin motor mulai menggema, membuat malam terasa hidup.
“Siapkan posisi kalian!” teriak pria itu, suaranya nyaris tenggelam dalam deru mesin.
Galang dan Arman mengambil posisi, kedua motor sejajar di garis start. Arman menoleh ke arah Galang, senyum tipis di wajahnya, penuh percaya diri. “Semoga kau tidak takut ketinggian.”
Galang tidak menanggapi. Ia hanya memusatkan perhatiannya pada lintasan di depannya, menghitung setiap detik hingga bendera diturunkan.
“Bersiap!” teriak pria itu lagi.
Hening sesaat menyelimuti semua orang, hanya tersisa suara mesin motor yang terus meningkat. Kemudian bendera itu jatuh, dan kedua motor melesat bersamaan.
Lintasan dimulai dengan jalan lurus pendek, tetapi Arman langsung memanfaatkan akselerasi brutal KTM Super Duke R miliknya untuk memimpin. Suara raungan mesin motornya menggema di udara saat ia menarik gas penuh, meninggalkan jejak debu di belakangnya. Galang tetap tenang, menjaga kecepatan Fireblade pada batas optimal sambil membiarkan Arman memimpin di awal.
Ketika jalan mulai berkelok, Arman menunjukkan penguasaan medannya. Ia melibas tikungan pertama dengan presisi yang memukau, memiringkan motornya hingga hampir menyentuh aspal. Galang, yang mengikuti dari belakang, mulai membaca gerakan Arman dengan seksama. Ia tahu bahwa pria ini bukan hanya pembalap cepat, tetapi juga seorang ahli strategi yang tahu kapan harus menyerang dan bertahan.
Di tikungan kedua, Arman mencoba menutup jalur Galang dengan mengambil sudut dalam. Tapi Galang, dengan pengalaman profesionalnya, memanfaatkan sudut luar untuk menjaga momentum dan tetap berada di belakang Arman tanpa kehilangan terlalu banyak jarak.
“Dia cepat,” pikir Galang. “Tapi terlalu percaya diri.”
Lintasan berikutnya adalah jalan menanjak yang berkelok-kelok. Di sini, mesin KTM milik Arman kembali menunjukkan keunggulannya. Tenaga besar dari motor itu memungkinkan Arman untuk mendaki dengan cepat, menarik jarak dari Galang. Anggota Sagittarius Arrow yang menyaksikan dari bawah lintasan bersorak, menyemangati pemimpin mereka yang terlihat tak tergoyahkan.
Namun, Galang tetap tenang. Ia tahu bahwa lintasan ini tidak hanya soal kecepatan, tetapi juga pengendalian. Dan tikungan-tikungan tajam berikutnya akan menjadi medan yang ia manfaatkan.
Ketika mereka mencapai tikungan berikutnya, Arman melakukan kesalahan kecil. Ia mengambil sudut terlalu lebar, membiarkan sisi dalam tikungan terbuka. Galang tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan gerakan yang sangat terlatih, ia meluncur masuk dari sisi dalam, memotong jalur Arman dengan presisi yang luar biasa.
Sorakan dari kerumunan terhenti sejenak saat mereka melihat manuver Galang. Tidak ada yang menyangka bahwa ia bisa mengejar Arman di lintasan ini, apalagi menyalipnya.
Sekarang Galang memimpin, tetapi ia tahu Arman tidak akan menyerah begitu saja. KTM Super Duke R itu kembali mendekat di jalan lurus berikutnya, suaranya menggelegar seperti ancaman yang tak bisa diabaikan. Arman mencoba menyalip dari sisi luar, tetapi Galang menjaga posisinya dengan sempurna, memaksa Arman untuk memperlambat motornya di tikungan berikutnya.
Lintasan semakin sempit, dengan hanya beberapa meter yang memisahkan aspal dari tepi jurang yang gelap. Angin dingin bertiup kencang, membawa aroma tanah basah yang membuat jalan menjadi sedikit licin. Galang memusatkan seluruh fokusnya pada lintasan, sementara Arman terus menekan dari belakang.
Di tikungan terakhir, Arman membuat langkah berani. Ia menekan gas hingga maksimal, mencoba menyalip Galang di sisi luar sekali lagi. Tapi Galang sudah memprediksi gerakan itu. Ia menjaga kendali Fireblade dengan sempurna, membiarkan Arman mendekat, tetapi tetap berada satu langkah di depan.
Ketika mereka keluar dari tikungan terakhir, Galang menarik gas penuh, meluncur dengan kecepatan tinggi di jalan lurus terakhir. KTM Arman mencoba mengejar, tetapi sudah terlambat. Honda CBR 1000RR Fireblade melintasi garis finis lebih dulu, disambut oleh sorakan besar dari penonton yang tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan.
Galang mematikan mesinnya perlahan, melepas helmnya dengan napas yang masih teratur meskipun tubuhnya terasa lelah. Ia menoleh ke arah Arman, yang tiba beberapa detik kemudian dan menghentikan motornya dengan kasar.
Arman turun dari motornya, melepas helm, dan berjalan mendekati Galang. Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan, tetapi lebih kepada rasa hormat yang jarang ia tunjukkan kepada siapa pun.
“Kau menang,” kata Arman akhirnya, suaranya berat tetapi tulus. “Aku tidak pernah melihat seseorang mengendalikan lintasan ini seperti yang kau lakukan malam ini.”
Galang tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, menunggu langkah Arman berikutnya.
Arman tersenyum tipis, lalu menepuk bahu Galang. “Sagittarius Arrow tidak akan mengganggumu lagi. Itu janji seorang pemburu.”
Sorakan kembali terdengar dari anggota Sagittarius Arrow, kali ini bukan hanya untuk Arman, tetapi juga untuk Galang. Mereka tahu bahwa mereka telah menyaksikan sesuatu yang luar biasa—sebuah pertarungan sejati antara dua pembalap yang setara.