Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Berani membentak
Malam harinya Bara kembali pulang larut malam.Begitu masuk ke rumahnya dia langsung menuju kamarnya. Sampai di dalam kamar dia membuka pakaiannya lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu dia kembali ke kamar merebahkan tubuhnya di samping Viola yang sudah tidur dengan pulas.
Merasakan ada pergerakan di sampingnya, Viona pun terbangun. Begitu membuka matanya dia melihat sang suami sudah berbaring di sampingnya.
"Mas Bara baru pulang...?" tanya Viona.
"Iya..." jawab Bara.
Viona lalu memiringkan tubuhnya menghadap Bara lalu memeluknya dengan erat. Sementara Bara hanya diam saja tanpa mau membalas pelukan sang istri.
"Mas..."
"Hem..."
"Kamu sudah lama nggak menyentuhku, apa kau tidak kangen denganku...?" tanya Viona sambil memainkan jarinya di dada bidang milik Raka.
"Aku capek sayang, mau istirahat..." ucap Bara lalu menyingkirkan tangan Viola dari dadanya kemudian dia memiringkan tubuhnya membelakangi Viona.
Viona pun merasa sedih atas sikap Bara. Padahal dia sudah menantikan kepulangan suaminya sejak tadi. Bahkan dia sudah memakai baju tidur tipis dan seksi kesukaan suaminya. Dia berharap malam ini Bara akan menyentuhnya. Tapi ternyata malam ini Bara bersikap seperti malam- malam sebelumnya , yaitu cuek.
"Mas, ada apa denganmu ...? Apa benar hanya karena capek lalu kamu menjadi tidak mau menyentuhku..? Atau ada hal lain..? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi karena aku belum bisa memberimu anak...?" tanya Viona dalam hati.Viona pun kembali meneteskan air matanya hingga lama- kelamaan Viona pun tertidur.
Keesokan harinya seperti biasa Viona menyiapkan sarapan untuk Bara. Ketika sedang menata sarapan di meja makan tiba- tiba bel pintu berbunyi. Bi Yuni lalu bergegas hendak membukakan pintu.
"Bi, biar saya saja yang membuka pintu, bibi lanjutkan pekerjaan saja..." ucap Viona.
"Oh, baik bu Viona..." jawab bi Yuni lalu kembali ke dapur.
Viona pun lalu berjalan menuju pintu ruang tamu lalu membukanya. Ternyata yang datang adalah Brian adiknya bara.
"Bri.. Brian..." ucap Viona kaget melihat Brian yang berdiri di depan pintu. Tidak biasanya Brian datang pagi- pagi begini.
Iya ,Viona memang selalu dibuat grogi setiap kali bertemu dengan Brian. Dia begitu tampan dan mempesona. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat Viona grogi, tapi karena sikap cuek, dan dingin Brian yang membuat Viona selalu dibuat bingung mau mulai bicara apa dengan adik iparnya itu.
Seperti kali ini Brian menatap mata Viona begitu dalam. Entah apa yang dipikirkan oleh Brian hingga menatap Viona seperti itu. Kinan pun kembali dibuat bingung dan salah tingkah. Pandangan mata Brian lalu turun ke dada Viona. Menyadari dadanya sedang ditatap oleh Brian, Viona pun melihat ke dadanya sendiri.
Oh Ya ampun Viona benar- benar lupa kalau dia masih memakai baju tidur yang sangat seksi. Sebenarnya Viona melapisi baju tidurnya dengan menggunakan sweter berbahan wol. Tapi itu hanya menutupi bagian lengannya saja. Sedangkan bagian dadanya tetap menampilkan dua benda kenyal yang berukuran besar milik Viona. Karena dia tidak menutup kancing sweter tersebut.
Viona pun merutuki kelalaiannya. Dia segera menutup bagian dadanya dengan memasang kancing sweternya.
"Ehm.. silahkan masuk Brian, kamu mau ketemu mas Bara ya...?" ucap Viona berusaha membuang rasa malu pada Brian.
"Iya, apa kak Bara ada ...?" tanya Brian dengan ekspresi dingin.
"I..iya a..ada..." jawab Viona.
"Ayo masuk Brian..." ucap Viona. Lalu Brian pun masuk ke dalam rumah mengikuti Viona.
Lalu Viona mempersilahkan Brian duduk di sofa ruang tengah. Tak lama kemudian Bara keluar dari dalam kamarnya dan menuruni tangga. Melihat sang adik duduk di sofa Bara pun menyapanya.
"Kau sudah datang Brian..." ucap Bara.
"Iya kak, aku mau ambil berkas yang ada di kakak. Setelah ini aku langsung berangkat ke Surabaya.." sahut Brian.
Iya, hari ini Brian akan kunjungan kerja ke kantor cabang di Surabaya. Ada beberapa masalah yang harus segera diselesaikan di sana. Bara adalah Direktur Utama PT Angkasa Jaya. Sedangkan Brian adalah wakil direktur.Iya, mereka memang bersama- sama mengelola perusahaan keluarga.
"Iya sebentar ya..." ucap Brian.
"Sayang, tolong ambilkan berkas dalam map warna merah di meja kerjaku..." ucap Brian pada Viona.
"Iya mas..." jawab Viona lalu naik ke lantai atas ke ruang kerja untuk mengambil berkas yang Bara minta.
Beberapa menit kemudian Viona pun kembali turun dengan membawa berkas di tangannya. Kemudian dia memberikan berkas itu pada sang suami.
"Mas ,ini berkasnya..." ucap Viona memberikan berkas itu pada Bara yang sedang mengobrol dengan sang adik sambil duduk di sofa ruang tengah.
"Kok yang ini, kan aku bilang berkas warna merah..." ucap Bara merasa kesal.
"I...iya itu merah kan mas...?" sahut Viona takut melihat ekspresi wajah Bara.
"Ini bukan merah tapi merah marun, apa kau buta warna sehingga tidak bisa membedakan warna merah dengan merah marun, hah..!!" bentak Bara.
Viona pun kaget karena baru kali ini dia dibentak oleh sang suami. Selama ini jangankan membentak, berkata kasar pun Bara tidak pernah.
"Ma..maaf mas, aku salah, nanti aku akan ambilkan lagi..." ucap Viona.
"Tidak perlu, biar saya saja, kau ini memang tidak bisa diandalkan..." sahut Bara sambil merebut map yang ada di tangan Viona lalu dia segera naik ke tangga menuju ruang kerjanya.
Viona hanya menatap sang suami yang sedang berjalan menaiki tangga. Dia merasa sedih karena baru saja sang suami membentaknya di hadapan adik iparnya. Padahal selama ini Bara selalu bersikap lembut padanya. Dia tidak pernah marah apalagi membentaknya.
Brian yang melihat sang kakak membentak kakak iparnya pun hanya bisa diam. Melihat sang kakak ipar yang berdiri di dekat tangga dengan memasang muka sedih Brian hanya menatap dingin padanya. Entah apa yang sedang dia pikirkan.
Pelahan Brian melangkah mendekati Viona sambil menatapnya begitu dalam. Viona yang menyadarinya pun hanya diam di tempatnya. Brian semakin mendekatkan dirinya ke arah Viona.Viona pun dibuat bingung kenapa Brian mendekatinya hingga jarak mereka tinggal beberapa centi saja.
Jantung Viona pun berdebar dengan kencang melihat Brian yang semakin dekat dengannya. Tiba- tiba tangan Brian mengarah pada ke dua benda kenyal di dada Viona. Viona pun dibuat panik. Dia takut Brian akan melakukan hal yang tidak pantas terhadapnya. Apa lagi mata Brian ikut berpindah menatap kedua benda kenyal miliknya yang ukurannya cukup besar tersebut.
"Bri..Brian apa yang akan kau...la...kukan...?" tanya Viona dadanya semakin bergetar.
"Kancing sweternya lepas...." jawab Brian sambil memasangkan kancing sweter bagian atas. Iya, kancing sweter bagian atas tersebut lubangnya memang sudah longgar jadi kancingnya bisa lepas kapan saja.
"Oh..i..iya, maaf kancingnya terlepas..." jawab Viona gugup.
"Kancingnya terlepas sendiri atau kau sengaja menggodaku membiarkan kancingnya terlepas agar aku bisa melihat benda milikmu ini...?" tanya Brian.
"Ti..tidak Brian, bu..bukan begitu..." jawab Viona semakin gugup. Sementara bibir Brian tersenyum tipis melihat kegugupan sang kakak ipar yang menurutnya lucu.
Iya, sebagian benda kenyal milik Viona terlihat dengan jelas di mata Brian. Oh Ya ampun Viona kembali merasa bodoh, bagaimana mungkin dia tidak menyadari kalau kancing sweternya lepas. Dia benar- benar malu sekali sama Brian.
Tak lama Bara pun turun dari lantai satu sambil membawa berkas yang Brian butuhkan.
"Ini berkasnya Brian..." ucap Bara pada sang adik. Dan Brian pun menerima berkas tersebut dari sang kakak.
"Baiklah aku langsung berangkat saja..." ucap Brian.
"Tunggu dulu, kita sarapan dulu ya, kakak iparmu tadi masak banyak, ayo ikut sarapan, lagian penerbangan masih dua jam lagi kan...'' ucap Bara pada sang adik.
"Iya Brian kamu sarapan dulu di sini..." sahut Viona untuk menghilangkan rasa canggungnya pada Brian.
"Ayolah..." ucap Bara mendorong tubuh adiknya. Mereka bertiga pun akhirnya sarapan bersama di meja makan.
Mereka fokus dengan makanan masing - masing. Brian nampak lahap makan makanan buatan Viona.
"Kau suka dengan makanannya Brian..?" tanya Bara.
"Iya suka, makanannya enak..." jawab Brian.
"Itu kakak iparmu yang masak. Dia memang jago kalau disuruh masak. Tapi kalau untuk hal lain hahaahaaaa.... Nol..." ucap Bara mentertawakan Viona.
Merasa diejak oleh sang suami di depan adik iparnya, Viona pun merasa sedih dan malu. Bisa- bisanya dia mengatakan hal itu pada adiknya. Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaan istrinya.
"Baguslah. Kalau pintar memasak, keahliannya bisa dikembangakan, dan siapa tahu suatu hari nanti kakak ipar bisa membuka restauran...'' sahut Brian.
"Hahahaaa... Mana mungkin kakak iparmu bisa membuka bisnis restauran.Kakak iparmu itu pemalu, dan tidak punya rasa percaya diri, mana berani dia membuka usaha seperti itu..." jawab Bara.
"Kakak bantu lah..." ucap Brian.
"Ah sudah lah Brian tidak perlu berpikir berlebihan, jangankan berbisnis yang harus punya keberanian dan mental yang kuat, kakak ipar kamu memberiku seorang anak saja tidak mampu..." sahut Bara sambil melirik sang suami.
"Dia itu memang payah dan tidak bisa berbuat apa- apa selain memasak dan bersantai di rumah. Payah sekali kan ..." ucap Bara.
Sementara Brian menatap Viona dengan tatapan yang tidak dapat diartikan. Merasa ditatap begitu lekat oleh Brian, Viona pun hanya bisa menunduk. Dia begitu malu pada Brian atas ucapan sang suami yang menurutnya begitu merendahkannya.
Bersambung...
Brian