Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Pijatan Nikmat Abas
Abas segera mengangkat motor yang tampak menjepit kaki Mila. Lalu barulah dia bantu Mila berdiri. Gadis itu tampak jatuh dalam keadaan telentang.
"Ayo! Aku akan mengantarmu pulang," ujar Abas. Dia membantu Mila naik ke jok motor. Selanjutnya, Abas segera membawa gadis itu.
"Kau tinggal dimana?" tanya Abas.
"Di komplek mawar, rumah nomor tiga puluh," jawab Mila.
"Ternyata benar. Kau tinggal dekat dengan barbershopku," komentar Abas.
"Untuk apa aku berbohong?" tanggap Mila.
Sesampainya di rumah, Abas langsung membantu Mila berjalan. Namun gadis itu merintih kesakitan.
"Aakh! Kakiku!" seru Mila. Sepertinya dia kesulitan berjalan karena kakinya sakit.
Tahu Mila kakinya kesakitan, tanpa pikir panjang, Abas gendong gadis tersebut dengan gaya bridal.
Mata Mila terbelalak saat tubuhnya tiba-tiba terangkat. Sungguh, jantungnya berdetak tidak karuan sekarang.
"Buka pintunya," kata Abas.
Mila buru-buru mengambil kunci pintu dari saku celana. Kemudian segera membuka pintu rumahnya.
Ketika pintu terbuka, Abas langsung meletakkan Mila ke atas sofa. Dia lantas memeriksa kaki gadis tersebut.
"Sepertinya hanya terkilir. Nanti besok pasti akan sembuh," kata Mila.
"Ada lebam di sini. Selain itu, jangan remehkan kaki yang terkilir. Karena kalau dibiarkan, bisa bahaya!" sahut Abas.
"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Mila.
"Aku akan memijatmu. Tapi sebelum itu, aku ingin pulang sebentar. Aku ingin membuatkan ramuan herbal sebagai olesannya," jawab Abas.
"Kau ternyata serius bisa memijat?" Mila memastikan. Meskipun begitu, sekarang dia tak tertawa lagi.
"Tentu saja! Selama dua hari ini aku mimpi bertemu mendiang nenekku. Beliau mengatakan kalau dia mewariskan keahlian memijatnya padaku," tutur Abas.
"O-oke kalau begitu..." Entah kenapa Mila mendadak jadi gugup. Dia membayangkan Abas akan memijat seluruh tubuhnya. Bayangan itu membuat Mila jadi tidak karuan.
"Ya sudah. Aku pergi sebentar. Sebelum itu, apa kau mau aku ambilkan sesuatu?" tukas Abas. Namun Mila tak langsung menanggapi karena tenggelam dalam lamunan.
"Mila?" panggil Abas.
"Eh! A-anu. Aku ini perempuan. Apa tidak apa-apa dipijat olehmu?" timpal Mila.
"Memangnya kenapa? Lagian aku hanya akan memijat bagian tubuhmu yang sakit saja. Itu pun hanya kaki," jelas Abas.
"Oh begitu. Maaf! Aku kira semuanya," sahut Mila yang jadi malu sendiri.
Abas menggeleng maklum. Dia kembali bertanya apakah Mila ingin di ambilkan sesuatu. Gadis itu lantas minta diambilkan segelas air. Setelahnya, barulah Abas beranjak pergi.
Mila menangkup wajahnya sendiri. Dia yakin hubungannya dan Abas akan berjalan lancar kali ini.
Selang beberapa menit, Abas kembali. Dia membawa kantong plastik berisi tumbuhan yang dirinya ambil dari halaman belakang rumah. Abas segera membuat ramuan herbal dengan bahan-bahan yang dibawanya. Di akhir, lelaki itu memasukkan minyak zaitun ke dalam ramuannya.
Selepas membuat ramuan herbal, Abas segera memijat kaki Mila. Dia melakukannya secara perlahan.
Sesekali wajah Mila akan meringis karena menahan sakit. Hingga lama-kelamaan, rasa sakitnya perlahan hilang. Kini dia bisa merasakan enaknya pijatan Abas.
"Sepertinya nenekmu benar-benar mewariskan keahlian memijatnya padamu. Aku bisa rasakan enaknya pijatanmu," ungkap Mila.
"Benarkah?" tanya Abas memastikan.
"Iya. Aa!" Mila tiba-tiba memekik kesakitan.
"Kenapa? Apa kakimu masih sakit?" Abas sontak cemas.
"Punggungku tiba-tiba terasa nyeri sekali," keluh Mila.
"Punggungmu?" Abas sempat terdiam beberapa saat. Karena bagian tubuh Mila yang sakit kali ini cukup pribadi.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Mila.
"Sebelum aku memeriksanya, aku harus minta izinmu terlebih dahulu," tutur Abas.
"Periksalah! Nggak apa-apa." Mila segera membalikkan badannya. Sejak Abas menyentuh kakinya tadi, dia terus dilanda perasaan gugup. Perutnya bahkan sesekali merasakan kupu-kupu beterbangan.
Abas segera menyingkap baju bagian belakang Mila. Di sana dia bisa melihat memar.
"Punggungmu sepertinya terhantam sesuatu saat jatuh tadi," duga Abas. "Apa tidak apa-apa kalau aku memijatnya?" tanyanya.
"I-iya. Tentu saja," gagap Mila. Matanya terpejam saat bisa merasakan tangan Abas menyentuh kulit punggungnya.
Awalnya memang terasa sakit. Tetapi seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya hilang. Hingga sekarang Mila bisa merasakan pijatan Abas sepenuhnya.
'Sial! Kenapa aku merinding?' batin Mila sembari menggigit bibir bawahnya. Dia terbawa suasana dan sedikit merasa bergairah.
ingat entar tambah parah Lo bas....,