Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Jia berjalan mengikuti langkah Pak Alan. Mereka berdua melangkah menuju ke ruangan milik Pak Alan.
Setelah sampai, Jia melihat interior ruangan Pak Alan yang tidak pernah berubah sejak dulu.
"Nanti kalau kamu mau merubahnya, kamu rubah saja. Jangan sungkan sama Papa." Ucap Pak Alan sambil mengecek berkas yang akan di gunakan untuk bahan meeting nanti.
Tanpa menjawab, Jia masih fokus berjalan mengelilingi ruangan Pak Alan.
"Aku udah lama banget nggak kesini. Seingat ku terakhir waktu SMA dan itu pun kesini hanya untuk meminta uang jajan tambahan agar aku bisa ikut nonton bareng teman." Ucap Jia seraya terkekeh.
"Dan ruangan ini yang akan menjadi rumah kedua mu nanti." Jawab Pak Alan menimpali ucapan Jia.
"Ruangan Jio ada di sebelah ruangan ini. Dia jarang ke kantor, dia lebih senang dengan dunia pengacaranya." Lanjut Pak Alan yang membuat Jia mengangguk paham.
"Sudah selesai, kita tunggu saja di ruangan meeting yuk." Ajak Pak Alan pada Jia.
Jia berjalan berdampingan dengan Pak Alan, ia mendengar penjelasan Pak Alan terkait yang akan dibahas dalam presentasi nanti.
"Papa yakin, sekali lihat saja, kamu pasti akan langsung memahaminya nanti." Ucap Pak Alan yakin.
"Kenapa Papa berpikir seperti itu?" Tanya Jia bingung.
"Papa tahu kamu anak seperti apa. Bahkan sejak kecil Papa sudah mengenal kamu. Papa berani taruhan kalau sekali kamu melihat Papa presentasi nanti meeting pertemuan ke dua kamu langsung berani mengambil alih. Kamu wanita cerdas sayang dan Papa tau itu." Jawab Pak Alan seraya mengusap lembut puncak kepala Jia.
"Apa-apaan sih Pa, Papa terlalu berlebihan memujiku." Ucap Jia merasa malu.
Pak Alan tertawa kecil karena merasa sudah berhasil putrinya tersipu malu.
"Permisi Pak, sepertinya jam meeting akan di undur setengah jam." Ucap Pak Heri yang baru saja menghampiri Pak Alan dan Jia dengan seseorang pria muda.
"Kenapa di undur?" Tanya Pak Alan dengan kedua alis bertaut.
"Client meminta perpanjangan waktu karna ada sedikit kendala dalam perjalanan." Jawab Pak Heri.
"Jalan macet?" Tanya Pak Alan lagi yang merasa jalananan hari ini tidak begitu ramai.
Pak Heri menggelengkan kepalanya.
"Sopir client tidak sengaja menabrak anak kecil yang sedang menyeberang, jadi beliau mengantarnya dulu ke rumah sakit karena ingin bertanggung jawab atas kejadian itu." Jawab Pak Heri menyampaikan apa yang di sampaikan calon kolega baru di perusahaan Pak Alan.
Pak Alan mengangguk paham. Dia tidak bisa marah jika sudah berkaitan tentang tanggung jawab.
"Ya sudah tidak apa-apa, saya dan putri saya akan menunggunya sampai datang." Jawab Pak Alan yang mengerti keadaan.
Sambil menunggu, Pak Heri juga memberikan beberapa berkas yang berkaitan tentang cabang perusahaan lainnya.
"Huh, saya tidak punya banyak waktu. Gimana caranya saya bisa kesana dan mengecek langsung ke cabang perusahaan." Keluh Pak Alan pada Pak Heri.
Pak Heri menoleh ke arah laki-laki yang dia ajak tadi.
"Can kamu bisa membantu Papa?" Tanya Pak Heri pada Candra putra bungsunya.
Pak Heri merupakan sekertaris sekaligus orang kepercayaan Pak Alan. Dia sudah lama bekerja dengan Pak Alan, sampai dia bisa membangun perusahaan kecil yang sedang di kelola oleh kedua anaknya yang lain berkat bantuan Pak Alan.
Dan sekarang Pak Heri berniat untuk mengajak Candra belajar terjun ke dunia bisnis.
Candra menoleh ke arah Pak Heri. "Tapi aku masih belum paham terlalu banyak tentang perusahaan, Pa." Jawab Candra yang masih ragu.
"Tidak masalah Mak, nanti kamu bisa di temani putri saya Jia. Sekalian kalian belajar bersama nantinya. Lagian kan kalian hanya meninjaunya saja bukan langsung menanganinya, jadi tak akan ada kesalahan yang terlalu fatal." Jawab Pak Alan yakin.
Jia yang mendengar namanya di sebut pun menoleh pada Pak Alan.
"Gimana Jia. Kamu setuju dengan apa yang di ucapkan oleh Papa kan sayang?" Tanya Pak Alan pada Jia.
"Tapi Pa, Jia juga kan baru saja mau belajar." Ucap Jawab Jia.
"Nanti Papa sama Pak Heri akan jelaskan apa saja pekerjaan yang akan kalian survei. Tidak usah takut, kita berdua akan selalu memantau kalian. Jadi kalau ada yang membuat kalian bingung, kalian tinggal kirim pesan atau menghubungi Papa dan Pak Heri." Jawab Pak Alan meyakinkan Jia.
"Apa tidak apa-apa, Pa?" Tanya Jia yang masih ragu.
"Tidak sayang, kalau kamu gak percaya dengan diri kamu sendiri. Gimana orang lain bisa percaya sama kamu. Jadi, anggap saja mulai dari sini kamu belajar. Dan kamu akan belajar dengan ditemani Candra." Jawab Pak Alan yang terus meyakinkan Jia.
Jia akhirnya mengangguk patuh, walaupun masih ada keraguan yang dia rasakan.
Pak Alan tersenyum saat melihat Jia menganggukkan kepalanya walau dia tau masih ada sedikit keraguan terpancar dari raut wajah Jia.
Pak Alan adalah sosok Papa yang selalu percaya dan mendukung bakat anak-anaknya. Dia selalu berhasil mendorong Jia dan Jio untuk memiliki tingkat percaya diri yang tinggi.
"Lalu bagaimana dengan kamu Can? Kamu siapkan menemani Bu Jia untuk meninjau kantor cabang?" Tanya Pak Heri pada Candra.
Candra menoleh ke arah Jia, Jia menatap ke arah Candra dengan tatapan penuh arti. Jia mengangguk pelan. Dan akhirnya Candra pun mengangguk setuju.
Pak Alan dan Pak Heri bernafas lega saat kedua anaknya akan membantu pekerjaan mereka.
"3 hari lagi kalian akan berangkat kekantor cabang. Dan 2 hari kedepan, kita berdua akan memberi kalian sedikit bekal untuk kalian sebelum berangkat kekantor cabang." Ucap Pak Alan yang di angguki oleh Candra dan Jia.
Beberapa saat kemudian, meeting selesai dan perusahaan Mandala Corporation menerima tawaran kerja sama dengan perusahaan JJ Company.
"Terimakasih Pak Alan sudah mau melakukan kerja sama dengan perusahaan kami." Ucap pemilik Mandala Corporation saat mereka berjalan menuju lobi perusahaan.
Pak Alan tersenyum ke arah client barunya itu.
"Semoga kerja sama kita di beri kelancaran dan proyek yang akan kita garap berhasil. Dan terimakasih karna sudah mau memberi kesempatan kerja sama dengan perusahaan kami." Jawab Pak Alan bijak.
Pak Tio mengangguk mengerti dan ia segera pamit untuk kembali ke perusahaannya.
Di sisi lain, Jia dan Candra yang cukup kebingungan dengan materi yang di berikan oleh Papa mereka, memutuskan untuk pergi ke cafe yang sudah di sediakan perusahaan sambil mempelajari berkas yang mereka terima.
"Emm... Maaf Bu Jia, ini kita mau bahas apa dulu untuk mengawalinya?" Tanya Candra sopan sekaligus sungkan.
Jia yang tadinya menunduk menatap beberapa berkas yang dia pelajari, mengangkat kepalanya lalu menatap ke arah Candra.
"Panggil Jia saja, sepertinya kita seumuran." Ucap Jia memulai percakapan dengan Candra tanpa formal.
"Tapi kan Bu Jia atasan di perusahaan ini." Jawab Candra sungkan.
"Kita akan bekerja sama Candra. Jadi, kita harus melakukannya tanpa ada rasa canggung atau pun sungkan ." Ucap Jia lagi.
"Ya sudah kalau itu mau kamu. Kalau hanya kita berdua aku akan berusaha bersikap biasa. Tapi kalau dihadapan yang lain, biarkan aku bersikap formal pada mu." Jawab Candra.
Jia hanya mengangguk setuju, kini keduanya sedang fokus untuk mempelajari berkas milik masing-masing.
"Kok bisa-bisanya ya Papa sampai sukses mendirikan perusahaan ini? Sedangkan aku, yang hanya melihat tulisan ini saja sudah pusing." Ucapan Jia membuat Candra mengangguk setuju.
*********
*********
kenp gak tegas .buat mereka kapok