Elara Estelle putri seorang pengusaha yang terabaikan dipaksa menikah dengan Alistair Magnusson seorang tuan muda lumpuh di tengah ejekan keluarganya elara menyembunyikan identitasnya sebagai dokter terkenal ketika rahasia masa lalu terungkap elara merencanakan balas dendam sambil belajar arti cinta dan penerimaan dalam pernikahan yang tak terduga.
penasaran?? yuuk lanjut bacanya ➡️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bellis_perennis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Hari itu di tengah perkumpulan keluarga Magnusson elara dan Sebastian duduk di teras belakang mansion menikmati angin sore evelyn baru saja pergi untuk menerima panggilan telepon meninggalkan elara dan Sebastian sendiri mereka berbicara sambil mengamati taman yang tertata rapi di depan mereka.
Sebastian yang biasanya santai dan ceria tiba-tiba menghela napas dan berkata "Keluargamu itu benar-benar lintah darat".
Elara hanya tersenyum tipis menatap lurus ke depan "aku setuju dengan pendapatmu".
Sebastian menoleh sedikit terkejut dengan jawaban langsung dari elara "kau… wanita aneh" ujarnya, sambil menggelengkan kepala.
Elara tersenyum kecil penasaran dengan alasan Sebastian "kenapa kau menganggap aku aneh?".
Sebastian tertawa kecil "kau tidak keberatan aku menghina keluargamu?".
Elara menggeleng sambil tersenyum dingin "tidak hanya saja aku lebih suka berpikir realistis kalau aku membela mereka apa yang akan aku dapatkan? Kalau aku membiarkan mereka apa yang akan terjadi padaku? Bagiku mereka hanyalah masa lalu".
Sebastian mendengarkan dengan serius lalu mengangguk setuju "kau benar aku suka memiliki kakak ipar yang realistis sekaligus berhati dingin sepertimu".
"Terima kasih untuk pujiannya" balas Elara dengan nada datar tapi penuh keyakinan.
Sebastian menatapnya, penasaran dengan masa depan Elara "jadi rencana apa yang akan kau lakukan setelah ini? Setelah kau lulus dan menyelesaikan studimu?".
Elara berpikir sejenak sebelum menjawab "aku akan mencari uang dan menjadi wanita kaya raya yang terhormat".
Sebastian menatapnya dengan ekspresi geli "itu sama anehnya dengan pikiranmu yang realistis" ujarnya sambil tertawa kecil.
Elara tersenyum membiarkan nada dinginnya melunak "kau berpikir begitu? Tapi aku akan mewujudkannya supaya kau percaya".
Sebastian mengangguk, tersenyum dengan bangga "aku percaya hanya saja… kenapa kau masih memikirkan hal itu? Sekarang kau sudah resmi menjadi istri kakakku bahkan kalau kau tidur sepanjang hari pun kau masih bisa mendapatkan uang".
Elara menatap Sebastian, dengan tatapan tegas "tapi, itu bukan kekayaanku bukan hasil dari kerja kerasku apa yang aku inginkan adalah uang yang kuperoleh dari kemampuanku sendiri aku ingin membalas orang-orang yang sudah menyakitiku dengan uang, aku bisa membeli segalanya… termasuk nyawa mereka".
Sebastian terpana mendengar kata-kata elara yang begitu dingin namun penuh keyakinan dia tak menduga kalau kakak iparnya memiliki ambisi sekuat itu.
"Kalau begitu", ucap Sebastian dengan senyum penuh pengertian "kau harus segera melakukannya dan jangan lupakan aku saat kau berhasil".
Elara tersenyum pada sebastian kali ini sedikit lebih hangat "tentu,bastian".
Sebastian tertawa bahagia, merasa percakapan dengan Elara adalah hal yang menyegarkan "perkumpulan keluarga yang biasanya membosankan… sekarang jadi lebih menyenangkan sejak ada kau awalnya kupikir kau sulit didekati kukira kau sombong dan dingin".
Elara hanya mengangkat bahu "kau tidak sepenuhnya salah"
Keduanya tertawa membiarkan keheningan sore di mansion Magnusson terisi oleh tawa mereka di balik sikap dingin Elara Sebastian menyadari bahwa kakak iparnya ini memiliki sikap yang membuatnya lebih menarik daripada yang ia bayangkan sebelumnya.
Saat Evelyn datang dari arah dalam mansion dia melihat Elara dan Sebastian tengah asyik berbincang di belakang evelyn tersenyum merasa penasaran dengan percakapan yang tampak begitu menyenangkan.
"Apa yang kalian bicarakan? Sepertinya seru sekali" tanya Evelyn sambil tersenyum dan mendekati mereka berharap bisa ikut bergabung.
Sebastian menatap ibunya sambil tersenyum usil "tidak ada bu kami hanya membahas tentang keluarga Estelle yang tidak tahu malu" jawabnya tanpa ragu memang dia tak suka berbohong pada Evelyn.
Evelyn tersenyum mendengar jawaban jujur anaknya, tapi tetap merasa ingin tahu. "Oh, jadi seperti itu?"
"kenapa ibu ingin bergabung dengan kami? Kemana perginya pria posesif itu?" tanya sebastian dengan nada bercanda merujuk pada ayahnya frederick.
"Nak ..dia itu ayahmu. Jangan bicara buruk tentang dia di belakangnya "jawab Evelyn lembut "Kalau kau kesal padanya kau bisa membicarakannya dengan baik".
Sebastian tertawa kecil, lalu berkata "baiklah sesuai keinginan baginda ratu " dia melemparkan senyum jahil ke arah ibunya membuat Evelyn tersipu dan menutup wajahnya sebentar.
"Kau membuat ibu malu, Sebastian" ucap evelyn sambil tersenyum sedikit tersipu.
Elara yang menyaksikan interaksi manis antara Sebastian dan Evelyn tak bisa menahan senyum diam-diam dia merasa iri
seandainya dia terlahir dari ibu sebaik Evelyn mungkin hidupnya akan lebih normal dan bahagia tanpa luka-luka yang ia alami dari keluarganya sendiri.
Evelyn tersenyum pada Bastian lalu berkata "dia sedang membicarakan bisnis dengan suami kakak iparmu kalau ibu lebih lama di sana, telinga ibu bisa tuli mendengar percakapan mereka".
Sebastian tertawa "Bisa-bisanya ibu berkata seperti itu".
Evelyn terkekeh "Kenapa ibu tidak boleh berkata begitu?"
Sebastian langsung mendekati ibunya dan mencium pipinya dengan sayang "ini kesempatan langka bu ...kalau Ayah ada di sekitar bahkan untuk meminjamkan ibu sebentar saja ayah tidak akan memberi diskon".
Evelyn tertawa lembut membelai pipi anak keduanya itu dengan kasih sayang.
Setelah tertawa sejenak Evelyn menoleh pada Elara dengan pandangan lembut "Sayang bagaimana kabarmu dengan Alistair? Apa dia sering bertindak kasar padamu? Atau mungkin mengabaikan mu?" tanyanya penuh perhatian.
Elara menggeleng sambil tersenyum tenang "semuanya baik-baik saja.. bu dia suami yang baik jadi ibu tak perlu khawatir".
Evelyn menatap Elara dengan pandangan penuh perhatian mencoba memastikan kebenaran kata-kata menantunya itu "apa kau benar-benar tidak sedang berbohong pada Ibu Elara?"
Elara menggeleng, tersenyum sedikit lebih hangat "mana mungkin aku berani berbohong pada ibu Alistair benar-benar baik padaku."
Bagi Elara, sikap Alistair yang acuh dan menjaga privasi adalah hal yang dia hargai dia merasa itu cukup sebagai bentuk kebaikan terutama ketika menghadapinya dengan kejujuran di depan Evelyn.
Evelyn menghela napas lega. "Syukurlah… Kau tahu, Elara, Ibu benar-benar ingin kau bahagia meskipun putraku lumpuh tapi dia pria yang baik".
Elara menatap Evelyn dengan mata yang sedikit berkilat "bu, aku tidak pernah mempermasalahkan kondisi Alistair cukup dia menghargai aku sebagai seorang wanita dan aku memiliki ibu sebaik dirimu… rasanya itu semua seperti mimpi".
Evelyn tersenyum lembut hatinya hangat melihat ketulusan elara di sampingnya sebastian menatap Elara menyadari bahwa kata-kata dan tatapan kakak iparnya tulus dari hati.
"Jadi kau tidak merasa beruntung memiliki adik ipar setampan diriku?" goda Sebastian mencoba mengusik Elara.
Elara tertawa kecil "tentu, aku beruntung aku juga beruntung memiliki ayah mertua yang kaya raya" balasnya, bercanda untuk mencairkan suasana.
Sebastian tertawa lebih keras merespon dengan nada bercanda "yaaa, aku juga harus mengakuinya aku pun beruntung memiliki ayah yang kaya raya".
Tawa mereka bertiga pecah di teras belakang mansion candaan dan kebahagiaan di antara mereka membuat perasaan Evelyn membaik dia meraih Elara dan memeluknya dengan lembut.
"Terima kasih sayang ibu benar-benar beruntung memiliki menantu sepertimu "ucap Evelyn sambil memeluk Elara dengan hangat.
Dalam hati, Elara merasakan sebuah tekad baru aku akan melindungi keluarga ini sekuat tenagaku janji elara pada dirinya sendiri kalian harus tetap baik-baik saja