NovelToon NovelToon
Jebakan Cinta Pawang Sapi

Jebakan Cinta Pawang Sapi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Fakultas peternakan x Fakultas Hukum

Nyambung nggak jelas ngak Nyambung bangetkan, bau sapi sama tumpukan undang-undang, jelas tidak memiliki kesamaan sama sekali. Tapi bagaimana jika terjalin asmara di dalam perbedaan besar itu, seperti Calista Almaira dan Evan Galenio.

Si pawang sapi dan Arjuna hukum yang menjalin hubungan dengan dasar rasa tanggung jawab karena Evan adalah pelaku tabrak lari kucing kesayangan Calista.
Kamu sudah melakukan tindak kejahatan dan masih bertanya kenapa?" Calista sedikit memiringkan kepala menatap Evan dengan tidak percaya, laki-laki yang memakai kaos putih itu pun semakin bingung.

"Nggak usah ngomong macen-macem cuma buat narik perhatian gue, basi tau nggak!" Hardik Evan emosi.

"Buat apa narik perhatian pembunuhan kayak kamu!"

Beneran kamu bakal ngelakuin apapun?" Tanya Calista yang gamang dan ragu dengan ucapan Evan.

Evan mengangguk pasti.

"Hidupin joni lagi bisa?"

"Jangan gila Lu, gue bukan Tuhan!" sarkas Evan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Calista

Malam itu, Calista mengayuh langkahnya secepat mungkin, berharap bisa sampai sebelum bibinya kehilangan sabar. Udara malam yang dingin terasa menampar wajahnya, seakan mengingatkan pada kesalahan yang baru saja ia lakukan. Telat pulang. Lagi.

Sesampainya di bagian belakang ruko yang juga menjadi dapur besar untuk warung nasi Padang milik bibinya. Calista segera mengambil kunci pintu belakang dari saku celananya, dengan buru-buru dia memasukan anak kunci dan segera mendorong pintu kayu bercat kuning itu. Ia tertegun saat melihat lampu dapur masih menyala terang. Itu bukan pertanda baik. Dengan napas terengah-engah, ia semakin mendorong pintu kayu itu agar bisa masuk.

“Calista!"

Calista membeku saat namanya diteriakkan. Derap langkah terdengar mendekat membuat Calista memejamkan mata, tangannya meremas kuat tas punggung yang ia bawa.

"Kamu nggak lihat jam berapa ini heh? Mau jadi perempuan macam apa kamu, hah?” suara lantang bibinya langsung menyambut, menusuk gendang telinga seperti cambuk.

Wanita berambut pendek warna pirang itu berkacak pinggang menatap Calista dengan nyalang. Seolah sedang menghakimi pencuri yang baru tertangkap.

Calista menunduk, menggigit bibirnya. Ia sudah terbiasa dengan nada itu. Tapi malam ini berbeda. Bibinya berjalan mendekat dengan langkah cepat, tatapan penuh amarah membakar.

“Kamu pikir ini rumah singgah, ya? Seenaknya pulang malam! Atau jangan-jangan... kamu cari uang haram, hah?” tuduh bibinya dengan nada memerintah, sambil menunjuk wajah Calista.

“Enggak, Bibi. Aku habis—”

“Jangan banyak alasan kamu!” potong bibinya, suaranya makin nyaring.

“Perempuan mana yang pulang malam begini kalau bukan jual diri?! Dasar jalang!”

Ucapan itu menusuk seperti duri tajam ke hati Calista. Matanya mulai memanas, tapi ia menahannya. Air mata tidak akan mengubah apa pun. Bukan pertama kalinya ia mendengar hinaan itu dari bibinya, tapi tetap saja menyakitkan.

“Bibi, aku habis belajar kelompok,” jawab Calista pelan, berusaha menjaga suaranya agar tetap tenang. Dia terpaksa berbohong karena Bibinya akan semakin marah jika dia tahu Calista di ajak jalan-jalan seorang laki-laki.

“Belajar kelompok apanya?! Sama laki-laki itu, ya? Dasar perempuan enggak tahu diri! Kalau bukan karena pamanku, sudah lama kamu aku usir dari sini, muak aku lihat kamu di sini!"

Calista terdiam. Ia tahu tak ada gunanya membela diri. Bibinya memang tak pernah menyukainya, hanya bertahan karena pamannya yang selalu meminta Calista tetap tinggal, pun Calista juga harus berhemat. Setidaknya tinggal di sini tidak harus bayar uang sewa hanya bayar dengan kewarasan dan tenaga.

Wanita paruh baya itu menarik lengan Calista, membawa gadis itu pada sekumpulan sayur dan bahan masakan yang masih belum tersentuh sama sekali.

"Kerjakan cepat, jangan sampai etalase kosong! Buat dirimu berguna sedikit, jangan bikin hidupku makin susah!” bentak bibinya sebelum berlalu meninggalkan Calista yang masih berdiri mematung.

Setelah suasana hening, Calista menunduk, menatap tangan-tangannya yang mulai gemetar. Rasa lelah dari aktivitas seharian ditambah makian itu membuatnya ingin menyerah. Namun, ia menggeleng pelan, mengusir semua pikiran yang mulai berisik. Dia harus kuat, seorang Calista tidak boleh lemah, demi mimpinya demo mimpi Bapaknya.

Selama ini Calista menyimpan semua ini sendiri , dia menutup rapat celah agar orang lain tidak mengetahui hal ini. Evan tak boleh tahu soal ini. Sahabat-sahabatnya juga tak boleh tahu. Mereka tak perlu tahu bahwa gadis bawel, ceria, dan sok kuat seperti dirinya sebenarnya sedang hidup di neraka kecil setiap hari. Karena Bibinya juga tidak mau ada orang yang tahu kalau mempunyai hubungan keluarga.

Ia mendesah panjang, menghapus air mata yang akhirnya tumpah tanpa izin, Calista meletakkan tas ranselnya di lantai, ia menyeret kusi kayu kecil lalu untuk duduk. Tangannya terulur mengambil pisau kecil dan mulai mengupas kulit kentang untuk dimasak perkedel. Calista harus mengupas 5 kilo kentang, 2 kilo wortel. Membersihkan dan mengiris daging dan sekaligus memasaknya menjadi rendang. Sementara yang lain hanya ia siapkan agar besok pagi pekerja lain bisa langsung memasaknya.

Jarum jam menujukan pukul dini hari, Calista baru saja menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Ia segera mandi dan naik ke gudang kecil di lantai dua, Calista duduk di atas kasur tipis yang menjadi tempat tidurnya. Lampu temaram dari bohlam tua membuat ruangan itu terasa lebih hangat meski sebenarnya dingin menusuk. Di sebelahnya, Jono, kucing calico liar yang ia rawat diam-diam, melingkar manis sambil mengeong pelan, seakan mengerti apa yang dirasakan majikannya.

Calista membuka laptop dan mulai mengerjakan tugas kuliahnya, dia akan mengerjakan tugasnya satu jam. Semoga bisa selesai agar dia bisa cepat tidur, satu jam berlalu ia pun memutuskan untuk merebahkan diri dan melanjutkan tugasnya besok di kampus.Ia benar-benar lelah, matanya sudah sangat berat minta terpejam.

Tangan mengusap lembut kepala Jono, matanya menerawang ke langit-langit kayu yang sudah penuh sarang laba-laba.

“Jon, tahu nggak? Kadang aku mikir, kenapa sih hidup ini nggak adil banget? Aku udah coba kuat, coba sabar, tapi ya rasa lelah banget.” Suaranya bergetar, menggambarkan keletihan yang selama ini ia pendam.

Jono hanya menatapnya dengan mata bulatnya, mengeong sekali lagi sebelum menjilat tangan Calista.

“Kamu tahu nggak, Jon? Aku senang banget hari ini. Epan ngajak aku jalan-jalan ke taman,” Calista tersenyum tipis, meski matanya masih memerah akibat tangis yang belum lama tumpah.

“Padahal dia juga yang bikin kamu kehilangan temen kamu, si Joni. Tapi tetap aja, aku nggak bisa marah sama dia. Aneh, kan?”

Kucing itu meregangkan tubuhnya, lalu kembali menggulung diri, seperti sengaja memberi ruang bagi Calista untuk terus berbicara.

“Dia nggak tahu apa yang aku alami di sini, Jon. Gimana bibiku selalu ngomong kasar, nyebut aku perempuan nggak bener, cuma karena aku pulang malam habis jalan sama Evan. Aku capek, Jon. Aku capek harus pura-pura kuat setiap hari.” Calista menutup wajahnya dengan kedua tangan, menahan air mata yang ingin keluar lagi.

“Tapi kamu tahu kenapa aku nggak pernah cerita ke dia? Karena aku takut, Jon. Aku takut Bibi ngomong yang nggak-nggak sama Evan dan ngomong kasar.”

Calista menatap Jono, yang kini memandang balik dengan tenang.

"Aku juga nggak mau dia lihat aku dengan mata kasian, dia cukup kenal aku sebagai Caca yang bawel. Dia nggak perlu tahu sehancur apa aku di dalam sini.” Ia menunjuk dadanya, tempat hatinya yang terasa begitu berat.

Jono mengeong pelan, lalu menempelkan kepalanya ke tangan Calista, seolah berkata, Aku di sini, kamu nggak sendiri.

Calista tersenyum kecil, mengusap lembut kepala kucing itu lagi.Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Hatinya sedikit lebih ringan setelah curhat kepada Jono, satu-satunya ‘pendengar’ setia yang ia punya. Meski masalahnya belum selesai, setidaknya malam ini ia tahu, ia masih punya sesuatu yang berharga untuk dipertahankan. Perlahan mata Calista terpejam, membawanya ke alam mimpi.

1
Zahra Nisa
evan sampai ga sadar udah makan sayur bener bener cinta bisa bikin mengubah kebiasaan
Zahra Nisa
Evan malu malu kucing kaya iya ja ngambek padahal dalam hatinya berbunga bunga d puji sama Calista udh akuin ja Evan kl udh mulai menyukai Calista
Jasmine
Ciee so sweet uluh uluh, cueknya Evan itu aslinya dia perhatian banget lho sama Caca . Fix sih ada perasaan Evan sama Caca😍🤭
Aishiteru❤‍🔥
wahhh si gaby mulutnya kayak. gak di sekolah in. padahal anak hukum loo bisa2 nya di merendahkan fakultas lain. yaa sama saja di menjelekkan kampusnya sendiri dong
Aishiteru❤‍🔥
cara ngebahagiain Caca gampang banget.
cukup dengan memberi makan kucing saja Caca udah bahagia banget
Aishiteru❤‍🔥
mau ngakak tapi takut bikin evan tambah bad mood. bisa2 nya si evan di kira kang maling burung 🤣🤣🤣🤣
Aishiteru❤‍🔥
miris banget kehidupan kamu Ca.
semoga kebahagiaan cepat menghampiri kamu
Desi Sari
gk enak bgt jd caca harus bisa menahan sakit hati yg tiap hari di kasih oleh Bibi nya, ini paman nya kmn kh gk tanggung jwb bgt minta caca disana tp dikasarin dan di kejamin sm istrinya diem2 bae
Desi Sari
kan bner evan udh beneran suka dan cinta tp blm mau ngaku itu cinta tp sekedar tanggung jwb pdhl perlakuan evan je caca udh ky org pacaran beneran loh bukan pura2
Desi Sari
syukurin gaby mlah menuai kritikan harusnya bikin dia sadar mlah mah sombong dan gk merasa bersalah
Aishiteru❤‍🔥
di mulut bisa gak khawatir sama Caca ehh di hati dia mengkhawatirkan caca
Aishiteru❤‍🔥
entah apa yang di sembunyikan sama caca. kok dia kekeh banget gak mau di antar pulang sama evan
Aishiteru❤‍🔥
helehhhh....
kalau pas lagi bawel saja bilang cerewet lah, berisik lah.
coba nanti kalau si caca diem. pasti kelimpungan tuh si evan
Jasmine
Ciee Evan pasti lama2 jatuh cinta beneran nih sama Caca wkwk
Caca tuh cerewet karena peduli sama kamu Evan . Ada ada Evan masa dari dulu belum pernah makan sayuran . Sayuran sehat tauuu
Desi Sari
evan omongannya bikin diabetes manis bgt ini dr dlm hati ngomong nya ap cuma buat nyenengin caca sih.
tp keknya evan udh cinta ke caca tp gk sadar deh
Aishiteru❤‍🔥
itu si Bobby mau makan apa gelut kok rusuh banget/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Desi Sari
wah ini evan beneran ngebela krn cinta ap krn harga diri calista
Desi Sari
evan nnti klo putus kebayang2 sm kelakuan unik caca gk sih
Risty Hamzah
Mungkin di balik ceria dan bawelnya caca buat nutupinn hidup nya menyedihkan
Fitri HY
.waowww Gaby "lucu"

.ciyeee Evan ciyeee🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!