Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 30"Bahagia
Rintik - rintik hujan mulai membasahi bumi, angin berhembus kencang menyapu wajah Ellena yg berada di atas kursi taman belakang rumah sakit.
Dalam kesedihan nya dia terus mempertanyakan akan hubungan nya dengan ku . Akankah aku bersatu dengan nya? Tanda tanya itu belum menemukan sang kunci jawaban .
Dua bulir bening menghangatkan kedua pipi halus nya, semakin deras nya hujan turun semakin deras pula air mata itu tumpah. Mengingat aku yg tak kunjung membuka mata membuat nya tersiksa dalam kerinduan akan kebersamaan kecil bersama ku.
" Hiks....mas aku rindu , tolong lah kembali, aku ingin melihat senyum indah mu, aku udah menunggu lama dirimu, aku juga selalu menunggu akan engkau membuka kedua mata mu. Tolong lah kembali untuk ku, cinta ini akan ku jaga hanya untuk mu seorang" Ellena mengusap wajah nya yg terkena air hujan, rasa dingin tak dia hiraukan karna yg di pikirkan sekarang adalah aku.
" Sayang kita ke ruangan Ebby yuk!"Eza membuka jaket nya lalu menutupi kepala Ellena dan dirinya , air mata sang adik membuat nya lemas karna dia paling tidak bisa jika adik tersayang nya menangis sampai seperti ini.
" Aku mau mas Ebby sadar bang, aku mau liat dia senyum dan ketawa lagi" Ellena di penuhi air mata dan ingus .
" Iya , abang juga, tapi.kita harus berusaha agar Ebby bisa sadar lagi, apapun itu akan abang usahakan jika nanti Ebby sudah sadar" Eza merangkul pinggang Ellena lalu membawa nya ke dalam ruangan ku.
Setelah sampai di ruangan, Ellena duduk di sampingku, wajah nya penuh air mata menghiasi.
" Minum dulu!" Eza memberikan segelas air putih hangat pada nya, tanpa banyak bicara Ellena menerima dan meminum nya dengan pelan.
Nenek, papah , Gilang dan tante Dwi terdiam sambil duduk di permadani empuk menunggu ku . Melihat Ellena yg seperti itu membuat hati mereka sangat sedih dan sakit.
Jemari ku mulai bergerak, mereka sangat bahagia perlahan kedua mata ku terbuka melihat ke arah mereka .
" Hiks...mas aku takut kehilangan mu" Ellena langsung memeluk ku dengan erat, seolah tak memberikan celah untuk mereka memeluk ku juga.kebahagiaan terlihat jelas di wajah nya. aku masih lemas, ku kira aku tidak akan sadar lagi.
" Alhamdulillah, sayang kamu sadar juga, papah takut karna kamu koma cukup lama" Papah menyeka air mata nya, air mata itu berubah menjadi kebahagiaan dan haru mewarnai wajah mereka.
" Sakit" suara lirih ku dari balik masker oksigen memandangi lemas mereka, tubuh ku masih sakit semua nya.
" Udah jangan banyak bicara dulu, nanti semakin sakit" Papah mengelus lembut kepala ku , senyum tipis nya terlihat jelas. Bibir nya mengukir senyuman bahagia.
Ternyata di ambang pintu kak Ryan melihat ku yg sudah sadar, dia bahagia karna aku berhasil melewati semua nya.
Perlahan membuka pintu dengan pelan, lalu masuk tanpa mengucapkan sepatah katapun, tatapan nya tak berani menatap ku, hanya menunduk mendekati brankar ku.
" Ma ma afkan kakak" Kak Ryan terbata sambil menunduk tak sedikit pun menatap ku, rasa bersalah menguasai nya hingga dia tak berani melihat wajah ku.
Aku hanya tersenyum mengusap pipi basah kakak, dia akhir nya melihat ku dengan wajah penuh penyesalan nya.
Seketika air mata nya tumpah kakak mencium tangan ku , tangis nya tak dapat di bendung .
" Maafkan kakak , sungguh sangat menyesal, kakak nggak pantes menjadi kakak mu, karna sudah sangat keterlaluan" Suara nya bergetar mencium tangan ku. Air mata itu tumpah ke selimut yg aku pakai. aku hanya mengusap kepala nya saja. Tanpa sedikit pun kata yg keluar.
Bahagia di balut dengan penyesalan, bahagia itu di penuhi penyesalan bagi kakak, sementara nenek, papah, Ellena , Gilang, Eza dan tante Dwi hanya diam melihat nya. Hari ini mereka menyaksikan langsung permohonan maaf kakak padaku.