Misca Veronica merupakan seorang pembantu yang harus terjebak di dalam perseteruan anak dan ayah. Hidup yang awalnya tenang, berubah menjadi panas.
"Berapa kali kali Daddy bilang, jangan pernah jodohkan Daddy!" [Devanno Aldebaran]
"Pura-pura nolak, pas ketemu rasanya mau loucing dedek baru. Dasar duda meresahkan!" [Sancia Aldebaran]
Beginilah kucing yang sudah lama tidak bi-rahi, sekalinya menemukan lawan yang tepat pasti tidak mungkin menolak.
Akan tetapi, Misca yang berasal dari kalangan bawah harus menghadapi hujatan yang cukup membuatnya ragu untuk menjadi Nyonya Devano.
Lantas, bagaimana keseruan mereka selanjutnya? Bisakah Cia mempersatukan Misca dan Devano? Saksikan kisahnya hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mphoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perseteruan Anak dan Ayah
"Dad, anterin Cia ke rumah Nina, dong," ajak gadis kecil yang berusia 7 tahun.
"Ngapain ke sana? Suruh aja Nina yang ke rumah. Daddy sibuk!" jawabnya datar tanpa memperdulikan sang anak yang sudah cemberut.
Tiada hari tanpa sibuk, itulah Devano Aldebaran. Seorang Presdir disalah satu perusahaan terkenal yang berusia 35 tahun.
Sudah 5 tahun lebih Devano sendiri karena istrinya meninggal akibat penyakit yang diderita. Menjadi ayah sekaligus ibu tidaklah mudah, apalagi Sancia Aldebaran seringkali membuat sakit kepala.
Tingkahnya yang jahil dan manja selalu menyusahkan Devano, tetapi dia sangat menyayangi sang anak melebihi dirinya sendiri.
"Daddy yakin nggak mau anter Cia? Padahal---"
"Padahal apa? Jangan bilang kamu mau jodohin Daddy lagi? Iya!"
"Heheh ... piss!"
Cia terkekeh sambil menunjukkan jari berbentuk huruf V, pertanda berdamai karena tatapan Devano sudah tidak bersahabat.
"Daddy nggak capek apa jomblo mulu, bosen tahu Cia liatnya."
"Kalau gitu nggak usah dilihat. Simpel, 'kan?"
"Ishh, nggak gitu konsep, Dad. Ini nih, efek kelamaan jomblo jadi dingin sama cewek!"
"Biarpun jomblo yang penting banyak duit!"
"Cihh, duit banyak, tapi jomblo sama aja nggak laku namanya. Mendingan juga punya istri, enak buat dipeluk, enak dicium. Apalagi kalau bisa kasih Cia dedek pasti---"
"Cia!"
"Huaa ... awas, ada duda jomblo lagi ngamuk! Aauuungg haha ...."
Cia berlari sekuat tenaga keluar dari ruangan kerja Devano. Dia tahu jika sang ayah pasti sedang kesal karena ulahnya yang sering menjodohkan dengan wanita lain.
Maklum saja, Cia sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang ibu. Jadi, dia tumbuh menjadi gadis yang haus akan kasih sayang. Ditambah Devano pun terlalu sibuk bekerja sampai tidak ada waktu untuk bermain, meskipun di hari libur.
***
Malam hari Devano merasa cemas karena Cia belum pulang ke rumah. Gadis itu nekat pergi sendiri diantar oleh supir ke rumah Nina - sahabatnya sejak TK.
Saking khawatirnya Devano bergegas menyusul ke rumah Nina demi menjemput putri kesayangannya.
Setibanya di rumah Nina, Devano langsung menekan bel rumah sambil menunggu seseorang membuka pintu.
Hanya berselang 2 menit, pintu terbuka bersamaan dengan munculnya seorang wanita cantik, anggun, dan manis.
"Maaf, Tuan cari siapa, ya? Kebetulan Tuan Kris dan Nyonya Salsa sedang tidak ada di rumah. Mereka ada urusan men---"
"Di mana anak saya? Suruh dia keluar!"
"A-anak? A-anak yang mana, Tuan? Kalau bo-boleh tahu, siapa namanya?"
Wanita itu terlihat gugup menatap wajah datar Devano yang cukup menyeramkan. Namun, saat pria itu ingin menyebutkan nama sang anak, tiba-tiba saja Cia muncul dari balik pintu.
"Mommy, siapa yang mengetuk pin ... Daddy!"
"Daddy ngapain ke sini? Bukannya tadi Daddy menolak ajakan Cia, terus kenapa sekarang tiba-tiba nongol?"
Bukannya menjawab pertanyaan Cia, Devano malah terfokus pada panggilan sang anak kepada wanita yang kini berdiri tepat di hadapannya dengan pakaian sederhana.
"Apa Daddy tidak salah dengar, kamu panggil dia apa tadi? Mommy?"
"Ya, dia itu Mommy Misca. Kenapa? Daddy suka sama Mommy? Cieee ... oke, gas. Oke, gas, bawa pulang sekarang. Upps, keceplosan hihih ... tapi, gapapa Cia juga suka kok, sama Mommy Misca. Dia orangnya baik, perhatian, cantik pula, pasti Oma sama Opa di Amerika senang pas pulang sudah punya mantu lagi hihih ...."
Misca benar-benar syok berat mendengar celotehan Cia. Jantungnya terasa tidak aman melihat tatapan Devano kepada sang anak persis bagaikan elang yang ingin memangsanya.
"Cukup, Cia! Daddy ingatkan sama kamu, tidak ada satu orang pun yang bisa menggantikan Mommy. Ngerti!"
Suara bentakan Devano berhasil mengejutkan Nina yang langsung memeluk kaki Misca ketika melihat kemarahan besar di mata ayah sahabatnya.
"Daddy egois! Daddy hanya memikirkan diri sendiri, sedangkan Cia juga butuh Mommy, Dad! Cia butuh kasih sayang, bukan cuma melihat tiap hari Daddy sibuk sama tumpukan kertas tak berguna itu!"
"Cia tahu kertas itu memang menghasilkan banyak uang buat kita, tapi kertas tidak akan pernah bisa memberikan kebahagiaan untuk Cia. Cia benci Daddy! Cia nggak mau pulang!"
Suara pintu yang ditutup rapat oleh Cia membuat semua orang syok. Baru kali ini anak sekecil itu mampu melawan Devano yang tidak pernah ada satu orang pun berani padanya.
Cia berlari kencang menaiki anak tangga, lalu dikejar oleh Nina yang merasa sedih menyaksikan kesedihan sahabatnya.
Devano yang tidak terima kembali mengetuk pintu secara brutal saking kesalnya. Dia merasa harga diri seorang presdir diruntuhkan oleh anaknya sendiri.
"Cia, buka pintunya. Daddy belum selesai bicara!"
Suara teriakan Devano berhasil menyadarkan Misca yang terjebak di dalam pertengkaran ayah dan anak.
Dengan gugup Misca membuka pintu secara perlahan, tetapi Devano malah mendorong pintu dan masuk mencari keberadaan Cia.
"Di mana kamu, Cia! Jangan bikin Daddy marah besar sama kamu, ya!"
"Cepat turun! Ikut Daddy pulang sekarang juga!"
Melihat kemarahan Devano, Misca berlari mengejarnya sampai menaiki anak tangga untuk menahan gejolak emosi yang meradang.
"Tuan, tunggu! Hentikan semua ini Tuan, cara Tuan itu salah. Semakin Tuan emosi, semakin membuat Nona Cia kesal dan marah. Cobalah mengerti, Tuan. Anak kecil tidak bisa dikasari, dia---"
"Ngerti apa kamu tentang anak saya, hahh! Cia itu anak saya bukan anakmu, jadi saya yang lebih tahu Cia bukan kamu. Minggir!"
"Saya paham, Tuan. Cia itu anak Tuan, tapi bukan begini cara menghadapi anak-anak. Tuan bisa ... akhhh!"
"Mommy Misca!"
"Bi Misca!"
...*...
...*...
...*...
...Bersambung...
" aku membencimu"