Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14. AMP
Jam sebelas siang Dewa dan Merry sudah berada di restorant yang di tentukan. Ruangan VIP yang di hadiri oleh partner yang akan bekerja sama dengan perusahaan Dewa. Matteo Beni Sagara yang memiliki darah Jerman Indonesia adalah pebisnis handal. Perusahaannya bak gurita yang memiliki anak cabang di mana-mana. Selain punya anak cabang di Indonesia perusahaanya berpusat di Jerman.
Di dunia bisnis Matteo lebih unggul dan berkuasa di bandingkan dengan Dewa. Dia sangat di takuti dan di segani oleh para pebisnis lain lantaran kekuasaannya yang di atas rata-rata. Matteo sangat di kenal sebagai Raja Singa Pebisnis yang kapan saja bisa menghancurkan siapapun lawannya jika bertentangan dengan kesepakatannya.
Mata biru, bertubuh tinggi dan putih adalah cirinya. Memiliki sikap yang ramah dan tidak sombong adalah salah satu sikapnya yang membuatnya bisa sesukses sekarang ini. Akan tetapi, pemilik mata biru ini bisa berubah menjadi sangat menyeramkan jika dirinya merasa di khianati oleh partner kerjanya.
Setelah selesai menandatangani berkas kerja samanya Matteo meninggalkan restorant lebih dulu di kawal oleh empat bodyguard yang berada di depan dan belakang. Sedangkan, Merry dan Dewa masih di ruangan VIP untuk membereskan semua berkas-berkasnya.
"Merry sudah beres semuanya? Jangan sampai ada yang ketinggalan karena kerjasama ini sangat berharga nilainya sepuluh triliun. Aku ngga mau sampai ada kesalahan hanya karena kecerobohanmu," tegas Dewa.
"Baik Pak Dewa," balas Merry.
Bekerja dengan Dewa tidak boleh asal-asalan apalagi se'enaknya. Pria ini sangat tegas jika berurusan dengan pekerjaan dan keuangan. Dia tidak akan pernah punya rasa iba jika ada bawahannya yang berbuat salah apalagi dengan sengaja bermain di belakangnya menggunakan fasilitas perusahaan se'enaknya, bahkan kalau sampai ketahuan korupsi maka sudah pasti akan di masukkan ke dalam jeruji besi. Minta ampun padanya pun tidak akan ada gunanya. Sikapnya menurun dari Papaya, jiwa kepemimpinannya patut untuk di acungi jempol dan di tiru. Akan tetapi, tidak untuk dalam hal rumah tangga yang pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga pada Gema.
Merry dan Dewa keluar dari restorant menuju parkiran. Mobil sedan unlimited berwarna hitam terparkir di area VIP, Dewa kemudian menyalakan remot mobilnya lalu masuk di ikuti oleh Merry yang berada di sebelahnya. Selama dalam perjalanan kembali ke kantor mereka berdua tidak banyak bicara hanya sesekali Dewa menanyakan tentang pekerjaan selanjutnya. Merry yang mengenakan rok di atas paha otomatis menjadi tambah naik di saat dirinya duduk. Rambutnya di ikat bak ekor kuda dengan ujungnya di curly membuat lehernya terlihat panjang dan seksi.
Jujur saja Dewa merasa tidak tertarik dengan penampilan Merry. Merry juga tidak ada niatan untuk mencari perhatian ataupun menggoda suami sahabatnya. Dia hanya ingin tampil menarik di mata setiap orang yang melihatnya.
Dewa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, itu sudah hal biasa baginya. Akan tetapi, di saat Dewa akan memegang persneling mobil tangannya kurang hati-hati di tambah lagi matanya hanya menatap lurus ke depan. Dan tanpa Dewa tau tangannya malah menyentuh paha Merry. Sontak kejadian itu membuat Merry seketika terperangah.
"Aaaahhh ....," teriak Merry dengan spontan.
Teriakan Merry seketika mengalihkan pandangan Dewa ke samping. Dia dengan sigap menepikan mobilnya dan menginjak rem dengan mendadak sampai membuat tubuh mereka menjorok ke depan.
"Merry sorry, Gue ngga sengaja," ujar Dewa.
"Iya Pak."
"Kamu tidak apa-apa kan? Maaf ya, tanganku sungguh tidak ada niat menyentuh kamu. Tadi aku mau pegang persneling," jelas Dewa gugup.
"Saya baik-baik saja Pak. Iya saya mengerti," jawab Merry pula dengan gugup.
Dewa melajukan kembali mobilnya. Suasana menjadi tambah canggung selama dalam perjalan hingga pada akhirnya bunyi perut Merry memecah suasana di ikuti dirinya memegang perut. Suara perut kelaparan, bagaimana tidak lapar selama di restorant dirinya hanya makan cemilan dan minum jus jeruk, ingin makan banyak juga tidak pada tempatnya bisa membuat malu dirinya sendiri dan juga Dewa di depan koleganya.
"Tadi di sana belum makan apa-apa ya?" celetuk Dewa.
Merry tersenyum tipis. "Sudah Pak. Oh ya Pak Dewa bagaimana kabar Gema?"
"Gema baik-baik saja sekarang usia kandungannya sudah empat bulan," jawab Dewa.
"Semoga lancar sampai melahirkan."
"Merry, kamu kenal Gema sejak kapan?"
"Kita bersahabat sejak kelas satu SMA. Itu awalnya kita berdua di kerjain saat MOS sama kakak kelas Pak. Sejak itu kita jadi sahabat," jelas Merry.
"Kalau andrean, kamu kenal kan?" tanya Dewa penasaran. Dewa masih penasaran dengan kisah cinta istrinya dengan mantan pacarnya dulu karena Gema adalah bunga sekolah kala itu.
"Andrean itu hanya cinta monyet, status pacaran mereka waktu itu hanya di jodoh-jodohkan oleh teman-teman saja Pak, jadi bukan hal yang serius," Merry menjawabnya dengan hati-hati lantaran dirinya merasa khawatir jika salah menjawab yang akan berakibat kurang baik pada rumah tangga Gema.
Dewa mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Kita makan dulu sebentar ya," timpal Dewa.
Dewa yang sikapnya keras juga memiliki perasaan. Dia tidak mungkin membiarkan asistennya bekerja dalam keadaan kelaparan. Ya, mereka berhenti di sebuah restorant sederhana. Merry dan Dewa memesan makanan yang mereka inginkan dan seperti biasa Dewa tidak menghabiskan makanan dari luar karena lebih suka masakan istrinya yang lezat bak koki kerajaan.
"Kenapa makannya ngga di habiskan Pak?" Merry bertanya seraya melihat sisa makan yang masih ada di piring Dewa.
"Sudah kenyang," balas Dewa beralasan.
Setelah selesai makan siang mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju kantor. Dan setelah sampai kantor Merry menuju ruangan bersama Dewa karena satu arah.
Braakkk ...
Tanpa sengaja Merry menjatuhkan map yang akan di letakkan di atas mejanya. Semua berkas-berkas pun berceceran di lantai. Dia segera merundukkan kepalanya guna mengumpulkan lembaran-lembaran kertas. Dewa pun ikut membantu Merry mengumpulkannya.
"Pak sudah biarkan saja. Biar saya yang membereskan," ucap Merry lembut.
"Sudah tidak apa-apa," jawab Dewa seraya mengumpulkan kertas tersebut.
Mereka berdua mengumpulkan berkas bersama-sama sampai posisinya saling membelakangi satu sama lain. Dan setelah lembaran kertas terkumpul semua di depan mereka secara bersamaan mereka saling berbalik badan dan tangan kanan mereka spontan mengambil satu kertas yang ada di depan mereka. Dan ya, tangan mereka saling bersentuhan. Tangan Merry berada di bawah tangan Dewa. Ke dua manik mata mereka saling menatap untuk sepersekian detik sampai akhirnya Merry menarik tangannya sembari kertasnya.
"Semua sudah beres Pak. Terima kasih," ujarnya seketika duduk di kursinya dengan dada berdetak gugup.
Dewa langsung meninggalkan Merry begitu saja masuk ke dalam ruangannya tanpa membalas ucapan terima kasih Merry. Dia masuk seraya menarik nafas pelan kemudian duduk di kursi kebesarannya seraya melonggarkan dasinya. Dia menatap foto dirinya dan Gema yang ada di atas meja kerjanya seraya mengusapnya.
...lanjut chapter berikutnya yuk 😊. Bantu author Vote, like dan komentar yakk ...... 😊 terima kasih. ...