Cantik, kaya, muda, sopan, baik hati, cerdas, itulah Soraya Syifa Dewiana. Gadis berjilbab ini amat diminati banyak orang, khususnya laki-laki. Bahkan gangster pria terkenal di kota saja, The Bloodhound dan White Fangs, bersaing ketat untuk mendapatkan gadis yatim-piatu agamis ini.
Namun siapa sangka, dibalik semua itu, ia harus menikahi pemimpin gangster dari White Fangs, Justin, yang telah menggigitnya dengan ganas di malam Jum'at Kliwon bulan purnama. Satu-satunya cara agar Soraya tidak jadi manusia serigala seperti Justin adalah dengan menikahinya.
Hingga membuat Boss mafia sekaligus CEO untuk Soraya, Hugh, terkadang cemburu buta padanya. Belum lagi asistennya Hugh, Carson, yang juga menaruh hati padanya. Selain itu, ada rahasia lain dari gadis cantik yang suka warna hijau ini. Cukup psikopat pada 2 geng siluman serigala itu dan tangguh.
Lantas, siapa sesungguhnya yang akan Soraya pilih jadi suami sejatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soraya Shifa Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8 : Pernikahan Menegangkan di Hotel Grensonyse
*BRAK!!!*
Suara pintu di dobrak kembali terdengar. Sekarang suara seorang wanita familiar yang menyusul, "Kalian ini ada apa?!"
Saling adu tembak terhenti. Terlihat sosok yang tak asing. Sosok cantik yang mereka incar. Itulah Soraya. Gadis itu melihat Boss kerja dan calon suaminya saling adu ketangkasan dengan senjata api masing-masing.
"Ada apa ini? Cepat jawab!" bentaknya keras. Matanya mau mengalirkan air mata.
Justin dan Hugh melihat gadis itu. Namun, Justin yang maju duluan dan berkata, "Sayang. Tenanglah! Ini hanya...berlatih."
"Berlatih atau memang berkelahi? Kau kira aku orang bodoh yang mudah ditipu?!"
Justin mulai mundur sedikit. Rasa kecewa berat di wajah gadis itu semakin terpancar jelas. Sementara wajah Hugh dan Carson menunjukkan wajah tak tega. Justin juga menunjukkan rasa tidak tega melihat Soraya yang pecah tangisnya.
"Kalian perang demi memperalatku? Menjadikanku boneka? Begitu? Boneka untuk saling menjatuhkan satu sama lain?!" tanya Soraya tegas bertubi-tubi.
Justin menghela nafas. Ia pun menjawab, "Soraya. Tolong dengarkan aku! Aku bukan mau memperalatmu untuk dijadikan boneka."
"Bohong. Aku sudah dengar semuanya! Kau kira aku tuli?!"
"Aku..."
Dari sinilah, Justin tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia menghela nafas. Dan berkata, "Baik. Sejujurnya, ini bukan hanya untuk melindungimu dari kutukan itu, agar kau terus jadi manusia normal selamanya. Tapi, kau ku jadikan boneka untuk menjatuhkan Hugh."
"Kau menikahiku agar aku tidak kena kutukan itu, itu sudah tidak masalah lagi bagiku. Tapi menjadikan aku boneka, sampai kapanpun aku tidak mau," ucap Soraya tegas.
Tangis gadis itu akhirnya pecah. Raut wajah Justin yang tadinya galak dan penuh kemenangan, kini berubah 180° menjadi rasa bersalah. Rasa penyesalan yang mendalam, meskipun ia masih dingin. Tidak mau mengungkapkannya.
"Maafkan aku untuk itu..."
*PLAK!!!*
Ucapan Justin terputus karena ditampar keras oleh Soraya. Pipinya yang sebelah kiri jadi sedikit merah karena luka tamparan itu. Justin menyentuh pipi kiri di wajah tampannya, dan melirik Soraya. Raut wajahnya kini terpampang rasa tidak percaya atas apa yang ia dapatkan.
"Kalau kau mau dapat kutukan itu, aku melepaskanmu malam ini juga," ucapnya dengan berbisik.
"Aku bisa menikahi siluman serigala lain," balas Soraya tak mau kalah.
"Memang bisa. Tapi, siapa yang mau denganmu?"
"Kenapa tidak dengan Boss-ku?"
Semua terkejut untuk yang kedua kalinya. Setelah kaget melihat Justin ditampar, sekarang karena mendengar ucapan Soraya barusan. Boss yang ia maksud sudah pasti semuanya tahu, Hugh orangnya.
Soraya melirik Hugh, dan mendekatinya. Ia berjalan ke arahnya, dan menggenggam erat tangan Hugh. Akan tetapi, semua itu terputus oleh Justin. Langsung saja pria berambut putih perak itu menarik Soraya dari Hugh, dan memeluknya erat.
"Soraya. Besok pernikahan kita. Pernikahan yang membuat kita jadi pasangan yang sah. Suami-istri sepenuhnya. Bahkan, aku yang menggigitmu hari itu. Tolonglah, jangan pergi! Jadilah manusia asli selalu! Jangan seperti aku, seperti kami!" jelas Justin penuh harap.
Soraya melirik Justin. Pandangan matanya seperti tidak mengerti, "Maksud kamu... apa-apaan ini?"
Justin melepas pelukan itu, menggenggam wajah Soraya agar gadis itu melihatnya dengan jelas. Gadis berkacamata itu melihatnya dengan pandangan tambah tidak mengerti, dan Justin menjawab tegas, "Aku...aku mencintaimu. Sangat mencintaimu! Pada pandangan pertama. Sejak pertama kali aku melihatmu. Dari saat sebelum kau mendapat gigitanku!"
Lagi. Mata Soraya berkaca-kaca lagi. Kembali berair. Hugh makin tersayat hatinya, meskipun sudah tahu akan hal ini. Carson juga makin banyak diam tak berkutik.
Soraya melihat Justin dan membalas pegangan tangan di wajahnya. Walaupun masih ada tatapan tajam tidak percaya, namun gadis itu akhirnya menerima atas apa yang barusan ia dengar.
"Baik. Aku akan tetap menerimamu sebagai calon suamiku. Tapi, syarat kita tetap dipegang," ucap Soraya pada Justin dengan tegas.
Justin mengangguk dengan sedikit senyuman senang dan membalas, "Iya. Pastinya, syarat itu akan ku penuhi. Demi kamu."
Melihat itu, Hugh segera mengajak gengnya pergi dari sana. Rasanya ini sudah sangat menyakitkan baginya. Namun, ia tetap akan melihat Soraya di saat-saat apapun.
...***...
Besoknya, saat pernikahan tiba...
Soraya di dandani oleh Shella dengan rapi. Sungguh amat sangat cantik dan anggun bagai seorang Dewi Kahyangan.
"Selesai, Nyonya. Nyonya sangat tambah cantik hari ini," ucap Shella itu senang.
Soraya menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum kecil biasa, dan bicara pada dirinya sendiri, "Kita lihat saja ke depannya. Semoga lancar."
Mobil yang menjemputnya ke hotel telah tiba. Dan ternyata yang menjemputnya adalah Jude. Padahal dia pegawai yang bekerja di perusahaannya Hugh. Namun, Soraya memasuki mobilnya biasa saja.
"Kau juga bekerja pada Justin?" tanya Soraya di tengah perjalanannya ke hotel Grensonyse.
"Sebenarnya, aku ini asisten pribadinya Tuan Justin," jawab Jude sambil menyetir mobil dengan polos.
"Apa?!" Soraya terkejut dalam hatinya.
Pembicaraan itu hanya sebentar. Dan memakan waktu sekitar 10 hingga 15 menit perjalanan untuk sampai ke hotel Grensonyse.
...***...
Sesampainya di sana, Justin sudah menunggu di teras hotel. Keduanya berjalan bersamaan menghadap meja akad nikah. Seorang pria tua yang merupakan penghulunya sudah menunggu.
Dari beberapa tamu yang hadir, jika dilihat sekilas, Soraya memandang ada juga ternyata Hugh. Carson dan Dennis juga hadir di sana. Ikut menjadi saksi di acara akad nikah ini.
Sampai di meja akad, semuanya duduk. Dan penghulu pun berjabat tangan dengan Justin. Lalu mengucapkan kalimat basmalah serta menyatakan pernikahan ini. Hingga menyebut maharnya.
Justin membalas ucapannya dengan menyatakan, bahwa ia menerima pernikahan ini dengan Soraya. Menyebut maharnya juga dan tunai terbayarkan. Di akhiri dengan penghulu bertanya pada para saksi.
"Bagaimana saksi, sah?"
Satu hotel kompak menyebut kata "sah" itu dengan kompak. Semuanya berakhir dengan ucapan kalimat hamdallah, lalu doa bersama.
Soraya pun mencium tangan Justin. Dibalas ciuman Justin di dahi Soraya, serta pemasangan cincin pernikahan. Hugh yang melihatnya, menahan air mata. Sementara Carson berusaha tersenyum bahagia, walaupun hatinya ikut sakit.
Lalu diadakan pesta dansa. Khususnya untuk sepasang pengantin tersebut. Justin nampak sangat bahagia. Sedangkan Soraya tersenyum biasa. Tapi dansanya berjalan lancar.