NovelToon NovelToon
Luka Dan Cinta

Luka Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Selina Navy

Di tengah gelapnya kota, Adira dan Ricardo dipertemukan oleh takdir yang pahit.

Ricardo, pria dengan masa lalu penuh luka dan mata biru sedingin es, tak pernah percaya lagi pada cinta setelah ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya menyayanginya.

Sementara Adira, seorang wanita yang kehilangan harapan, berusaha mencari arti baru dalam hidupnya.

Mereka berdua berjuang melewati masa lalu yang penuh derita, namun di setiap persimpangan yang mereka temui, ada api gairah yang tak bisa diabaikan.

Bisakah cinta menyembuhkan luka-luka terdalam mereka? Atau justru membawa mereka lebih jauh ke dalam kegelapan?

Ketika jalan hidup penuh luka bertemu dengan gairah yang tak terhindarkan, hanya waktu yang bisa menjawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selina Navy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Spaghetti buatan Ricardo

Tiga puluh menit kemudian, Ricardo kembali dengan dua piring spaghetti carbonara di tangannya.

Dengan tenang, seperti biasa, ia meletakkan piring-piring itu di atas meja makan yang berada di sudut ruangan.

Aroma lembut dari krim kental berpadu dengan wangi gurih beef bacon segera menyebar, memenuhi ruangan dan seolah-olah mengundang Adira untuk melupakan sejenak segala kecemasan yang tadi menghantuinya.

Adira, yang sempat terkena serangan panik, kini tampak semangat dan riang.

Mata Adira berbinar-binar saat hidungnya menangkap aroma kelezatan hidangan itu.

Gurihnya keju parmesan yang meleleh, berpadu dengan kesegaran dari sedikit taburan peterseli, membuat perutnya yang lapar semakin keroncongan.

Ricardo, yang tetap tenang, mengambil air minum dingin dari kulkas kecil di ruangan itu, tak henti-hentinya memperhatikan setiap gerak-gerik Adira.

Melihat perubahan suasana hatinya, Ricardo merasa puas.

Saat ia kembali ke meja dengan gelas-gelas air, Adira sudah duduk tegak, siap untuk menyantap makanannya, wajahnya penuh antusias.

"Aromanya luar biasa," gumam Adira, nyaris tak sabar.

Ricardo tersenyum samar, memperhatikan bagaimana Adira kini tampak jauh lebih tenang dan ceria daripada beberapa saat yang lalu.

Adira tiba-tiba menatap layar TV yang terpasang di dinding, tak jauh dari pintu kamar mandi.

Dia tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya berbalik dan menatap Ricardo.

"Bagaimana kalau kita makan di sana saja? Sambil nonton?" usulnya, dengan nada lembut dan penuh semangat.

Ricardo mengangkat alisnya sedikit, kemudian tersenyum samar.

"Tentu saja, jika itu yang kau inginkan," jawabnya dengan suara tenang namun penuh pengertian.

Adira berdiri dan membawa piring spaghetti carbonaranya ke arah sofa yang berada di dekat TV.

Ricardo mengikuti di belakangnya, sambil membawa piringnya sendiri. Mereka kemudian duduk berdampingan, siap untuk menikmati hidangan sambil menonton, menciptakan suasana yang lebih santai dan nyaman.

Remote TV di tangan Adira sibuk menelusuri saluran demi saluran, mencoba mencari film yang pas.

Matanya tetap fokus pada layar saat dia bertanya santai,

"Kau suka film genre apa?"

Ricardo, yang duduk di sampingnya, hanya tersenyum kecil sebelum menjawab,

"Aku tak suka menonton TV."

Adira berhenti sejenak, mengangkat alis tanpa menoleh, masih terus mencari.

"Kau cuma nonton YouTube? Atau Netflix, ya?"

tanyanya dengan nada setengah bercanda, mencoba menebak kebiasaan Ricardo.

Namun, jawaban Ricardo mengejutkannya. "Tidak, keduanya tidak."

Adira kini benar-benar mengalihkan pandangannya ke Ricardo, menatapnya dengan bingung.

"Lalu, apa gunanya TV LCD sebesar ini ada di sini?" tanyanya sambil melirik TV di hadapannya, seakan mencari jawaban di layar yang sejak tadi terus berganti-ganti saluran.

Ricardo terkekeh pelan,

"Itu bukan untukku, itu untuk tamu. Sepertimu,"

jawabnya, lalu meneguk minumannya.

Adira mendengus sambil kembali fokus pada remote-nya,

"Benar-benar aneh," gumamnya, masih tidak habis pikir, tapi juga tersenyum geli.

Adira akhirnya menghentikan pencariannya ketika menemukan Eclipse.

Sebuah film yang sudah sering ia lihat, namun selalu menyenangkan untuk ditonton ulang.

"Aku suka romance," kata Adira tanpa diminta, suaranya ringan.

Dia menatap layar TV sebentar sebelum menunduk, memutar garpunya di atas piring, menggulung spaghetti carbonara buatan Ricardo dengan sempurna, lalu memasukkannya ke mulut.

Rasa creamy dari saus keju yang lezat langsung memenuhi mulutnya.

Kelembutan tekstur pasta berpadu sempurna dengan daging beef bacon yang gurih dan renyah, memberikan kombinasi rasa yang kaya dan mendalam.

Setiap gigitan mengingatkan Adira pada hidangan di restoran bintang lima, tapi dengan sentuhan hangat buatan tangan.

Ini bukan hanya spaghetti carbonara, ini adalah hidangan yang dibuat dengan penuh perhatian.

Dia merasakan sensasi keju parmesan yang halus dan sedikit taburan lada hitam, menambah kompleksitas rasa.

Adira mengunyah perlahan, menikmati setiap detik, lalu menelan dengan rasa puas yang mendalam.

Seolah-olah, inilah spaghetti carbonara terenak yang pernah ia makan.

“Ini… luar biasa,” gumamnya pelan, matanya kembali pada Ricardo, terkejut dan kagum.

"Kau benar-benar bisa masak?"

Ricardo masih belum menyentuh makanannya, fokusnya sepenuhnya tertuju pada Adira yang tampak menikmati spaghetti carbonara-nya.

“Kau tak percaya?” tanyanya, suaranya santai, namun matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Adira balas tersenyum,

“Percaya… percaya…” sebelum kembali terfokus pada layar.

Mereka berdua tenggelam dalam film Eclipse, yang sudah berada di tengah cerita.

Saat adegan romantis muncul, suasana hening seketika.

Adira, yang telah menghabiskan makanannya, menatap bosan ke piring kosongnya dan mulai memainkan garpu di meja.

Ekspresi wajahnya berubah saat adegan eksotis muncul. Dia tampak risih, jelas tak nyaman dengan pemandangan yang ada di layar.

Ricardo, yang menyadari perubahan itu, hanya bisa tersenyum tanpa suara. Dia merasa terkejut sekaligus lega melihat kesamaan di antara mereka—keduanya merasa tak suka adegan panas. Merasa canggung dalam situasi seperti ini.

Melihat ketidaknyamanan di wajah Adira, Ricardo tak bisa menahan perasaannya lebih lama lagi.

Dia benar-benar telah jatuh hati pada wanita polos di sampingnya ini, yang selalu bisa membuatnya terpesona dengan cara yang sederhana.

Dalam hening itu, hatinya semakin mantap, tahu bahwa ada sesuatu yang spesial tentang Adira, yang mungkin tidak akan pernah dia temukan di tempat lain.

Adira menatap piring Ricardo yang masih utuh, rasa ingin tahunya membuatnya bertanya,

“Kau tak makan?”

Mata Ricardo memancarkan tawa,

“Kau masih mau?” sambil menawarkan piringnya padanya.

Adira menerima piring tersebut dengan ceria, “Terima kasih!” suaranya penuh kegembiraan.

Ricardo, tak ingin kehilangan momen ini, menggoda dengan mengusap kepala Adira,

“Badanmu terlalu kecil untuk porsi makanmu yang banyak.”

Adira tertawa geli, menjelaskan,

“Kalau orang Indonesia itu, tak mudah kenyang sebelum makan nasi.”

Ricardo terdiam sejenak, menyadari sesuatu yang baru. Dalam hatinya, dia baru tahu bahwa Adira adalah seorang warga negara Indonesia.

Selama ini, dia berpikir Adira adalah orang Pakistan atau India kulit putih. Rasa penasarannya terhadap Adira semakin dalam, dan dia merasa ada banyak hal menarik yang masih bisa dijelajahi tentang wanita di sampingnya ini.

Setelah menyelesaikan makan siang yang terlambat itu dengan penuh kehangatan, Ricardo dan Adira merasa semakin dekat.

Suasana di ruangan itu hangat, dan Ricardo yang biasanya pendiam mulai sedikit lebih banyak bicara, mengalir dalam percakapan yang membuat Adira merasa nyaman.

Saat hari mulai malam, telepon Ricardo berbunyi. Dia mengambilnya dengan wajah serius, lalu pamit kepada Adira sambil mengelus kepala Adira yang sedang memandangi senja di luar jendela.

“Kau mau pergi lagi ? Lama?” tanya Adira, sedikit cemas.

Ricardo menatapnya dengan lembut,

“Tenang, kali ini kau tidak perlu menutup pintu dengan meja. Kau aman di sini. Pelayan juga akan mengantarkan makan malam. Aku akan sedikit lama kali ini.”

Mendengar itu, Adira merasa sedikit lega, meskipun rasa takut ditinggal sendirian masih mengganggu pikirannya.

Ricardo meninggalkan ruangan dengan rasa khawatir yang sama, berharap Adira akan baik-baik saja saat dia pergi.

1
gak tau si
ada g ya yg kek ricardo d luar sana/Doge/
Zia Shavina: adaa ,pacarr kuuu /Tongue//Casual/
total 1 replies
Zia Shavina
dari alur cerita nya kita dibawa kenal ke pribadi masih2 tokoh utama dlu,so far romantisnya blm ada sii ,tapi blm tau keknya ricardo tipe yg bucin bget gak sii /Scream//Scream/
Zia Shavina
ricardooooooo
Zia Shavina
semangaatttt thhorrrr
Selina Navy: terimakasii🙏
total 1 replies
gak tau si
so sweet... 😍
gak tau si
sad bnget... /Sob//Sob/
gak tau si
kurang i thor sendiri nya
gak tau si
Penasaran jumpa dimana, tapi kok jd sad/Scowl/
gak tau si
romantis nya tipis-tipis/Smile/
gemezz/Angry/
Zia Shavina
lanjuttttt thorrrrr
Zia Shavina
tolongh thorr selamatkan adira/Sob//Sob/
Selina Navy: wahh.. terimakasih banyak Zia atas dukungannya..
tetap setia baca Luka dan Cinta ya..
Semoga suka..
total 1 replies
Zia Shavina
kasiann adiraa hidup seperti itu
Zia Shavina
lanjuttt terus thorr
Zia Shavina
hayo ricardo jangan di tinggil adira nyaaa
Zia Shavina
lanjutkan thorr..
gak tau si
semangat author..
update teruss..
gak tau si
suka sama adegan yang punya romantis tipis2 gini..
gak tau si
semangat author..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!