Asyifa rela jadi adik madu dari Naura, wanita cantik yang bersosialita tinggi demi pendidikan yang layak untuk kedua adiknya. Hanya saja, Adrian menolak ide gila dari Naura. Jangankan menyentuh Asyifa, Adrian malah tidak mau menemui Asyifa selama enam bulan setelah menikahinya secara siri menjadi istri kedua. Lantas, mampukah Asyifa menyadarkan Adrian bahwa keduanya adalah korban dari perjanjian egois Naura, sang istri pertama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat Belas - Seperti Tersengat Lebah
“Kenapa, hmm ...? Katanya mau aku ajari? Apa tadi pagi masih belum paham saat aku ajari kamu?” ucap Adrian.
“Pak, lepasin ih!”
“Katanya mau sekarang? Jangan kelamaan?” ucap Adrian dengan mendekatkan wajahnya pada wajah Asyifa.
“Ta—tap .... uhmpp ....”
Tak tahan lagi melihat bibir ranum Istri mudanya, Adrian langsung menyambar bibir manis Asyifa yang menantang di depannya. Melumatnya dengan lembut tapi lahap, apalagi sudah lama bibirnya kering, tidak pernah ciuaman dengan Naura sampai basah seperti sekarang.
“Uhmmpp ...,” lenguh Asyifa karena lidah Adrian berusaha membukan mulut Asyifa, dan langsung membelit lidah Asyifa tanpa ampun.
Napas mereka makin memburu, bak genderang yang mau perang. Adrian benar-benar ingin menguasai permainannya dengan Asyifa sekarang juga, apalagi yang di dalam sana sudah mengeras karena Adrian merasakan bau harum tubuh Asyifa yang sangat menggoda.
“Kita lanjutkan di kamar!” Adrian membopong tubuh Asyifa masuk ke dalam kamar.
“Pak, jangan sekarang,” ucap Asyifa terengah.
“Kenapa? Apa kau datang bulan dengan mendadak?” tanya Adrian.
“Takut,” jawabnya.
“Takut apa, Asyifa? Kita sudah terlanjur menyetujui permainan Naura, mari kita lanjutkan permainan ini, malam ini juga, karena kau sudah menggoda saya!” ucapnya dengan napas memburu.
“Apa akan sakit?” tanya Asyifa takut.
“Sakit sebentar, nanti kau pasti akan menikmatinya,” jawab Adrian.
“Yakin?”
“Percaya pada saya, sakitnya seperti tersengat lebah!” jelasnya, untuk menenangkan Asyifa yang benar-benar terlihat takut.
Seakan tak peduli ketakutan Asyifa, Adrian merebahkan Asyifa di atas tempat tidurnya. Menindih tubuh mungil istrinya, lalu melanjutkan penautan bibir mereka yang sempat terjeda saat akan ke kamar.
**
Naura masih memikirkan keadaan Desti yang terlihat tenang, tapi tetap saja terlihat seperti banyak beban pikiran. Bagaimana tidak banyak pikiran, suaminya ternyata tidak mau melepaskan madunya, yang sengaja ia datangkan hanya untuk memberikan suaminya anak. Ternyata suaminya malah menikahi sah madunya, dan semua keluarga suami dan madunya tahu soal itu.
Terlintas soal Adrian dan Asyifa di pikiran Naura. Apakah yang terjadi pada sahabatnya itu akan terjadi pada dirinya juga? Apalagi dia memang menuruti jejak sahabatnya, mencarikan madu supaya memberikan anak untuk suaminya, karena dirinya tidak mau tubuhnya rusak karena hamil dan melahirkan. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, Naura sangat yakin kalau Adrian tidak akan berpaling darinya, tidak mungkin juga Adrian akan mencintai gadis kampung yang bukan kriterianya, dan rupanya bagai langit dan bumi dengan dirinya.
“Ra, Des, kalian baik-baik saja?” tanya Lena.
“Ya aku baik, kenapa, Len?” jawab Naura.
“Sudah gak usah dipikirkan, adanya seperti itu kan juga kalian yang ingin. Itu sudah konsekuensi yang harus kalian terima,” tutur Lena.
“Iya, ini memang salahku, Len,” ucap Desti.
“No! Gak ada yang salah, Honey. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, kalau memang sudah ingin seperti itu, kalian gak usah nyalahin diri kalian, kan itu buat kalian bahagia. Sudah simpan sedihnya dulu, kita di sini kan untuk senang-senang?” ujar Lena.
“Dan untuk kamu, Ra. Sudah jangan dipikirkan, gak mungkin Adrian akan berpaling pada Istri mudanya, apalagi jauh banget bila dibandingkan kamu?” ucap Nina.
“Benar tuh, sudah kita di sini untuk senang-senang, jadi gak usah sedih dulu ya, cantik?” ucap Dini.
Mereka saling berpeluk. Kelima wanita sosialita itu yang gak tahu arah dan tujuannya berumah tangga mau di bawa ke mana, saling menguatkan. Dini dan suami berkomitmen tidak mau memiliki anak, karena akan ribet, apalagi suaminya seorang pilot dan jarang di rumah. Nian pun dengan suami seperti itu, berkomitmen tidak akan memiliki anak, karena repot dan tidak mau bentuk tubuh indah Fania berubah setelah hamil dan melahirnya. Namun, tidak untuk Lena, dia tetap memilih punya keturunan, untuk membangun Dinastinya, suaminya yang kaya raya, tentu butuh penerus selanjutnya. Akan tetapi, Lena tidak mau ribet mengurus anaknya. Desti dan Naura, memilih mencarikan madu untuk suaminya, karena suaminya menuntut anak, dan dirinya tidak mau hamil dengan alasan sebagai model harus menjaga tubuhnya agar tetap cantik dan indah.
**
“Pak, jangan begini.” Asyifa membetulkan kancing pakaiannya yang akan dibuka Adrian.
“Kenapa?”
“Malu, Pak,” ucap Asyifa.
Mereka yang sudah puas dengan pemasannya, akhrinya Adrian ingin bertindak lebih jauh lagi. Apalagi Adrian laki-laki normal, menyentuh seorang perempuan sudah jelas rasa bergelenyar timbul di sekujur tubuhnya.
“Aku suamimu, Asyifa,” ucap Adrian.
“Tapi aku malu, Pak,” jawab Asyifa.
“Lalu mau lanjut tidak?” tanya Adrian, dan dijawab gelengan kecil Asyifa.
Adrian tahu Asyifa belum siap, dia saja yang sok nantang Adrian, giliran mau dibuka kancing bajunya Asyifa langsung menolaknya.
“Jadi gak mau dilanjut nih? Yakin?” tanya Adrian lagi.
“Iya, aku belum siap,” jawabnya.
“Tapi aku sudah tidak tahan Asyifa!” bisiknya sambil mencium tengkuk Asyifa dan menelusupkan jarinya ke tengkuk Asyifa.
“Ah ... geli, Pak,” rintih Asyifa.
“Nanti akan terbiasa,” ucapnya sambil mengecup kembali tengkuk Asyifa.
Adrian terus mencumbu istrinya dengan lembut. Sesekali rintihan lembut dan manja dari mulut Asyifa terdengar di telinga Adrian, dan itu membuat Adrian lebih semangat untuk melanjutkannya. Tidak peduli dengan Asyifa yang takut karena akan sakit, dan malu, Adrian terus menjelajahi setiap jengkal tubuh Asyifa dengan tangannya. Kecupannya belum beralih, masih senang mengendus aroma wangi tengkuk Asyifa.
“Pak, jangan di rem—aasshh,” rintihnya.
Adrian tidak peduli dengan Asyifa yang selalu melarang tangannya menjelajah setiap jengkal tubuhnya. Sampai pada akhirnya Asyifa bertekuk lutut di hadapan Adrian. Entah kenapa Adrian pun melupakan Naura. Dengan ucapan Naura yang seolah sudah tidak membutuhkan sentuhan dirinya, akhirnya Adrian tidak mau berlama-lama nganggurin Asyifa di rumahnya. Toh semua Naura yang minta, jadi Naura pun harus menanggung semua akibatnya nanti.
Bukan Adrian lupa akan cintanya pada Naura, akan tetapi sikap Naura yang keterlaluan, membuat dirinya semakin tidak bisa menahan gejolak hasratnya saat bersama istri mudanya, padahal baru sehari di rumah istri mudanya, namun rasanya Adrian sudah tidak bisa menahan rasa yang bergelenyar di tubuhnya.
Entah kapan tubuh Asyifa sudah polos, di depan Adrian, pun dengan Adrian. Asyifa menutup matanya, saat melihat tubuh kekar suaminya yang polos di atas tubuhnya, dan bersiap untuk perang malam ini. Adrian tahu, Asyifa takut malam ini, tapi dia sudah tidak bisa menahannya lagi.
Pikiran Asyifa sudah ke mana-mana. Ia membayangkan lobak besar akan masuk ke dalam miliknya yang masih sempit dan tidak pernah terjamah oleh siapa pun kecuali tangannya sendiri saat membersihkannya.
“Pak ....!” pekik Asyifa dengan mendorong tubuh Adrian.
“Saya akan pelan-pelan melakukannya,” ucap Adrian.
“Ahhkk!” pekik Asyifa.
“Ssstt ... ditahan dulu, sebentar lagi,” ucap Adrian dengan terengah.