"sudah aku katakan sedari dulu, saat aku dewasa nanti, aku akan menjadikan kakak sebagai pacar, lupa?" gadis cantik itu bersedekap dada, bibirnya tak hentinya bercerocos, dia dengan berani masuk ke ruang pribadi pria di depannya.
tidak menjawab, Vallerio membiarkannya bicara seorang diri sementara dia sibuk periksa tugas para muridnya.
"kakak.."
"aku gurumu Au, bisa nggak panggil sesuai profesi gitu?"
"iya tahu, tapi kalau berdua begini nggak perlu!"
"sekarang kamu keluar!" ujar Vallerio masih dengan suara lembutnya.
tidak mengindahkan perintah pria tampan itu, Aurora malah mengikis jarak, dengan gerakan cepat dia mengecup bibir pria itu, baru berlari keluar.
Vallerio-Aurora, here!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
minta izin mommy Alisia
dalam perjalanan pulang, Vallerio masih saja mengenggam posesif tangan pacarnya itu. sesekali dia mengecup, membuat Aurora berdecak terus sejak tadi.
"kakak fokus nyetirnya, nanti kalau kecelakaan gimana!!" omel Aurora. Vallerio terkekeh pelan, kemudian melepas tangan Aurora dari genggamannya.
tapi hanya sebentar, karena setelahnya dia kembali melakukan hal itu. "tidak ada kecelakaan, aku masih fokus ke depan" hingga tak lama mobil yang dia kemudi sampai di depan rumah besar manggala.
dengan cepat dia turun, berlari kecil ke samping mobil, membuka pintu untuk Aurora. di pastikan Aurora sudah keluar, dia mengeluarkan barang belanjaan Aurora yang terlihat sangat banyak memenuhi bagasi mobilnya.
"ingat, jangan terlalu banyak makan makanan kurang sehat seperti ini!!" ingat nya lagi lagi berhasil membuat Aurora tersenyum tipis.
"kata siapa kurang sehat, itu baik untuk kesehatan kok.." jawab Aurora
"baik dari mananya? ini semua kelebihan gula, manisnya kebangetan,, kalau nanti sakit gigi gimana?" banyak sekali bicaranya. sekejap Vallerio menjelma menjadi emak emak kompleks yang begitu posesif pada putrinya.
"iya kelebihan gula, itu biar aku tambah manis, benar bukan?" goda Aurora lagi.
susah, Vallerio menepuk jidatnya berkali kali. keakraban keduanya tak luput dari tatapan seseorang yang berada di balkon kamar, betah memperhatikan keduanya.
"apa dia akan menjadi adik ipar saya?" Alena yang sejak tadi duduk di depan kamarnya mencari udara segar tak beralih dari dua orang di depan rumah.
"perasaan baru tadi pagi dia minta nomor teleponnya, apa secepat itu?" tebak Alena lagi lagi tak menemukan jawaban.sesaat dia turun, berniat bertanya agar dia tidak penasaran.
......................
"sayang kau sudah pu___ eh ada Vallerio juga?" mommy Alisia yang baru datang dari halaman belakang melihat putrinya dan Vallerio masih betah berdebat di depan, lebih tepatnya Vallerio sedang menasihati sementara Aurora si selalu menjawab cepat.
"halo tante" Vallerio mencium tangan wanita paruh baya itu, mengobrol singkat.
"kakak tidak pulang? katanya tadi ada kesibukan?" Aurora menatap heran pada Vallerio yang kini akrab berbincang dengan mommy Alisia, padahal tadi di mobil katanya hanya nganter karena dia harus pergi ke kantor bokapnya setelah ini.
"masuk dulu ayok.." ajak mommy Alisia yang tidak menghiraukan ucapan Aurora barusan. Vallerio juga menurut, dia tidak tampak buru buru kelihatannya.
"ehh, aku di tinggal!!" berlari menyusul keduanya, wajah Aurora sudah seperti landak yang tak punya teman, kusut.
sebenarnya dia pacar mommy atau Aurora sih? kayak lebih akrab sama mommy deh!! gerutu Aurora dalam hatinya, yang jelas hal itu tidak dia keluarkan secara jelas lantaran takut mommynya curiga.
"kamu kenapa baru mampir sekarang?" tanya mommy Alisia.
"beberapa hari lalu juga aku mampir tante, tapi tante nggak di rumah.." jawab Vallerio
"oh ya.."
"kenapa masih disini, nggak ganti baju?" Aurora di kagetkan dengan kehadiran Alena di belakangnya. seketika dia gugup setengah mati karena mendapati dirinya tengah menguping dua orang itu, apalagi saat ini mommy Alisia dan Vallerio menatap ke arahnya.
"em aku sebenarnya haus, baru saja dari kamar nih.." jawab Aurora sambil membawa langkahnya pura pura ke dapur.
"padahal aku sedari tadi melihatnya berada disitu.." sambung Alena kembali dengan suara kecil tapi masih bisa di dengar oleh Aurora.
'apasih,kalau kakak ipar curiga gimana.. guman Aurora tak berhentinya sejak tadi. semua itu tak luput dari tatapan Vallerio yang kini mengulum senyum.
"kayaknya ada yang tengah kasmaran" Alena berjalan menghampiri mertua dan sahabatnya yang sedang asyik berbincang. mendengar kalimat Alena, Vallerio datar saja.
"siapa yang tengah kasmaran, apa Vallerio?" tanya mommy Alisia yang memang kerap seperti gen Z, padahal dia berbeda generasi tentang itu.
"jujur saja, kamu tidak bisa menipuku!!" paksa Alena yang membuat Vallerio pada akhirnya tidak bisa mengelak.
.
.
dia menoleh ke arah mommy Alisia, menarik nafas berat " tante, kalau aku memacari Aurora boleh nggak?"
pranggggggg
uhukkkk uhukkk
Aurora yang masih minum air putih di dapur sambil mencuri dengar kini menjatuhkan gelas sembari batuk tak jelas lantaran begitu kaget dengan kalimat Vallerio barusan.
baru saja Aurora berpikir untuk menyembunyikan hubungan mereka lebih dulu, mulut pria itu telah lemas duluan, dan semua itu berakhir tatapan tak terbaca dari mommy Alisia dan Alena.
"sayang, kamu nggak apa apa?" lagi, Vallerio memang tidak terduga. kali ini dengan kesadaran seratus persen dia bangkit dari soda berlari menuju dapur di mana Aurora berada. dia mengelus lembut punggung gadis itu.
"udah sayang aja?" tanya Alena sambil memicingkan mata sebelahnya. Aurora meneguk ludah kasar, wajahnya bersemu merah antara menahan malu dan bingung hendak berbicara gimana.
"baru minta izin padahal sudah di pacarin anaknya!!" Kali ini mommy Alisia yang nyahut, membuat Vallerio nyengir tak jelas.
"maaf tante, baru juga jadinya jadi izinnya sekarang" jawab Vallerio
"tapi kamu nggak tertekan sebenarnya kan? apa Aurora yang kecentilan dan memaksamu agar berpacaran dengannya?" bak anak kecil, Mommy Alisia menyelidik.
"mommy apaan sih, mana ada Aurora centil!!!" elak gadis itu.
"siapa tahu, dari dulu kan kamu suka nempel nempelin Vallerio, lupa?" ujar wanita paruh baya itu kembali mengingatkan Aurora.
"gercep juga kamu ya, baru tadi minta nomor telepon, sudah di pacarin aja.." Alena tak mau kalah menggoda Vallerio.
"pantas tidak demen sama bule, ternyata incar adik iparku, hmmm" Vallerio tak menanggapi, dia saat ini tengah sibuk pada Aurora .
"tapi Rora, bukankah dia sudah tua? nanti cepat encok, hahahhahah" rupanya kesenangan bumil itu saat ini adalah menjelek jelekkan Vallerio di depan pacarnya.
"kalau kamu berubah pikiran, kakak ada rekomendasi cowok cakep yang umurnya dua tahun di atasmu Rora, dari pada sama Vallerio, ketuaan!!" lanjut Alena membuat mommy Alisia menghela nafas berat.
"cih bilang aja kamu iri kan!!" jika sudah bersama, mereka berdua terlihat seperti remaja di jaman SMA, tidak menampilkan sisi dewasa sama sekali.
"iri dari mananya"
"kamu sebenarnya ingin moment seperti ini kan, pacaran gitu!!" keduanya berasa di dunia sendiri.
"ckkk basi,, semuanya sudah ku lewati.." jawab Alena kemudian berlalu dari sana kembali ke kamar. sebenarnya iya, dia ke kamar untuk marah marah pada Wiliam agar pria itu bisa di ajak kerja sama untuk mengulang kembali momen pacaran.
kembali ke Aurora, Vallerio dan mommy Alisia yang sekarang berada di meja makan.
"jadi kamu benaran minta izin mommy?" ulang mommy Alisia bertanya pada pria itu.
"iya tan__"
"panggilnya mommy aja!" perintah wanita itu.
Vallerio mengangguk "iya mommy.." ulangnya masih dengan nada yang sedikit kelu lantaran tidak biasa.
"tapi janji, kamu harus menjaganya!!"
"pasti ta_ eh mom" mereka bertiga lanjut dengan makan siang. Vallerio makan disana.setelah cukup lama, barulah dia pamit pulang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lagian knpa emgga bilng kalo udah punya pacar .. 🗿🔪