Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
"Maafin aku, Lin, aku nggak bermaksud buat kalian bertengkar. Tapi aku juga nggak bisa biarin kamu pergi. Aku juga nggak tau kenapa ini terjadi, rasanya berat untuk melepaskan kamu," batin Al.
"Sudah, jangan nangis lagi, ya? Aku yakin dia nggak bakal marah sama kamu karena dia sayang sama kamu," ujarnya kemudian guna untuk menenangkan Alin.
Alin melepaskan pelukan lalu mengusap air matanya kemudian tersenyum. "Iya, Pak Al benar. Nanti saya akan coba bicara sama Kak Lia biar nggak marah sama saya lagi."
"Gitu dong, kamu kelihatan cantik kalau senyum," pujinya, membuat Alin tersenyum malu.
"Ayo, aku antar kamu ke kamar." Al langsung menggendong Alin yang membuat wanita itu kaget.
"Pak, turunin saya, saya bisa jalan sendiri."
"Nggak papa, anggap aja ini sebagai penebus kesalahan aku ke kamu," ucap Al lalu membawa Alin ke kamarnya.
Alin pun pasrah, menerima perlakuan manis Al seraya tersenyum menatap wajah pemuda itu yang sedang menggendongnya.
"Sikap lembut ini yang aku suka darinya. Perlakuan manis ini membuat aku teringat sama seseorang yang sekarang entah dimana. Aku harap dia baik-baik saja," batin Alin yang mengingat masa lalunya.
Setelah sampai di kantor, Al meletakkan Alin di atas tempat tidur.
"Kamu istirahat dulu, ya, aku mau keluar bentar," pamit Al.
"Bapak mau kemana?"
"Ke apartemen Bella. Aku ingin tanya apa alasan dia lakuin semua ini."
"Ohya, saya punya sesuatu buat kamu. Kamu boleh buka setelah aku pergi." Al lalu menyodorkan sebuah kotak pada Alin.
"Apa ini, Pak?" Dengan bingung Alin menerima kotak tersebut.
"Ucapan maaf aku," jawab Al.
"Ya udah aku pergi dulu, kamu hati-hati di rumah." Setelah itu Al meninggalkan Alin di kamarnya.
Alin yang penasaran dengan isi kotak itu pun langsung membukanya. Setelah dibuka ia sedikit terkejut karena ternyata Al memberikannya satu buah ponsel baru.
"Handphone? Ngapain Pak Al beliin aku handphone baru?" bingungnya.
Di tengah kebingungannya, Alin menemukan sepucuk surat di dalam kotak, lalu dia pun membaca isi surat tersebut.
[Maaf, ya, semalam aku rusakin handphone kamu. Jadi, aku ganti sama yang baru] tulis Al di dalam surat tersebut.
"Pantesan aku cari-cari nggak ada, ternyata di rusakin sana Pak Al. Tapi, kenapa dia rusakin handphone aku, ya? Aneh," gumam Alin yang semakin heran dan bingung.
Ketika sedang melamun Alin pun teringat dengan Aulia dan langsung memasukkan nomornya.
"Ternya sim card-nya nggak di ganti," gumam Alin lagi yang melihat kontak Aulia yang sudah tersimpan di ponsel barunya.
Tanpa berlama-lama lagi ia segera menghubungi nomor Aulia, akan tetapi setelah beberapa kali mencoba Aulia tak menjawab panggilannya.
"Kak Lia ayo angkat, Kak," ujar Alin saat Aulia tidak mengangkat telepon-nya.
Ting!
Degh!
Dadanya terasa sangat sesak saat panggilannya di tolak oleh Aulia.
"Segitu marahnya Kak Lia sama aku, sampai Kak Lia nggak mau nerima telepon dari aku," lirih Alin seraya menatap layar ponselnya.
Kemudian jarinya kembali mencari nomor Putri di sana. Setelah menemukannya, dia pun langsung menelepon Putri. Tak lama Putri langsung menjawab panggilan Alin.
"Ha---halo, Put?"
[Halo, lin. Kamu kemana aja? Aku khawatir tau sama kamu. Kenapa handphone kamu mati? Kenapa kamu nggak masuk kampus?] cecar Putri yang terlihat khawatir di sebrang sana.
"Satu-satu, Put, aku jadi bingung mau jawab yang mana." Alin memijat kening, pusing mendengar sahabatnya yang terus bertanya ini dan itu tanpa henti.
[Ya udah, maaf. Jawab pertanyaan aku yang pertama, kamu kemana aja?]
Alin terdiam sebentar, mencari jawaban yang pas untuk meyakinkan Putri. "Aku ... aku lagi di kampung, Put, ada acara peringatan 10 tahun kepergian Ayah sama Bunda aku."
[Terus kenapa handphone kamu mati?] Pertanyaan berikutnya dilayangkan Putri pada Alin.
"Karena handphone aku rusak. Maaf baru ngabarin sekarang. Kamu tenang aja, besok aku baru pulang kok. Ohya kamu di mana sekarang?"
[Aku lagi di kampus, Lin, bentar lagi aku mau ke kafe. Emang kenapa?]
"Nggak papa, aku pikir kamu udah di kafe. Ya udah, aku tutup dulu, ya, Put, Assalamualaikum."
[Wa'laikumsalam]
Panggilan pun berakhir
Alin menyimpan ponselnya di atas nakas lalu membaringkan tubuhnya. "Besok aku akan coba bicara sama Kak Lia," gumamnya sebelum memejamkan mata.
***
[Gimana? Berhasil?] tanya Charles pada Bella. Saat Ini mereka sedang berbicara lewat sambungan telepon karena Charles sedang berada di kantor dan Bella berada di apartemennya.
"Iya, Sayang. Kamu tau, kemarin aku bahagia banget karena rencana kita untuk buat Al jadi benci lagi sama Alin akhirnya berhasil," ucap Bella dengan bahagia.
"Apanya yang berhasil?"
Suara seseorang membuat Bella terkejut. Sontak dia menjatuhkan ponselnya di atas tempat tidur dan berbalik menghadap orang tersebut yang kini sudah berdiri di pintu apartemen miliknya. Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya. Jantungnya berdegup kencang saat melihat siapa orang itu.
"A---Al?" ucapnya gugup.
"Apa yang kamu maksud? Apanya yang berhasil sampai buat kamu jadi sebahagia itu?" tanya Al yang kini sudah berdiri di depan Bella.
"A---anu, i---itu, a---aku tadi lagi ma---main game online. Tadi aku menang makanya aku ngomong gitu," jawabnya dengan gugup.
Bella tersenyum lega karena Al tak curiga, pemuda itu manggut-manggut, percaya dengan kebohongannya.
"Oh, aku kira apaan. Ohya, gimana sama tangan kamu?" tanya Al yang mengikuti Bella duduk di sofa.
"Udah agak mendingan," jawab Bella yang sudah kembali santai.
Terjadi keheningan hingga beberapa saat, terdengar helaan napas dalam sebelum Al kembali berbicara.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏