NovelToon NovelToon
Cantik-cantik Pelakor

Cantik-cantik Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vina Melani Sekar Asih

Namaku Delisa, tapi orang-orang menyebutku dengan sebutan pelakor hanya karena aku berpacaran dengan seseorang yang aku sama sekali tidak tahu bahwa orang itu telah mempunyai pacar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Suasana pagi yang cerah itu tampaknya akan menjadi hari yang biasa saja bagi Delisa. Setelah beberapa hari kembali ke sekolah dengan semangat dan merasa sehat, Delisa siap untuk menghadapi hari yang penuh dengan pelajaran dan canda tawa bersama teman-temannya. Namun, pagi itu, sesuatu yang tak terduga terjadi saat ia dan Azka berjalan beriringan menuju kelas.

"Azka!" Tiba-tiba, seorang suara perempuan memanggil dari kejauhan. Delisa dan Azka sama-sama menoleh ke arah sumber suara tersebut. Terlihat seorang gadis dengan wajah cantik dan senyum yang cerah mendekat ke arah mereka. Gadis itu terlihat percaya diri, dengan pandangan mata yang tajam tertuju pada Azka.

Azka tampak terkejut, hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Putri?" gumamnya pelan, terlihat bingung.

Putri langsung tersenyum dan melambaikan tangan pada Azka, seolah-olah pertemuan mereka adalah hal yang sudah dinantikan lama. Dengan langkah cepat, dia menghampiri Azka dan Delisa, seolah-olah tidak menyadari keberadaan Delisa di sebelah Azka.

"Hai, Azka. Lama banget nggak ketemu!" Putri berkata dengan senyum yang manis, namun ada kilatan aneh di matanya saat ia melirik Delisa.

Azka tampak canggung dan sedikit bingung. "Putri... kok kamu ada di sini?"

"Oh, aku pindah sekolah, Azka. Aku mau lebih dekat denganmu, lagipula kita kan belum putus, jadi aku pikir ini keputusan yang tepat," ujar Putri dengan nada yang begitu santai, seakan menyatakan bahwa ia masih memiliki hubungan khusus dengan Azka.

Kata-kata itu membuat Delisa terdiam, jantungnya seakan berhenti berdetak sejenak. "Belum putus?" pikirnya dalam hati, merasa bingung dan terluka. Selama ini, Azka tidak pernah mengatakan apa pun tentang Putri, apalagi tentang hubungan yang masih berlangsung.

Azka segera merespons dengan suara yang tegas, "Putri, kita sudah putus sejak lama. Aku pikir kamu paham itu."

Namun, Putri hanya tersenyum samar dan melirik Delisa dengan pandangan meremehkan. "Azka, sayang... kamu memang suka bercanda, ya? Tentu saja kita belum putus. Lagipula, siapa gadis ini?" tanya Putri dengan nada penuh sindiran, matanya menatap Delisa dengan tatapan tajam.

Delisa merasa terpukul. Ia berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan kelemahannya di depan Putri. Namun, di dalam hatinya, ia merasakan kekecewaan yang mendalam. Bagaimana mungkin Azka tidak pernah memberi tahu tentang Putri sebelumnya? Dan sekarang, Putri mengklaim bahwa mereka belum putus?

"Ini Delisa, pacarku," jawab Azka dengan tegas, menggenggam tangan Delisa untuk menunjukkan keseriusannya.

Namun, bukannya mundur, Putri justru tertawa kecil. "Oh, jadi ini Delisa. Aku sudah sering mendengar nama kamu. Jadi, kamu pacar barunya, ya? Wah, sayang sekali, kamu pasti tidak tahu bahwa hubungan kami sudah berjalan cukup lama. Aku dan Azka sudah bersama sejak lama, dan hubungan jarak jauh bukanlah halangan bagi kami," ucap Putri dengan senyum sinis yang membuat Delisa merasa semakin tidak nyaman.

Kata-kata Putri menyulut kebingungan dan keraguan dalam hati Delisa. Ia menatap Azka, berharap ia akan memberikan penjelasan yang meyakinkan. Namun, Azka hanya menghela napas panjang dan tampak frustrasi.

"Putri, kita memang pernah punya hubungan, tapi itu sudah lama berakhir. Aku sudah lama bilang padamu bahwa kita harus move on, tapi sepertinya kamu belum mengerti," ucap Azka, suaranya terdengar tegas namun juga lelah.

Putri menggelengkan kepala dengan tawa kecil. "Kamu pikir aku akan menyerah begitu saja, Azka? Aku tahu kita masih ada perasaan satu sama lain, dan sekarang aku ada di sini untuk memastikan bahwa kamu tidak melupakan hubungan kita."

Ucapan Putri membuat Delisa merasa seolah-olah dirinya adalah orang ketiga yang datang di antara Azka dan Putri. Meski Azka telah menjelaskan bahwa mereka sudah putus, kata-kata Putri masih terngiang di benaknya dan membuatnya merasa ragu. Delisa ingin percaya pada Azka, tetapi penampilan Putri yang begitu percaya diri dan sikapnya yang tidak mau menyerah membuat segalanya menjadi rumit.

Selama beberapa hari berikutnya, Delisa menjadi pendiam dan menjauh dari Azka. Ia merasa sulit untuk menenangkan pikirannya dan kembali percaya pada Azka seperti sebelumnya. Meskipun Azka berusaha meyakinkannya bahwa hubungannya dengan Putri sudah berakhir, bayangan Putri yang terus-menerus muncul di sekolah membuat Delisa semakin tersiksa.

Desas-desus tentang Putri yang mengklaim bahwa Delisa adalah "orang ketiga" dalam hubungan Azka mulai menyebar di antara siswa-siswa lain. Banyak yang berbisik-bisik tentang Delisa, menyebutnya sebagai "pelakor" dan "perusak hubungan". Bahkan beberapa teman sekelas yang awalnya akrab dengannya mulai menjauh dan memperlakukannya dengan sikap sinis.

Caca, yang selalu menjadi sahabat setia Delisa, mencoba menenangkan perasaannya. "Del, aku yakin Azka jujur sama kamu. Aku udah lama kenal dia, dan dia nggak mungkin bohong soal hal kayak gini."

Delisa mengangguk pelan, namun raut wajahnya masih penuh kebingungan dan kesedihan. "Aku ingin percaya, Ca... Tapi setiap kali aku lihat Putri, dia selalu bilang hal-hal yang bikin aku ragu. Aku nggak mau jadi orang ketiga dalam hubungan siapa pun."

Caca menggenggam tangan Delisa, mencoba memberikan kekuatan. "Kamu bukan orang ketiga, Del. Kamu pacarnya Azka sekarang, bukan dia."

Azka pun tak tinggal diam. Setiap kesempatan yang ada, ia berusaha menemui Delisa untuk menjelaskan semuanya. Suatu hari, setelah sekolah usai, Azka mendapati Delisa yang sedang duduk sendirian di taman sekolah. Ia pun mendekati Delisa dan duduk di sampingnya.

"Del, kita harus bicara," ucap Azka dengan serius, menatap mata Delisa.

Delisa hanya diam, namun ia tidak menghindari tatapan Azka.

"Putri memang mantan pacarku, dan kami memang pernah menjalani hubungan jarak jauh. Tapi itu sudah lama berakhir. Aku sudah bilang padanya bahwa kami sudah putus, tapi mungkin dia masih belum bisa menerima kenyataan itu. Aku nggak punya perasaan apa pun untuk dia, Del. Kamu satu-satunya yang aku sayang sekarang," kata Azka dengan suara yang tulus.

Delisa menghela napas panjang, mencoba menahan air matanya. "Azka, aku ingin percaya sama kamu. Tapi situasinya begitu sulit. Setiap hari aku merasa dihakimi oleh orang-orang yang menyebutku perusak hubungan kalian."

Azka meraih tangan Delisa dengan lembut. "Del, kamu nggak perlu dengar omongan orang lain. Kamu tahu aku mencintaimu, dan aku nggak akan pernah menyakiti perasaanmu. Aku akan melakukan apa pun untuk membuat kamu merasa aman dan percaya padaku lagi."

Delisa merasakan kehangatan dari genggaman tangan Azka, namun rasa ragu dan luka di hatinya masih ada. Meskipun kata-kata Azka terdengar tulus, kehadiran Putri yang terus mengganggu membuatnya sulit untuk sepenuhnya percaya.

Saat mereka tengah berbicara, tiba-tiba Putri muncul di belakang mereka. Ia menatap Delisa dengan pandangan tajam, lalu berkata, "Jadi ini caramu menghadapinya, Azka? Mengabaikanku dan mencoba meyakinkan dia? Kamu benar-benar berubah."

Azka berdiri dan menatap Putri dengan tegas. "Putri, aku sudah bilang berkali-kali. Hubungan kita sudah berakhir. Tolong jangan ganggu aku dan Delisa lagi."

Putri hanya tersenyum sinis, lalu melipat tangan di depan dada. "Kamu mungkin bisa membohongi Delisa, tapi kamu nggak bisa mengabaikan fakta bahwa kita pernah bersama. Aku yakin dia pun sadar bahwa perasaan yang sudah ada sejak lama tidak mudah untuk dihapus begitu saja."

Delisa merasa semakin tertekan dengan kehadiran Putri yang seakan-akan terus mencoba menghancurkan kepercayaannya pada Azka. Ia pun merasa tidak ada pilihan lain selain bangkit dari tempat duduknya dan berkata, "Aku pikir aku butuh waktu untuk sendiri. Maaf, Azka."

Azka ingin menahan Delisa, namun ia tahu bahwa Delisa butuh waktu untuk meredakan perasaannya. Ia hanya bisa menatap Delisa dengan tatapan penuh penyesalan, sementara Putri terlihat puas melihat mereka berpisah.

Sepeninggal Delisa, Azka menghela napas panjang, lalu menatap Putri dengan tatapan tajam. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan, Putri?"

Putri hanya tersenyum dingin. "Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa aku belum selesai denganmu, Azka. Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkanmu kembali, meskipun itu berarti menghancurkan hubunganmu dengan Delisa."

1
fatin fatin
Aku suka ini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!