Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jauh Di atas kamu!
Masih dengan rasa tak percaya, Ayra menatap Allan. Kini mereka berada di dalam sebuah ruangan, setelah Ayra meminta untuk bicara empat mata dengan mantan suaminya itu. Duduk di sofa yang terpisah, Allan seolah sengaja ingin memberi batas antara dirinya dan Ayra.
“Apa maksud kamu menyebut dia anggota dalam keluarga ini?”
Mendengar pertanyaan itu, sorot mata tegas Allan mengarah kepada Ayra. “Kamu seorang wanita yang cerdas, Ayra … Kamu pasti mengerti maksudku menyebut Giany adalah anggota baru dalam keluarga kami.”
Kata ‘kami’ yang diucapkan Allan seolah menegaskan bahwa dirinya tak lagi menganggap Ayra sebagai bagian dari keluarganya, walau pun Ayra adalah mantan istri dan ibu kandung dari putrinya.
“Kami? Jadi maksud kamu aku bukan lagi siapa-siapa bagimu, begitu?”
Allan terkekeh, “Memang kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, kan?”
Rasa frustrasi tiba-tiba menyerang wanita itu. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa kalimat menyakitkan seperti itu akan terucap dari bibir Allan.
“Allan, bagaimana pun juga aku adalah bagian dari keluarga ini.”
“Dulu,” ucap Allan menekan.
Menyadari dinginnya sikap Allan kepadanya, bola mata Ayra pun berkaca-kaca. Dengan mudahnya Allan telah menggantikan posisi nya dengan seorang wanita yang usianya terbilang jauh di bawah mereka. Giany bahkan terlihat masih remaja di mata Ayra. Dan baginya, Giany sama sekali tidak sebanding dengannya dan tak sepadan dengan Allan.
“Kamu benar-benar mau menggantikan posisi aku dengan dia? Apa dia layak untuk itu?"
"Sangat layak." Allan menghela napas, kemudian bangkit dari duduknya. "Bahkan jauh di atas kamu."
Seketika seluruh rasa percaya diri Ayra runtuh oleh ucapan Allan. Tetapi ia tidak boleh kalah dari Giany. Ayra masih merasa memiliki hak atas Allan dan juga Maysha.
"Tapi aku tidak akan biarkan dia merebut posisiku!”
“Memangnya di mana posisi kamu, Ayra? Kamu tidak lebih dari mantan istriku. Dan Giany tidak pernah merebut apapun dari kamu. Kamu sendiri yang sudah melepas posisi itu dan lebih memilih kariermu. Bukan salahku kalau mau memulai hubungan baru dengannya.”
Air mata penyesalan akhirnya tumpah juga. Ayra ingin bersandar di dada Allan, tetapi dengan cepat Allan mendorongnya mundur.
“Bagaimana dengan janjimu? Kamu pernah janji sama aku akan menunggu dan memberi aku waktu, kan?” tanya Ayra dengan menahan isak tangisnya.
“Itu sebelum kita bercerai.”
Lagi-lagi Allan menjeda ucapannya dengan tarikan napas dalam.
“Aku sudah cukup bersabar, Ayra. Sejak Maysha lahir kamu pergi. Aku terus menunggu kamu kembali, tapi kamu hanya datang untuk pergi lagi. Sampai akhirnya kamu memilih perpisahan. Kamu ingat, di sidang perceraian kita? Aku terus memohon untuk kamu merubah keputusanmu? Aku dan Maysha membutuhkan kamu, tapi tidak sedikit pun kamu peduli.”
Masih dengan sisa tangisnya, Ayra mengingat kembali hari dimana ia memutuskan untuk meninggalkan Allan dan Maysha ketika tawaran besar sebagai model designer ternama datang kepadanya. Yang akhirnya membuat Ayra rela meninggalkan suami dan anaknya. Ia bahkan menyembunyikan statusnya sebagai seorang ibu dan mengaku masih lajang. Yang mana benar-benar menorehkan luka di hati Allan.
Ayra paham dan sadar bahwa semua itu memang adalah karena kesalahannya sendiri. Mengusap air matanya, Ayra mencoba membujuk Allan sekali lagi.
“Aku yakin Giany pasti hanya pelarian kamu saja. Aku masih mencintai kamu, Allan. Dan aku yakin kamu juga begitu, kan?”
Dengan tatapan datar, Allan hanya menjawab dengan gelengan kepala. Dan Ayra tahu betul seperti apa sosok Allan. Jika sudah berkata tidak, maka artinya tetap tidak. Apapun itu.
🌻
Setelah pembicaraan dengan Allan, Ayra keluar dari ruangan. Allan baru saja mematahkan hatinya dengan sebuah penolakan.
Begitu melihat Maysha sedang duduk di atas sebuah karpet bulu sambil mewarnai gambar, cairan bening pun menggenang di bola matanya. Lima bulan lamanya Ayra tidak mengunjungi putrinya.
Berniat melepas rindu, wanita itu pun segera mendekat.
"Maysha sayang ..." Ayra langsung meraih tubuh Maysha. Memeluknya erat. Ia beri kecupan di wajah polos itu sambil menangis haru.
Tetapi sesuatu yang sama seperti waktu lalu terjadi. Walau bagaimana pun, Ayra tetaplah sosok asing bagi Maysha. Karena terkejut, gadis kecil itu pun menangis, berteriak dan meraung untuk melepaskan ketakutannya.
"Maysha ... ini ibu, Sayang!" ujarnya sambil memeluk tubuh Maysha. Namun, bukannya menjadi tenang, Maysha malah semakin memberontak.
Mendengar suara jeritan Maysha, Giany yang sedang berada di dapur pun terkejut. Ia segera melangkah keluar, namun tiba-tiba berhenti saat melihat Ayra sedang berusaha menenangkan Maysha.
Sebaiknya aku tidak ikut campur. Bu Ayra adalah ibunya Maysha dan dia berhak atas Maysha. batin Giany.
Tak berselang lama, Allan pun keluar dari ruangan, kemudian turut mencoba menenangkan putrinya.
"Tenang, Sayang ... Tidak apa-apa ... Itu ibunya Maysha ... Tenang ya ..." ujar Allan sambil berusaha merangkul Maysha.
"Maysha kemari, ini ibu nya Maysha ... Dengar ibu, Maysha," bentak Ayra setengah memaksa.
Allan menepis tangan Ayra yang menarik tubuh Maysha. "Cukup Ayra! Kamu tahu seperti apa kondisi Maysha, jadi jangan memaksanya!"
Maysha semakin memberontak, meraih benda apapun dan melemparnya, juga dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi.
Saat melihat Giany berdiri di sudut ruangan, gadis kecil itu mendorong tangan Ayra dan Allan. Kemudian berlari memeluk Giany seolah meminta perlindungan di sana.
Sambil memeluk Giany mencoba menenangkan Maysha, sesekali terlihat membisikkan sesuatu.
Sementara Ayra mengusap air mata, kemudian melirik Maysha dengan raut wajah sedih. Selama ini Maysha tidak pernah mau menerimanya.
Kedatangannya pun selalu memicu ledakan emosi Maysha dan berakhir dengan kekecewaan.
Pandangannya kemudian mengarah kepada sosok wanita muda yang sedang memeluk putrinya. Ayra menatap Giany dari ujung kaki ke ujung kepala. Betapa mudahnya Maysha luluh oleh Giany.
"Sekarang kamu sadar siapa Giany, kan? Dan seberapa berartinya dia bagi aku dan Maysha," tutur Allan.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻