Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Keesokan paginya, “kyaaaaaaaaaa,” terdengar teriakan di luar kamar keduanya, Tino dan Amelia mendadak terbangun dan melompat turun dari ranjang karena kaget, mereka langsung keluar, di depan ada seorang petugas kebersihan kamar (pramugraha) kamar wanita yang jatuh terduduk tepat di depan kamar mereka bersama gerobak yang membawa alat alat kebersihan dan membawa perlengkapan tidur seperti sprei, selimut dan sarung bantal yang baru di gerobaknya sedang melihat ke arah pintu kamar yang terbuka di depan kamar mereka, Tino melangkah melihat ke dalam kamar sedangkan Amelia jongkok dan bertanya kepada sang pramugraha.
“Oh,” Tino yang melihat ke dalam langsung menutup mulutnya karena melihat seorang pria paruh baya mengenakan pakaian mandi terbaring terlentang di atas ranjang dengan sebuah pisau menancap lurus tepat di jantungnya. Amelia menyusul masuk ke dalam,
“Hmm...pembunuhan,” ujar Amelia.
“Ya, “ balas Tino.
Keduanya kembali keluar, Amelia menoleh melihat ke pintu, dia menutup pintu dan ternyata ada tanda VD (vacant dan dirty) di pintu,
“Maaf mba, apa kamar ini di kunci ketika mba datang ?” tanya Amelia.
“I..iya, saya bingung, ada tanda kalau kamar ini kosong dan kotor tapi terkunci, saya ketuk tidak ada yang menjawab, saya coba buka dengan set kunci serep saya dan menemukan bapak itu di dalam,” jawab pramugraha.
Setelah itu, keduanya meminjam dua pasang sarung tangan dan dua buah masker dari gerobak sang pramugraha, keduanya kembali masuk ke dalam, Tino berjalan mendekati pria yang terlentang di ranjang, dia membuka mulutnya dan melihat lidahnya, kemudian dia menarik matanya yang belum tertutup rapat dan membukanya, dia juga menekan nekan kulitnya dan menggenggam lengannya. Setelah itu dia berdiri dan menoleh melihat kepada Amelia yang sedang berkeliling di dalam kamar,
“Mel, pria ini di perkirakan di bunuh sekitar antara jam 2 sampai jam 3 pagi kalau di lihat dari kaku mayat (rigor mortis) di tubuhnya yang kira kira baru muncul setelah dua jam kematian dan suhu tubuhnya masih sedikit hangat, belum dingin sepenuhnya, kornea matanya juga masih belum terlalu keruh dengan kata lain dia belum meninggal lebih dari enam jam (menoleh melihat korban sekali lagi) tidak ada tanda perlawanan, korban di bunuh selagi tidur,” ujar Tino.
“Wow...kamu tahu soal itu ?” tanya Amelia.
“Aku sering baca buku milik papa ku (sebenernya sih Mei dan May minta di bacain buku sebelum tidur dan bukunya tentang otopsi, begonya gue, waktu itu gue ga sadar kalau hantu ga perlu tidur dan pada akhirnya gue yang tidur, mereka melotot, hadeh setahunan gue di begoin ama Mei dan May),” jawab Tino.
“Hmm...hmm....ini menarik Tin,” ujar Amelia melihat keluar jendela.
Tino berjalan ke arah jendela dan berdiri di sebelah Amelia, kemudian dia melihat keluar dan melihat ada sebuah gondola yang biasa di gunakan oleh petugas kebersihan untuk membersihkan jendela hotel dari luar. Amelia kembali menoleh melihat sekeliling, dia melihat piring di meja makan, pakaian yang di gantung di kursi, asbak yang penuh dan kemudian dia melirik kamera cctv di sudut ruangan, tiba tiba wajahnya menjadi ceria dan,
“Kita pecahkan kasus ini Tin....aku berdebar debar,” ujar Amelia dengan ceria.
“Iya iya, ayo (haah gue udah tau dia kayak gini),” ujar Tino.
Tino menoleh melihat Mei dan May yang duduk di pundaknya yang juga sedang melihat dirinya sambil tersenyum dan mengangkat ibu jari mereka yang kecil.
“Ya ya kalian juga mau, ok lah,” ujar Tino.
“Pertama tama, kita selidiki dulu siapa korban,” ujar Amelia.
Amelia berjalan ke meja, di atas meja ada sebuah dompet, sebuah smartphone dan sebuah amplop coklat. Dia mengambil dompetnya dan melihat ktp di dalam dompet, Tino membuka amplop coklat dan mengeluarkan berkas di dalamnya,
“Hmm nama korban Remon Munte, usia 42 tahun,” ujar Amelia.
“Mel, lihat, berkas ini rupanya daftar nama pemilik hutang kepada beberapa bank rekanan perusahaan korban, melihat dari kop surat, nama perusahaan nya dan tanda tangan di bawah, sepertinya korban direktur perusahaan penagih hutang atau debt collector lepas yang tidak terikat oleh salah satu badan usaha keuangan,” ujar Tino menunjuk tanda tangan di bawah.
“Hmm berarti pelakunya bisa jadi salah satu dari daftar nama itu, ada berapa jumlah di daftar nya ?” tanya Amelia.
“Ada 50 nama di dalam daftar ini, 20 di antaranya di beri stabilo kuning,” ujar Tino.
“Pasti semua orang di daftar itu dendam ama korban, pekerjaan nya beginian sih,” balas Amelia.
"Tapi yang di garis stabilo kuning ini apa ya maksudnya ? udah di tagih dan lunas gitu atau malah sebaliknya, susah di tagih," ujar Tino bergumam.
"Nanti juga ketahuan," balas Amelia.
Amelia kembali menoleh melihat sekeliling kamar, dia kembali menatap ke arah kamera cctv, kemudian dia berjalan melihat kamera cctv di sudut kanan ruangan tepat di atas pintu, kemudian dia menoleh melihat Tino.
“Tin, kita ke ruang sekuriti yu,” ajak Amelia.
“Ok, sebentar taruh dulu,” ujar Tino.
Setelah itu, keduanya keluar dari kamar dan terlihat di luar kamar sudah ramai banyak petugas hotel dan sekuriti, Amelia langsung bicara kepada salah seorang sekuriti dan mereka di antar menuju ke ruang cctv di kantor sekuriti dan pengelola yang berada di basement. Setelah sampai, mereka minta tayangan di kamar itu dari jam 12 malam sampai jam 3 pagi, tapi
“Oh maaf, semalam ada maintenance sistem it mulai dari jam 12 malam sampai 5 pagi, jadi tidak ada cctv yang menyala semalam, lift juga kita matikan sementara juga untuk sekalian melakukan maintenance karena ada satu lift berhenti di tengah siang kemarin, kita melakukan pemeliharaan di malam hari sampai pagi agar tidak mengganggu aktivitas di siang hari,” ujar operator di depan layar monitor.
“Hmm ok, berarti semalaman semua cctv dan lift di hotel ini mati ya,” ujar Amelia.
“Oh lift hanya mati dari jam 12 sampai jam 2 pagi tapi jam 4 sempat di matikan sebentar lalu di nyalakan lagi untuk final check, kalau cctv di matikan semalaman sampai jam 5:30 pagi, mohon maaf sekali,” balas operator.
“Kalau begitu coba tayangkan sekitar jam 7 malam sampai jam 12 malam sebelum maintenance di mulai,” ujar Amelia.
“Baiklah, tunggu sebentar,” balas operator sambil menekan keyboard di depannya.
Amelia dan Tino melihat tayangannya, sekitar jam 7:30, korban masuk ke kamar bersama seorang wanita membawa amplop coklat, awalnya mereka duduk di dua kursi tepat di depan ranjang dan pria itu mengambil berkasnya dari dalam amplop, dia terlihat mencari cari sebuah nama di daftar menggunakan jarinya, kemudian dia berbicara dengan wanita itu, terlihat sang wanita berargumen dengan korban namun terlihat korban lebih galak dari sang wanita. Tiba tiba saja sang wanita berdiri dan menanggalkan pakaiannya. Wajah Amelia dan Tino mulai memerah.
Korban menarik tangan wanita yang sudah telanjang itu ke atas ranjang dan mulai membuka pakaiannya ketika dia sudah berada di atas sang wanita.
“Skip...cepetin,” ujar Amelia dengan wajah merah.
Sekitar 8:30, korban yang sudah berpakaian kembali mengantar sang wanita keluar pintu, setelah itu korban kembali duduk di kursi sambil melihat berkasnya dan merokok, kemudian dia menaruh berkasnya dan menelpon seseorang sambil terus merokok dengan santai. Selesai merokok, korban berdiri kemudian berjalan ke kamar mandi. Jam 8:50, korban keluar dari kamar mandi mengenakan pakaian mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Korban terlihat menelpon menggunakan telepon hotel yang berada tepat di depan kamar mandi.
Jam 9:10, seorang pramugraha datang membawa sprei, selimut dan bantal baru, korban kembali duduk di kursi sambil merokok dan melihat smartphonenya. 10 menit kemudian, pramugraha sudah selesai mengganti sprei dan selimut juga mengganti dua bantal yang sudah di pakai dengan bantal baru. Korban berdiri memberikan tip pada pramugraha dan mengantarnya keluar, setelah itu korban sekali lagi menelpon menggunakan telepon kamar dan kembali duduk di kursi sambil merokok dan melihat smartphone nya. Terlihat korban tertawa tawa seperti sedang menonton tayangan yang lucu di smartphone nya dan kemudian menelpon sambil tertawa tawa.
Jam 9:55, korban berdiri membukakan pintu dan seorang pramusaji masuk mendorong kereta dan menaruh tiga piring berisi makanan di meja, setelah menaruh sendok dan garpunya, pramusaji membungkuk kepada korban yang sudah duduk dan kembali mendorong kereta keluar. Jam 10:20, korban selesai makan, kemudian dia berjalan jalan di kamar dan tidak sengaja menyenggol pakaiannya yang dia taruh di ranjang, dia mengambil pakaiannya dan menggantungnya di kursi, setelah itu dia kembali berjalan ke pintu dan menguncinya.
Korban langsung berbaring di ranjang sambil menatap smartphone nya, setelah itu terlihat korban terlelap tidur sampai tayangan selesai jam 12 malam. Tiba tiba Amelia memegang baju Tino,
“Kita ke resepsionis sebentar Tin,” ajak Amelia.
“Ok, (menoleh kepada operator) makasih ya pak,” balas Tino.
“Iya sama sama,” balas operator.
Setelah itu mereka keluar dan naik ke lobby, mereka langsung ke resepsionis dan langsung minta kepada resepsionis untuk memeriksa kapak korban check in, resepsionis langsung membuka bukunya dan mengurutkan menggunakan jarinya,
“Um...dia check in jam 7:15 malam kemarin,” ujar resepsionis.
“Oh baiklah mba, apa ada yang meminta kunci cadangan untuk kamar itu mba ?” tanya Amelia.
“Um rasanya tidak ada karena tidak ada catatan nya semalam dan kunci cadangan nya ada di laci,” jawab resepsionis.
“Oh kalau tadi pagi atau subuh ?” tanya Amelia.
“Um rasanya tidak, tapi ketika saya datang memang ada kunci tergeletak di meja saya, tapi kunci itu master key yang bisa membuka semua kamar dalam keadaan darurat, tapi ada yang aneh sih,” jawab resepsionis.
“Oh apa tuh mba yang aneh,” balas Amelia.
"Harusnya bapak Remon di tempatkan di kamar 421 tepat satu lantai di bawah nya bukan 521, lantai tempat kamar 521 di kosongkan karena ada tamu vip dari kepolisian dan untuk polisi yang menjaga mereka, catatan nya sih begitu ya," balas resepsionis.
"Hooo begitu ya," balas Tino.
"Hmm ini menarik, baiklah, terima kasih keterangan nya mba," ujar Amelia.
"Sama sama," balas resepsionis.
Kemudian Amelia berjalan kembali ke lift di ikuti Tino dan kedua adik kembarnya yang duduk di pundaknya juga hantu Amelia dari masa depan yang melayang mengikuti mereka.
“Gimana Mel ?” tanya Tino.
“Korban di bunuh dari antara jam 2 sampai jam 3 pagi sesuai hasil pemeriksaan kamu tadi, kita ke atas lagi, ada yang mau ku pastikan,” ujar Amelia.