Mira adalah seorang IRT kere, memiliki suami yang tidak bisa diandalkan, ditambah keluarganya yang hanya jadi beban. Suatu hari, ia terbangun dan mendapati dirinya berada di tubuh wanita lain.
Dalam sekejap saja, hidup Mira berubah seratus delapan puluh derajat.
Mira seorang IRT kere berubah menjadi nyonya sosialita. Tiba-tiba, ia memiliki suami tampan dan kaya raya, lengkap dengan mertua serta ipar yang perhatian.
Hidup yang selama ini ia impikan menjadi nyata. Ia tidak ingin kembali menjadi Mira yang dulu. Tapi...
Sepertinya hidup di keluarga ini tak seindah yang Mira kira, atau bahkan lebih buruk.
Ada seseorang yang sangat menginginkan kematiannya.
Siapakah dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Kartomisastro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Perlahan Mira membuka matanya yang terasa berat. Sampai ia sadar tengah berada dalam sebuah kamar hotel.
Mira tetap berbaring sampai melihat sosok pria keluar dari kamar mandi sambil mengenakan handuk kimono yang disediakan hotel.
Wanita itu terkesiap. Dilihatnya sebentar tubuhnya sendiri, lantas ia bernapas lega karena masih mengenakan gaunnya yang tadi.
Mira segera melompat dari ranjang. Lalu dengan ekspresi penuh kekesalan, ia membawa bantal dan memukulkannya ke arah Theo dengan membabi buta.
"Dasar bocah mesum! Jangan macam-macam sama emak-emak ya!"
Theo kaget mendapat serangan tiba-tiba. Pria yang memiliki wajah perpaduan Yoo Seung Ho dan Cha Eun Woo itu, segera berbalik untuk menahan tangan Mira.
"Stop, Tante Mira!"
Mira refleks berhenti.
Tante?
"Wanita ini tante kamu? Eh maksudnya aku tantemu?" Mira buru-buru meralat perkataannya.
Dipindainya Theo dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tampan sekali dia. Hush!
"Sepertinya jarak usia kita gak sejauh itu. Kamu bohong, kan? Ngaku! Kamu cuma takut aku teriak minta tolong, dan kamu ketahuan mau berniat macam-macam padaku! Iya kan?!"
Sudut bibir Theo terangkat sebelah, tampak menahan tawa.
"Malah ketawa! Aku gak main-main dengan ucapanku! Aku akan teriak sekarang juga!"
"Silahkan. Gak akan ada yang denger."
Mira menelan ludah sambil menggigit bibirnya, merasa tidak berdaya.
Wanita itu tampak panik melihat Theo tengah membuka tali handuknya. Perlahan namun pasti, tampaklah roti sobek yang menggugah selera itu.
"Lihat apa?"
Mira sontak kaget sebelum berpaling. Tangannya menyentuh pipi yang mulai terasa panas.
"Tante gak ingat ini?"
Meski takut, rasa penasaran Mira mengalahkan segalanya. Wanita itu menoleh, lantas mendapati bekas luka bakar di bagian dada sebelah kanan Theo.
"I-itu kenapa?"
"Tante yang bikin luka ini."
Waduh, berarti itu ulah Mira Mahalia, bukan aku! Gimana cara bilangnya, coba?!
"M-maaf. Pasti aku gak sengaja melakukan itu."
Theo lantas tertawa, Mira sampai bengong dibuatnya.
"Bercanda. Ini waktu kakek marah karena kelakuanku saat kecil dulu, lalu kopinya yang masih panas itu gak sengaja tumpah. Kamu yang buru-buru memberikan pertolongan pertama."
"Oohh... "
Theo menghela napas. Pria itu kembali mengikat handuk kimononya.
Ia lantas memegangi kedua lengan Mira, menuntunnya perlahan duduk di sofa dalam kamar tipe royal suite itu.
Theo sedikit menunduk, menyamakan posisi wajahnya dengan wajah Mira. Ditatapnya lekat-lekat wajah wanita itu. Lantas ia maju untuk memperpendek jarak mereka.
Meski Mira masih mencurigai Theo, anehnya kali ini wanita itu memilih diam saja. Mungkin pesona pria tampan selalu menjadi kelemahannya.
Lalu, dengan ekspresi yang begitu serius, Theo berkata, "Tante Mira, dengarkan aku baik-baik. Bagaimanapun caranya, ingatan Tante harus segera pulih."
Ingatan Tante-mu ini akan langsung pulih, jika aku bisa keluar dari tubuh ini, Tole...
"Aku datang jauh-jauh dari Philadelphia untuk melakukan apa saja supaya kamu bisa kembali seperti semula. Kita tidak punya banyak waktu. Demi keselamatan hidup kita, kita harus segera lakukan rencana yang sudah kamu buat itu--"
Theo menggantung kalimatnya saat seseorang mengetuk pintu.
Pria itu meninggalkan Mira untuk membuka pintu.
"Ada apa, Rey?"
Rupanya pengawal pribadi Theo yang datang.
"Tuan Theo, anda tidak akan keluar menyapa yang lain?"
"Nanti saja, urusanku yang jauh lebih penting ini belum selesai--"
Sekonyong-konyong, Theo nyaris terjengkang terdorong Mira yang menyelinap diantara mereka, untuk keluar dari kamar. Untung saja Rey sigap menahan tubuh tuannya itu.
"Tuan baik-baik saja?"
Theo mengangguk.
"Saya perlu kejar wanita itu?"
"Biarkan saja."
***