Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
"Kasihan Hasyim, ku kira enak jadi anak bos karena bisa terkenal baiknya, bisa masuk kerja juga karena ayahnya. Tapi beda dia!" kata pak Kahar sambil geleng² kepala.
"Maksud pak Kahar apa?" tanya bu Darma.
"Iya lah pak. Tentu enak! Dia masuk disini juga kan karena ayahnya Bos. Dia itu malas datang ke kantor, dirumah ji na kerja. Ayahnya sendiri yang bilang, Bos Limin!" ucap bu Lia penuh tekanan.
"Orang tidak akan tau jika hanya memandang dari sampulnya saja. Terserah kalian sajalah mau berpendapat bagaimana. Saya mau kerja!" ucap pak Kahar lalu meninggalkan teman² perempuannya.
"Maksudnya gimana sih bu Lia? Saya gak ngerti!" tanya bu Darma.
"Gak tau itu pak Kahar, bicara aja setengah²." ujar bu Lia. "Kalau setauku ya bu, Hasyim itu jarang kesini karena dirumah ji na kerja terus jarang juga mau mengantar ayahnya ke kantor." jelasnya sambil mengedikan bahu tanda tak paham mana yang benar dan salah.
"Sudahlah. Lupakan saja bikin pusing!" gumam bu Darma pelan.
***
Baru tiba diparkiran ternyata sudah disambut dengan wajah garang ayah Limin.
"Kamu kenapa lama sekali?" tanya ayah Limin dengan wajah merah menahan amarah.
"Maaf ayah, kalau mobil tidak bisa ki balap² apalagi mau melambung!" jawab Hasyim jujur.
"Kalau ditanya banyak sekali alasannya." ujar ayah Limin. "Bawa ini berkas ke mobil." menyerahkan beberapa berkas ditangannya kepada Hasyim, belum diterima sudah dilepas. "Kamu ini gak ada niat bantu ya?" omelnya. "Ambil berkas saja gak becus." lanjutnya.
Hasyim hanya diam lalu mengambil berkas yang berserakan dilantai.
"Cepat Hasyim, lambat sekali jadi orang!" ucap Ayah Limin lagi. Di belakang sana banyak karyawan dan para staf, mereka bisik² mengenai apa yang mereka lihat dengan persepsi masing².
"Kita mau kemana yah?" setelah tenang duduk dalam mobil Hasyim bertanya.
"Kita ke Lamasi untuk melakukan survei." ucap ayah Limin dan Hasyim hanya mengangguk lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Lambat sekali kamu bawa mobil, kasih cepat!" perintah ayah Limin.
"Iya ayah." jawabnya patuh.
Hasyim membawa mobil dengan kecepatan cukup tinggi tetapi masih bisa mengontrol untuk menjaga keselamatan.
"Jangan model patek² kalau bawa mobil Hasyim." tegurnya seraya membuka matanya bangun tidur. "Kalau bawa mobil itu yang baguslah." masih mengomel.
"Kamu dengarkah saya bilang?" tanya ayah Hasyim. "Kamu bisu tidak bisa jawab?" omelnya lagi.
"Dijawab salah, diam salah." gumam Hasyim pelan.
"Kamu bilang apa?" tanyanya.
"Ini mau kemana ayah? Lamasi luas." tanya Hasyim.
"Ke Kantor Pertanian yang di Jalan Gerumbul." ucapnya.
***
Sorenya mereka pulang.
"Seandainya kamu nikah sama Nana, Hasyim. Kita bisa singgah kesana. Semenjak kejadian itu mereka tidak mau tegur² ayah Hasyim."
"Keluarga ta itu ayah, seharusnya kita tau bagaimana mereka. Sudah biasa ku tegur kalau ketemu tapi dia cueki ji k, pernah ku bilang. Kalau tiga kali ku tegur na cuek, tidak bakalan ku tegur² lagi." jelas Hasyim.
"Kamu sih, kenapa juga bisa kejadian begitu!" sesal ayah.
"Ayah belum jelas dengan permasalahannya? Keluarga ayah yang mulai, kenapa Hasyim yang kena yah? Kenapa diungkit lagi sih yah! Hasyim sudah nikah yah." ucapnya kesal sambil nyetir mobil.
"Bagaimana dengan isterimu, kamu bahagia?" tanya ayah mengalihkan pembicaraan setelah beberapa saat hening.
"Mau gak mau, sudah jadi suami dan punya isteri ya dijalani saja yah!" ucapnya enteng.
"Kamu ini, pernikahan itu seumur hidup sekali Hasyim. Jangan dibuat main²!" peringat ayah.
"Siapa yang main² ayah? Nah begini hidupku na, yang selalu kalian atur, kalian tekan!" ucap Hasyim merasa makin kesal.
"Kerja yang benar Hasyim sebelum ayah pensiun, kasih ayah dan ibumu cucu."
"Baru juga nikah dah tanya cucu." gerutu Hasyim.
"Iya kan cepat dibikin Hasyim mumpung kami masih ada." Hasyim hanya geleng² kepala menghadapi ayahnya kalau sudah ngoceh gak ada habisnya. Mereka sudah tiba dirumah!
***
"Aku keluar bentar ya!" pamit Hasyim pada isterinya.
"Iya kak. Nanti shalat maghrib jamaah ya?" tanya Hana. Hasyim hanya mengangguk lalu keluar kamar.
"Kasihan suamiku, kayak capek dari Kantor!" gumam Hana pelan seraya melihat punggung suaminya keluar.
"Sudah hampir maghrib, kak Hasyim mana ya?" gumam Hana pelan. "Shalat sendiri saja deh!" lanjutnya.
"Maaf aku baru pulang!" ujar Hasyim saat tiba dikamar.
"Gak apa² kak." ucap Hana tersenyum.
"Ini buat kamu." Hasyim memberikan amplop putih pada Hana. "Bukalah Hana!" perintahnya.
"Alhamdulillah. Terima kasih kak!" Seru Hana bahagia karena diberi nafkah lahir oleh suaminya.
"Sama². Ayo makan, aku lapar!" Hana mengangguk lalu keluar kamar bersama suaminya.
"Isteri mu dikamar terus Hasyim." sindir ibu Setia saat mereka hendak ke meja makan. Hana menunduk melihat tatapan suaminya.
"Maklum pengantin baru Tia." sahut kakek. "Besok kakek pulang, ayo makan bersama semua." ajak kakek.
"Kamu gak bantu ibu memasak ya?" bisik Hasyim pada Hana. Hana hanya menggeleng. "Kenapa?" tanyanya lagi.
"Aku menyapu dan ngepel kak!" Hasyim diam mendengar jawaban isterinya. Usai makan Hana langsung mencuci seluruh piring kotor.
"Besok saja Hana, ini sudah malam!" ujar ibu Setia.
"Iya kak. Besok pagi saja biar aku yang cuci." sahut Lastri yang barusan ikut makan malam bersama.
"Udah gak apa² kok bu, de. Ini sekalian hanya sedikit saja!" jawab Hana sembari membersihkan piring kotor lalu menggosoknya.
"Kok cuci piring malam²?" tanya Hasyim.
"Gak apa sekalian kok!" jawabnya pelan.
"Gimana Tesismu Hana?" tanya ayah Limin saat mereka bersantai didepan televisi.
"Insya Allah besok bimbingan ayah." jawabnya.
"Iya bagus, segera supaya cepat selesai biar cepat kerja." sahut Lastri.
"Kamu kerja apa Lastri?" tanya Hasyim.
"Kata ayah, selagi ayah masih bisa biayai hidupku biar aku dirumah saja gak masalah!" ucapnya santai.
"Kamu itu beban Lastri!" canda Hasyim sambil tersenyum.
"Ayah, kak Hasyim." rengeknya.
"Sarjana tapi manja. Aish." ledek Hasyim.
"Kenapa kalian ini? Sudah mi Hasyim, kenapa kamu begitu sama adikmu?" tanya ayah Limin.
Hening
Hening
"Kami pamit ke kamar semua." ucap Hasyim. "Ayo." ajaknya pada Hana. Hana diam saja lalu ditarik tangannya supaya mengikuti Hasyim memasuki kamar mereka.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆