Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Istirahat makan siang, Rio menaiki tangga untuk ke lantai dua, setelah itu dia berjalan di koridor untuk menuju ke kelas 10-2, kelas Sarah. Banyak siswa dan siswi menyingkir ketika dia lewat karena tubuhnya yang besar, ketika dia melewati kelas 10-1, seorang gadis yang berada di dalam kelas menoleh melihat dirinya dan berlari mengintip melalui pintu,
“Huh...siapa dia ?” tanya gadis itu dalam hati.
“Sreeg,” Rio masuk ke kelas 10-2, dia menoleh melihat sekeliling dan menemukan Sarah duduk di baris kedua dari depan dan kolom ketiga dekat dinding, seluruh teman sekelas Sarah menoleh melihat Rio yang berdiri di depan pintu. Dengan santai Rio berjalan menuju ke tempat duduk Sarah, “grek,” dia mengambil kursi di sebelah Sarah dan memutarnya, dia duduk kemudian menaruh bekalnya di meja.
“Masih nulis ?” tanya Rio melihat Sarah yang sedang menyalin tulisan di papan tulis.
“Dikit lagi selesai,” jawab Sarah.
“Ok gue tungguin,” balas Rio.
“Makan duluan aja ga apa apa,” balas Sarah.
“Ntar lah, bareng aja,” balas Rio.
“Ok deh, sabar ya,” balas Sarah.
“Santai aja, jangan buru buru ntar malah salah lagi,” balas Rio.
“Hehe iya,” balas Sarah.
Sarah kembali menulis dengan cepat sementara Rio mengambil buku cetak milik Sarah dan membaca bacanya. Seluruh teman sekelas Sarah semakin heran melihat Rio yang duduk santai di sebelah Sarah yang juga terlihat santai,
“Itu...pacarnya Sarah kah ?” tanya seorang siswa.
“Sarah udah punya pacar, waduh keduluan dong gue,” jawab siswa lainnya.
“Gila, pacarnya kayak gitu, nyerah deh, di pites modar gue,” tambah seorang siswa sebelahnya.
“Eh kakak itu kelas 11 kan ya ?” tanya seorang siswi.
“Iya yang naik motor tadi pagi,” jawab siswi di sebelahnya.
“Kalau gitu yang bonceng dia si Sarah dong tadi pagi,” balas siswi lainnya.
“Kayaknya sih gitu, mereka kayaknya pacaran, tapi cocok sih, cakep dan ganteng,” balas siswi lainnya lagi.
Setelah Sarah selesai menulis dan menyimpan kembali alat tulisnya di kotak pinsil, Sarah mengambil bekalnya dan menaruhnya di meja,
“Yuk makan,” ajak Sarah.
“Oh udah, ini buku lo,” balas Rio mengembalikan buku cetak milik Sarah.
“Iya, trus abis ini mau kemana ?” tanya Sarah.
“Pulang sekolah aja belum udah nanya mau kemana,” jawab Rio.
“Hehe kali aja, cepetan makan ntar keburu bel,” balas Sarah.
“Iya iya, sabar,” balas Rio sambil membuka bekalnya.
Keduanya makan bersama sama dan saling mengoper lauk satu sama lain membuat yang melihatnya menjadi sedikit iri, tiba tiba seorang gadis cantik berambut pendek di ikat di atas dan tidak terlalu tinggi masuk ke dalam kelas, dia berdiri di depan pintu dan melihat sekeliling, ketika melihat Rio, dia langsung menghampiri meja tempat Rio berada,
“Halo kak, halo Sarah,” sapanya.
Rio dan Sarah yang sedang mengunyah makanan mereka menoleh melihat sang gadis yang berdiri sambil tersenyum.
“Um...lo siapa ? kok kenal gue ?” tanya Sarah.
“Siapa coba yang ga kenal lo, satu dari tiga cewe cakep seangkatan kita, oh ya kenalin, nama gue Linawati Kosasih, gue kelas 10-1, panggil aja Lina,” jawab Lina.
“Gue Sarah dan dia Rio,” balas Sarah memperkenalkan diri dan Rio.
Lina menarik sebuah kursi kemudian duduk di sebrang keduanya, dia langsung menatap Rio dan Sarah bergantian, kemudian dia mundur dan bersandar di kursi dengan tangan memegang dagunya seperti sedang berpikir.
“Kenapa ?” tanya Rio.
“Boleh tanya sesuatu ga ?” tanya Lina.
“Boleh aja, tanya apa ?” tanya Sarah.
Lina mencondongkan kepalanya ke depan sampai berada di antara Rio dan Sarah, kemudian dia menoleh melihat sekeliling dan berbisik,
“Kalian berdua bukan manusia ya ?” tanyanya.
Rio dan Sarah langsung menoleh satu sama lain, Rio langsung menaikkan tangannya dan memegang kening Lina, kemudian dia memegang kening dirinya sendiri dan kening Sarah.
“Yak...dia waras tapi rusak dikit,” jawab Rio.
“Hehehe dasar lo,” balas Sarah.
“Gue serius tau,” balas Lina.
“Kalau iya kenapa kalau enggak kenapa ?” tanya Sarah.
“Ya ga apa apa sih, kalian pernah mati trus hidup lagi ?” tanya Lina.
“Hadeh....pernah, dia juga pernah,” ujar Rio sambil menunjuk Sarah.
“Hehe dugaan gue benar, gue juga sama seperti kalian,” balas Lina tersenyum.
“Gara gara ? kalau gue leukimia, kalau dia jantung lemah,” ujar Sarah sambil menunjuk Rio di sebelahnya.
“Tumor otak, waktu lahir dokter mendeteksi ada kelainan di otak gue dan baru ketahuan tumor ketika gue berusia 5 tahun, karena tidak memiliki biaya untuk berobat, akhirnya usia 9 tahun gue mati tapi gue hidup lagi karena gue setengah dewa, menurut nyokap gue anak dewa petir Raijin di negeri timur, gue ga punya bapak, ketika nyokap pulang dari sana tau tau dia hamil gitu aja dan lahir gue, jadi gue separuh dewa atau demigod,” bisik Lina.
“Sip okeeeeh, gue puyeng,” ujar Rio sambil mengacungkan ibu jarinya.
“Ahahaha,” ujar Sarah yang tertawa melihat Rio.
“Kayaknya kalian tidak percaya nih, abis makan kita ke lantai 3 ya,” ujar Lina.
“Lah bukannya lantai tiga lagi di renovasi, makanya kelas 11 semua di lantai satu kan ?” tanya Rio.
“Justru itu, jadi sepi kan, ga ada siapa siapa,” balas Lina.
“Kenapa harus di lantai 3 ?” tanya Sarah.
“Ntar aja liat,” jawab Lina.
Selesai makan, ketiganya diam diam naik ke lantai tiga walau sudah di beri tanda tidak boleh naik dan di batas menggunakan tali. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan kelas yang kosong dan tidak ada apa apa. Lina berdiri menghadap Rio dan Sarah,
“Nah liat ya,”
Lina mengangkat telapaknya menghadap ke atas, “crrt...crrrrt,” percikan listrik mulai berputar putar di pergelangan tangannya dan berkumpul di telapaknya. Tiba tiba dia langsung melemparkan bola listrik ke arah Rio. “Dum,” Rio terpental jauh ke belakang dan “bruaak,” dia menghantam dinding kelas sampai hancur, Sarah yang melihatnya kaget dan menoleh melihat Lina,
“Hei....lo ngapain ?” tanya Sarah geram.
“Sori, gue belom bisa mengendalikan penuh kekuatan gue hehe,” jawab Lina santai.
“Grrrr...awas lo,”
Sarah yang marah langsung mengubah kedua tangannya menjadi cakar dan darah kental keluar dari pergelangan tanganya, darah itu membentuk dua buah pedang berwarna merah dengan gagang hitam dan gagangnya masih terhubung dengan urat nadinya seperti rantai.
“Wow....lo apa ?” tanya Lina.
“Dhampir, awas lo ya, lo nyakitin Rio,” teriak Sarah.
“Liat tuh,” Lina menunjuk ke arah Rio di belakang Sarah.
Sarah menoleh melihat Rio bangkit, namun ada yang tidak biasa di tubuh Rio, kemeja putih seragamnya berlubang di bagian dada sehingga dadanya yang bidang dan sebagian perutnya yang kotak kotak terlihat jelas, tapi yang membuat Sarah dan Lina terkejut adalah kedua lengan Rio nampak sangat besar sampai kulitnya merekah dan memperlihatkan serat ototnya, “psssh,” serat ototnya mengeluarkan asap putih seperti es yang menguap kena panas. Rio berjalan sambil melihat kondisi tubuhnya,
“Barusan, lumayan sakit, boleh gue bales ?” tanya Rio santai.
“Ehehe...maaf, jangan plis, kalo lo bales gue pasti mati, gue beneran minta maaf kak,” jawab Lina sedikit ketakutan melihat penampilan Rio.
Kedua lengan Rio kembali mengecil namun seragam putihnya menjadi seragam lengan buntung dan berlubang besar di dadanya.
“Seragam gue hancur, parah lah,” ujar Rio sambil melihat seragamnya.
“Tau nih, jangan main asal pukul aja napa,” balas Sarah.
Dua pedang berwarna merah di tangan Sarah kembali menggumpal menjadi darah kental dan masuk kembali ke pergelangan tangannya. Tangannya juga berubah kembali menjadi tangan biasa,
“Itu tadi pedang apa ?” tanya Rio kepada Sarah.
“Oh...pedang darah, kalau gue marah baru keluar, gue ga bisa pakai sesuka hati,” jawab Sarah.
“Hmm gitu ya, ok dari 80% naik jadi 90%, gue percaya,” ujar Rio.
“Hehe gitu dong, sini bentar deh,” panggil Sarah.
Rio mendekat ke sebelah Sarah, langsung saja Sarah mengambil lengan Rio dan “crep,” dia menggigit lengan Rio.
“Ih...ga di cuci dulu ?” tanya Lina.
“Ha...Hue Hemes (ga...gue lemes),” jawab Sarah.
“Oh kalau keluarin yang tadi lemes ya ?” tanya Lina.
Sarah mengangguk dan meneruskan menghisap darah Rio yang terlihat santai dan tidak terpengaruh apa apa, Lina menatap Rio,
“Sakit ga ?” tanya Lina.
“Sama sekali enggak,” jawab Rio.
“Hmmm.....bener berarti kalian sama kayak gue,” balas Lina ceria.
“Oh jadi kalian yang berisik,”
Rio, Sarah yang sedang menghisap lengan Rio dan Lina menoleh ke pintu, seorang siswa tampan yang memiliki rambut acak acakan dan menggunakan bando dengan telinga beranting, sedikit kurus, bersandar dengan santai di pintu, Sarah dan Lina langsung bersembunyi di balik Rio,
“Siapa ?” tanya Rio.
“Gue lagi tidur di sebelah jadi kebangun gara gara lo pada berisik banget, lo pada ngapain sih ?” tanya siswa itu.
“Lo siapa ?” tanya Rio.
“Gue Alex Budianto, gue anak kelas 12-3, gue lagi tidur di sebelah barusan,” ujar Alex.
“Sori kalau begitu, kita ga tau ada lo di sebelah,” balas Rio.
Alex melihat Sarah yang masih menghisap darah Rio dan Lina yang tangannya masih memercikkan sedikit percikan listrik,
“Wah wah lo bertiga ga normal ya, sama kayak gue,” balas Alex.
“Gue normal,” balas Rio.
“Apanya normal, cewe itu lagi ngisep darah lo kan, kok lo nyantai aja, lagian apaan tuh tangan, kulit lo geser dan serat otot lo keliatan gitu di bagian pangkal lengan lo, masih bilang lo normal ?” tanya Alex.
“Oh ini gejala medis aja, kalau latihan gue emang suka gini,” balas Rio.
“Alah lo ga normal,”
“Blup,” Alex tiba tiba menghilang dan langsung muncul di depan Rio sambil tersenyum kemudian sedikit mendongak dan sedikit jinjit karena dia lebih pendek dari Rio untuk mendekatkan wajahnya menatap Rio dari dekat.
“Lo...pindah dari sana kesini ? cepet banget, caranya ?” tanya Rio.
“Teleport, selain itu gue juga bisa pakai dark magic, lihat nih,”
Alex merentangkan tangannya, seluruh lengannya di selimuti oleh bayangan hitam, muncul bayangan hitam berbentuk lengan dan tangan raksasa panjang yang menuju ke tumpukan meja meja bekas di sudut kelas kemudian mengangkat sebuah meja patah dan menaruhnya kembali di tumpukan, tangan bayangan raksasa itu bergerak berdasarkan gerakan tangan Alex, setelah itu tangan besar itu kembali masuk kedalam lengan Alex dan lengan Alex kembali menjadi normal.
“Wow....keren,” ujar Lina.
“Hewen (keren),” tambah Sarah.
“Gimana ? percaya ?” tanya Alex.
“Hmm 70% beneran 30% trik,” jawab Rio.
“Haaah apanya trik, gue kasih tahu ya, gue bukan berasal dari dunia ini, dunia gue bernama Arteias, nama asli gue Amos, gue demon lord,” balas Alex.
“Sip, terusin tidur lo, masih ngimpi itu, gue ama yang lain cabut dulu, bye,” ujar Rio.
Rio menggendong Sarah yang lemas di lengannya dan membiarkan Sarah terus menghisap darahnya, dia berbalik berjalan keluar kelas bersama Lina yang mengikutinya meninggalkan Alex sendirian di atas.
“Woi, gue beneran, lo udah liat kan kekuatan gue ?” tanya Alex.
“Sori banget gue bangunin lo, ngimpi lagi sono, bye,” jawab Rio sambil melambai ke belakang sambil terus berjalan.