Kenzo Abriano sang mafia datang kenegara X untuk bertemu ibunya, ia tidak menyangka hari pertama kedatangan dia dituduh melakukan pembunuh, untuk membersihkan namanya ia harus berkerja sama dengan polisi, bagaimana ia akan menghadapinya saat orang terdekat dan tersayang menjadi terancam karena keterlibatannya mengungkap kematian saudaranya yang tidak memiliki kejelasan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Loka Jiwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XIV Misteri
Malam itu seseorang menggunakan tudung kepala dan menutup wajahnya, ia melihat pria tengah menangis sambil meminum alkohol, tangisannya memecahkan malam ia tidak berani untuk menangis ditempat terbuka jadi ia hanya bisa menghibur diri di gudang kosong tak jauh jadi kampus. Tak jauh dari sana gadis terikat tangan dan kakinya dan mulutnya ditutup pakai lakban, gadis itu hanya menonton pria mabuk yang menangis, ia ketakutan saat melihat pria yang baru saja datang itu.
Pria yang menangis itu melihat pria bertudung itu, wajahnya samar-samar karena pengaruh alkohol, ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas tetapi suara pria itu terdengar dalam dan serak, ia sudah menculik pacarnya sendiri tetapi ia tidak tau apa yang harus ia lakukan pada kekasihnya yang berselingkuh jadi ia hanya menangis dan berteriak sambil minum.
" Apa menangis menyelesaikan masalahmu?" tanya pria itu, Brian melihat pria itu mendekat padanya, hanya mata dengan tatapan yang dalam terlihat dari pria itu, rasa dingin menjalar di tubuhnya saat tatapan itu terasa merobek jiwanya.
" Apa lagi." jawabnya acuh lalu meneguk minumannya.
" Kau perlu bantuan?" tanyanya.
" Apa?" tanya Brian.
" Membunuhnya." Brian menatap wajah yang terlihat samar dipandangannya, berusaha berkali-kali agar penglihatan jernih tetapi pengaruh alkohol terlalu kuat. Gadis itu menjerit dengan suara tertahan saat mendengar pria yang baru saja datang itu ingin membunuhnya.
Brian menoleh pada gadis yang ketakutan itu, bayangan perselingkuhan yang ia lihat menyakiti hatinya, pria itu berjongkok selaraskan posisi mereka berdua.
" Apa yang diharapkan dari gadis yang tidak setia, ia bahkan sudah tidur dengan pria lain." ucapnya ditelinga Brian membuat pria itu semakin membenci gadis itu.
" Dia pantas mati, dia yang tidak bisa menghargai perasaan tidak pantas untuk hidup, hubungan terjalin karena kepercayaan tetapi kepercayaan sudah hancur, apa kau tidak membenci wanita munafik seperti itu." pengaruh dari kata-kata orang itu dan Alkohol membuatnya kehilangan akal sehat untuk berfikir.
" Benci sangat benci, kenapa dia harus mengkhianatiku, dimana kekuranganku?" Pria itu mengepalkan tinju, air mata berlinang menatap gadis yang menggelengkan kepalanya menangis ketakutan melihat perubahan sikap Brian, gadis itu bisa mendengar apa yang mereka berdua bicarakan, tetapi ia bahkan tidak bisa berbicara untuk menyadarkan Brian yang terpengaruh.
" Jadi apa kau ingin membunuhnya?"
" Aku ingin membunuhnya." jawab Brian spontan.
" Kalau begitu lakukan." Brian sudah kehilangan akal sehat ia berdiri mendekati violet, Violet mundur dengan menyeret tubuhnya, ia mencoba menjerit tetapi suara tertahan, hanya berlinang air mata mencoba berbicara lewat mata memohon.
Brian berhenti melihat Violet terus menangis, pria bertutup wajah itu mendekat pada mereka.
" Butuh bantuan?" tanyanya, Brian menatap pria itu, ia tidak mengatakan apapun tetapi pria itu seolah mengerti jadi ia mengeluarkan pisau kecil, ia berjongkok lalu mencengkram tangan gadis itu, gadis itu menjerit kesakitan semakin ia melawan semakin tangannya serasa akan patah.
Pria itu menggores daging ditelapak tangan tetapi menghindari urat Vena yang bisa mengeluarkan darah itu agar hanya kesan terluka tetapi tidak menyebabkan pendarahan, pola digambar telapak tangan membuat gadis itu menjerit tetapi tidak ada suara, rasa sakit tangan yang dilukai, Brian hanya menonton apa yang dilakukan pria itu.
Gadis itu menatap takut pada pria itu, ia mencoba memohon agar berhenti, senyum yang terlihat dari mata itu membuat gadis itu semakin ketakutan, ia langsung mencengkram leher gadis itu, gadis itu berusaha meronta, nafas yang tertahan karena tercengkram membuat ia tidak bisa bernafas, bulir air mata terus mengalir, ia menatap Brian memohon agar menghentikan pria itu tetapi Brian seperti sudah tidak sadar lagi, ia hanya menonton, nafas sudah tertahan, tubuh mulai lemas dan ia mulai berhenti meronta Brian melihat ia mulai tidak berdaya.
" Hentikan, kubilang hentikan." ia memegang tangan pria yang mencekik leher Violet mencoba menghentikan pria itu saat melihat Violet mulai tak bergerak, rasa takut menjalar di tubuhnya tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi pria itu karena pengaruh mabuk.
" Hentikan... hentikan." ia berusaha tetapi langsung ditepis hingga ia termundur, dan pukulan terakhir bunyi leher telah patah dan pria itu perlahan melepaskan cengkeramannya, tubuh gadis itu langsung jatuh terkulai.
Brian mematung melihat tubuh Violet, air mata mengalir, hatinya bergemuruh, rasa takut, menyesal dan sedih bercampur aduk dihatinya, ia mendekati gadis itu perlahan mencoba membangunkannya.
" Violet.." panggilnya, tetapi nyawa sudah tidak ada, dia mulai merasa cemas, tiba-tiba pria itu melempar sebuah tali padanya.
" Gantung dia." kata pria itu, Brian menatap pada tali itu mengerti maksud dari pria itu tetapi dia masih menatap tubuh Violet yang tidak bernyawa. Lama ia memandang tubuh itu hingga ia tidak menyadari pria itu telah pergi. Brian mulai menangis dan berteriak, ia mulai menyesali perbuatannya, ia masih memikirkan masa depannya jadi ia melakukan apa yang dikatakan pria itu, dengan air mata mengalir deras dia menggantung violet lalu pergi dari sana.
Mengurung diri dirumah, setelah dua hari polisi datang ingin bertanya padanya tentang Violet, tetapi ia terlalu takut hingga menimbulkan kecurigaan sehingga ia ditangkap dan akhirnya ia mengaku kalau ia yang melakukannya karena sakit hati.
Kenangan malam itu tidak bisa Brian lupakan, walaupun ia mabuk ia masih mengingat apa yang terjadi pada malam itu.
" Aku yang menculiknya, kalau tidak berniat untuk membunuhnya lalu untuk apa aku menculiknya." kata Brian, Adriana tidak percaya bahwa Brian bersikeras mengaku bahwa dia adalah pelakunya.
" Tidak ada orang lain, aku sendiri yang melakukannya, tolong hukum aku, aku menyesal melakukannya..." Brian mulai menangis mengingat Violet.
Polisi yang berjaga masuk, meminta Adriana untuk tidak memaksanya lagi, sedari tadi dia memang berdiri dipintu untuk berjaga, Akhirnya Adriana menyerah dan membiarkan Polisi penjaga membawanya.
" Walau bukan aku yang melakukannya, itu tetap karena kesalahanku." kata Brian sebelum dia keluar digotong oleh polisi untuk kembali ke sel.
Adriana menghela nafas berat, kasus ini menemui jalan buntu dan kata terakhir pria itu ambigu, ia juga tidak ingin mengungkapkan siapapun. Kenzo mengusap wajahnya ia tau Brian tidak bisa menyalahkan siapapun, Calvin mengebrak meja karena kesal, Han yang tidak mengerti memperhatikan ekpresi semua orang.
" Petunjuknya terputus." kata Adriana yang baru saja datang menemui mereka, Kenzo menepuk pelan bahu Adriana untuk menghibur gadis itu agar tidak kecewa.
" Kita masih memiliki petunjuk lain, ayo." kata Calvin. Kenzo dan Adriana mengangguk Han mengikuti mereka.
4 orang dalam satu mobil itu menuju kantor forensik ingin melihat hasil autopsi, ternyata mayat Bastian Rylee masih dalam ruang.
" Dimana dokter Louis?" tanya Adriana pada seorang perawat penunggu mayat.
" Dokter sedang mengautopsi mayat lain." jawab perawat itu.
setelah menunggu 1 jam, Louis datang menemui mereka.
" Maaf aku memiliki pekerjaan lain, kau sudah menunggu lama?"tanyanya seolah mengabaikan tiga pria disana.
" 1 jam." jawab Adriana.
" Akan dilakukan 2 jam lagi untuk autopsinya, kalian ingin menunggu untuk menonton atau menunggu hasil laporannya." kata Louis.
" Kenapa kau tidak mengatakan apapun tentang lambang ditangan gadis yang kemarin diautopsi." kata Kenzo tiba-tiba.
" Lambang bintang ditengah lingkaran? Awalnya kukira itu adalah tato jadi aku tidak melaporkannya pada kalian, tapi setelah kalian pergi aku mencermati gambar itu makanya aku menulis dilaporan hasil autopsi bahwa ia digambar seseorang menggunakan pisau." jawab Louis.
" Kurasa dia ingin mempermainkanmu Kenzo, apa perlu kubantu untuk menghajarnya." kata Calvin, mengepalkan tinju bersiap jika Kenzo memerintahkannya.
" Aku hampir lupa dengan orang gila satu ini, aku ingat ada yang dulu bersumpah untuk tidak pernah menginjak kantor forensikku." Wajah sindiran Louis untuk Calvin tercetak jelas.
" Dasar pembohong, mengatakan itu tato padahal jelas itu adalah luka, apa yang kau sembunyikan?" kata Kenzo, mereka bertiga mulai berdebat dan saling menyerang dengan kata-kata , Adriana dan Han yang menonton itu tidak mengerti, mereka lebih seperti teman dibanding musuh saat mereka berdebat.
" Kami akan menunggu." kata Adriana membuat mereka bertiga berhenti berdebat.