Perjalanan Cinta Alwi yang harus terhalang oleh restu dari orang tua Bunga yang merupakan anak dari pensiunan tentara.
Semenjak ayahnya meninggal, Kehidupan Alwi sangat penuh dengan ujian karena dia harus merawat ibunya yang sedang dalam keadaan sakit dan harus berobat jalan. Dia tak bisa melanjutkan kuliah karena biaya.
Alwi hanya bekerja sebagai seorang office boy di salah satu kantor.
Dia harus bisa mencari uang untuk kehidupannya sehari-hari, biaya berobat ibunya, dan juga menabung untuk mimpi pernikahannya dengan Bunga..
Dibalik susahnya Alwi, ada sosok perempuan cantik bernama Salma yang setiap hari mengurus Ibu Alwi yang sedang sakit dengan sangat tulus, hingga suatu hari ibunya ingin sekali Alwi mempunyai perasaan kepada Salma karena ibu nya tau kisah cinta Alwi dan Bunga takkan bisa di satukan.
Apakah Alwi akan memiliki Bunga yang dia anggap sebagai cinta sejati ?, atau Salma yang semakin hari semakin menunjukkan ketulusan cintanya.
mari ikuti kisahnya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunga Kembali Kambuh
Keesokan harinya.
Di pagi hari ketika Salma sedang memasukkan pakaian yang sudah di setrika ke dalam lemari, Tiba-tiba suara handphone Alwi berbunyi yang berada di samping lampu tidur.
Sementara Alwi sedang berada di kamar mandi.
Salma sedikit heran ketika melihat telpon tersebut, karena tidak ada nama hanya bertuliskan nomor.
"Siapa ya ini? Aku angkat saja lah takutnya penting"
Ucap Salma yang bertanya pada dirinya sendiri sambil memegang handphone tersebut.
Karena sangat penasaran Salma langsung mengangkatnya tanpa memberi tahu Alwi terlebih dahulu.
"Hallo! Assalamu'alaikum."
Salma membuka percakapan.
"Em maaf, ini nomor Alwi kan ya?"
Tanya mamanya Bunga yang sedikit kaget karena bukan Alwi yang mengangkat telpon malah seorang perempuan.
"Iya benar ko ini nomor Mas Alwi, saya dengan istrinya. Mas Alwinya sedang di kamar mandi."
"Oh, ya sudah maaf nanti saya telpon lagi deh. Maaf sudah mengganggu."
"Eh sebentar-sebentar, ini dengan siapa biar nanti saya sampaikan sama mas Alwi."
"Em, nanti saja deh bingung saya bilangnya, nanti kasih tahu Alwi saja kalau dia dapat telpon dari nomor ini yah."
"Hmm.. Ya sudah nanti pasti saya sampaikan."
"Atau enggak bilang saja tadi mama telfon. Sekali lagi maaf ya sudah mengganggu, Assalamualaikum."
Tuut Tuut.
Telpon langsung mati begitu saja.
"Waalaikumsalam."
jawab Salma yang sangat kebingungan.
"Mama Siapa ya? Perasaan ibu ada di rumah nggak kemana-mana."
Ucap Salma sambil meletakkan telunjuk di pipinya.
"Hmm. Tau ah nanti aja aku tanya sama mas Alwi."
Sambil meletakkan kembali handphone di atas meja.
Setelah beberapa saat, Alwi pun masuk ke dalam kamarnya. Di kamar juga masih ada Salma yang baru selesai merapikan pakaian.
"Ada telpon tuh mas barusan!"
"Telpon? Dari siapa sayang?"
Alwi langsung mengambil handphonenya.
"Nggak tahu, nama ngga ada namanya, pas aku tanya siapa dia malah bilang mama, kamu telpon balik nanti katanya. Siapa sih mas? Kayanya penting di dengar dari nadanya."
"Em. Em." Alwi yang menjadi tiba-tiba gugup saat mau menjawab karena pasti yang menelpon itu adalah mamanya Bunga, dia teringat sebulan yang lalu memberikan kartu namanya kepada mamanya Bunga.
"Itu siapa mas hei? malah bengong."
"Dia, dia, em.."
Alwi jadi makin gugup.
"Dia siapa mas? kamu ini jadi aneh."
"Em dia mamanya Bunga Sal kayanya."
Jawab Alwi dengan sedikit pelan.
"Bunga?"
Salma terkejut sambil mengerutkan dahi.
"Dengerin mas dulu ya, jangan salah faham. Mas akan cerita sejujur-jujurnya."
Alwi langsung menghampiri Salma sambil memegang tangannya.
"Maksudnya Bunga mantan kekasih kamu dulu?"
"Em iya, yang nelpon tadi itu mamanya Bunga kayanya."
"Hmm, kamu masih berhubungan selama ini?"
Salma sedikit menenangkan hatinya dengan menghela nafas sedikit panjang.
"Gini, waktu mas bertemu mereka satu bulan yang lalu, mas memberikan kartu nama mas sama mamanya. Jujur waktu itu mas khawatir dan sengaja memberikan nomor mas takutnya mereka butuh bantuan. Karena mas lihat keadaan Bunga waktu itu sangat memprihatinkan."
Alwi berbicara dengan nada bergetar dan ketakutan.
"Hmm. Terus?"
"Tapi semenjak itu nggak pernah ada telfon kok, baru kali ini mamanya menelfon mas."
"Bener apa yang mas bilang baru kali ini?"
"Sumpah, mas berani sumpah apapun mamanya baru kali ini menelpon. Kamu percaya kan sama mas?"
"Hmm yaudah, Aku percaya ko. Sekarang mas telpon balik gih sana!."
Alwi sedikit kaget ketika Salma malah menyuruhnya menelpon balik.
"Enggak ah, mas nggak akan pernah hubungi mereka lagi, bila perlu mas hapus nomernya ini atau enggak mas blokir."
"Eh jangan, Ayo cepet telpon balik! siapa tahu mereka benar-benar sedang butuh bantuan."
Salma langsung merebut handphone Alwi dan melakukan panggilan balik kepada mamanya Bunga.
Alwi sedikit panik dan bingung kenapa Salma melakukan ini. Mau tak mau Alwi pun harus berbicara karena saat ini telpon sudah di angkat oleh mamanya Bunga.
"Hallo Wi assalamualaikum ini saya mamanya Bunga."
Alwi sangat bingung dan takut salah bicara.
"Ayo sayang ngomong saja, nggak papa ko."
Bisik Salma sambil mengusap punggung Alwi.
"Iya Mah, waalaikumsalam. Em ada apa ya Mah?"
Alwi menggunakan loud speaker agar Salma tidak pernah curiga.
"Wi, kalau nggak keberatan kamu bisa ke sini nggak, Bunga wi, Bunga sedang di rumah sakit sekarang."
"Bunga sakit apa Mah?"
Tanya Alwi yang mulai khawatir.
"Semalam Bunga kabur lagi dari rumah, seperti waktu itu setiap hari dia selalu mencari-cari suami khayalannya. Dan mohon maaf namamu sering Bunga sebut Wi setiap hari. Semalam dia tertabrak motor dan lukanya cukup parah, makanya sekarang masih di rumah sakit."
"Ya Allah, terus keadaan Bunga sekarang gimana Mah?"
"Pagi tadi dia baru sadar karena dari kemarin dia pingsan. Yang mama khawatir tiap bangun dia selalu teriak memanggil-manggil namamu bahkan tadi pagi dia berontak dan ingin kabur lagi. Mama bingung harus bagaimana. Mama juga sudah nggak tau harus minta tolong sama siapa lagi selain sama kamu."
Di sini Alwi sangat dilema dan gelisah, dia terus menatap Salma karena Alwi tak mau membuat istrinya menjadi cemburu.
"Ya sudah mas ke sana saja, kasian mbak Bunga, Salma nggak akan marah ko, yah!"
Bisik Salma sambil mengusap lengan Alwi
"Enggak, mas nggak mau, mas ingin di sini sama kamu."
Jawab pelan Alwi yang langsung menjauhkan handphonenya.
"Mas, ini permintaan aku loh, walau bagaimanapun mbak Bunga dulu sangat baik sama kamu, sama ibu juga sama baik. Nggak perlu khawatir sama aku, insyaallah aku nggak akan marah dan cemburu."
"Em. Tapi kamu ikut ya sayang, mas nggak mau sendirian ke sana. Kamu harus selalu ada di samping mas. Biar kamu tahu bahwa mas nggak mau hati kamu kenapa-kenapa."
"Hmm.. Yaudah, itu handphonenya ambil lagi, terus kamu bilang kalau kamu bakal ke sana."
Alwi langsung mengambil handphonenya kembali.
"Wi wi Alwi? Kamu masih di sana?"
Mamanya Bunga yang mencari Alwi karena telpon berhenti lumayan lama.
"Em, iya Mah, yaudah mama kirim alamat rumah sakitnya ya, sekarang Alwi mau ke sana."
"Makasih ya Wi, Alhamdulillah, tapi izin sama istrimu biar nggak ada salah paham."
"Iya Mah tenang saja."
"Yaudah mama tunggu ya Wi, Assalamualaikum."
"Iya mah Waalaikumsalam."
Setelah telpon mati, Alwi kembali meyakinkan Salma sambil memegang kedua tangannya.
"Sayang, kamu yakin mas harus pergi ke sana?"
"Aku yakin mas, udah ya kamu nggak usah terlalu khawatir sama aku, aku serius nggak papa."
"Saat ini kita sedang bahagia Sal, bahkan kita sudah mau di karuniai buah hati. Mas nggak mau kebahagiaan kita ini terganggu."
Alwi berbicara sembari mengusap perut Salma.
"Aku tuh percaya banget sama kamu mas, tapi untuk kali ini aku mohon bantu mbak Bunga, minimal sampai dia keluar dari rumah sakit sampai semua lukanya sembuh. Kasian mamanya pasti kebingungan harus melakukan apa."
"Hmm.. Yaudah sekarang kita berangkat. Tapi jangan sampai ibu tau ya, kita bilang saja mau keluar jalan-jalan."
"Iya mas, yaudah."
kenalin aku author baru nih🤗
/Smug/
mengandung bawang nih ceritanya🥺