Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 ~ Apa Salahku? ~
Nick mengajak Anna makan siang di restoran hotel. Anna merasa tidak percaya diri. Berusaha untuk menolak keinginan Nick yang tetap mengajaknya makan siang di restoran hotel yang mewah itu. Sementara Nick tak peduli dengan hati yang bahagia menggenggam tangan Anna dan menariknya menuju restoran hotel.
“Kak, bagaimana kalau makan di tempat lain saja?” tanya Anna masih mencoba untuk menolak ajakan Nick Rush.
“Udah telat Anna. Nggak ada waktu lagi mencari tempat makan yang lain. Sudah makan di sini aja ya,” ucap Nick masih terus melangkah sambil menggenggam tangan Anna.
Mereka memasuki restoran hotel yang mewah itu. Tanpa mereka sadari, sepasang mata tercengang melihat kedatangan mereka. Dari sudut ruangan itu, Anggun Angelia menatap kesal terhadap Anna dan Nick.
Anggun Angelia bahkan tidak sanggup lagi menikmati hidangannya. Mata Angelia terus mengikuti langkah Nick Rush dan Anna hingga mereka dipersilahkan untuk duduk di sebuah meja. Tatapan mata Angelia tak berhenti di situ. Gadis itu masih terus mengamati dengan lirikan mata yang tajam.
Ada hubungan apa mereka? Apa Anna bekerja di manajemen hotel berkat Tuan Nick. Bu Delima sendiri yang cerita kalau tidak ada lowongan pekerjaan lagi. Bu Delima terpaksa sediakan posisi asisten kantor untuk dia. Apa karena desakan Tuan Nick? Demi kekasihnya itu? Batin Angelia bertanya-tanya.
Angelia merasakan tidak enak di lambungnya. Segera gadis itu mengambil tablet untuk meredakan perutnya yang terasa begah. Menegak segelas untuk melancarkannya menelan obat.
Anggun Angelia tertunduk. Menopang keningnya dengan kedua tangannya. Tatapan nanar dengan mata yang berkaca-kaca. Anggun Angelia tahu dirinya tidak boleh berpikiran macam-macam, tapi pemandangan yang dilihatnya tadi selalu terbayang-bayang di pelupuk matanya.
Aku bisa pingsan di sini. Aku nggak mau. Aku nggak mau orang kasian padaku. Aku tidak boleh memikirkan mereka. Aku harus lupakan. Mereka tidak boleh menghancurkan hidupku, tapi … kenapa harus kamu, Nick? Aku bertahan kerja di sini hanya demi melihatmu, batin Angelia lalu tertunduk menangis di atas meja makan restoran hotel mewah itu.
Seorang pelayan laki-laki yang sedang berjalan menuju dapur. Kebetulan melihat Anggun Angelia yang sedang meringis lalu tertunduk. Segera pelayan itu menghampiri Anggun Angelia.
“Nona? Apa Nona baik-baik saja?” tanya pelayan itu saat melihat Anggun Angelia hanya tertunduk di atas meja makan restoran itu.
Anggun Angelia tidak menjawab. Justru berusaha menutupi apa yang dirasakannya. Dengan raut wajah khawatir pelayan itu bertanya apa yang dirasakan Anggun Angelia. Namun, gadis itu tetap tidak menjawab.
Pelayan itu mencoba menepuk pundak gadis itu. Akhirnya terdengar isak tangis Anggun Angelia. Pelayan itu sedikit lega, karena tadinya mengira gadis itu telah pingsan.
“Nona, jika butuh sesuatu, Nona bisa katakan pada saya,” ucap pelayan itu.
“Ya aku butuhkan sesuatu ….”
“Apa Nona, katakan saja,” ucap pelayan itu dengan cepat.
“Aku butuh sendirian. Tolong tinggalkan aku,” ucap Anggun Angelia lalu menghapus air matanya.
“Oh begitu. Baiklah, Nona,” ucap pelayan itu kemudian membungkuk hormat lalu berlalu meninggalkan Anggun Angelia.
Anggun Angelia menoleh ke arah Anna dan Nick yang duduk satu meja. Anna terlihat sangat ceria begitu juga dengan Nick. Mereka terlihat sangat akrab di mata Anggun Angelia.
Semakin dilihat, Anggun semakin iri. Terlebih saat Nick memasak Anna mencicipi hidangan yang ada dihadapan mereka. Nick bahkan memaksa menyuapi Anna.
Mesra sekali. Ternyata mereka memang memiliki hubungan khusus. Kamu ternyata hanya berpura-pura tidak kenal dengan Tuan Nick. Saat aku ceritakan tentang kedua pangeran itu, kamu pasti tertawa dalam hatimu, batin Anggun Angelia kini menatap dengan sorot mata yang sinis.
Anggun Angelia memutuskan untuk segera kembali ke ruangan kerja. Meninggalkan begitu saja hidangan yang bahkan belum habis setengahnya. Anggun Angelia ingin tenangkan diri karena berpikir secara emosional akan membuat kondisi lambungnya memburuk.
Satu persatu karyawan mulai berdatangan. Anggun ingin segera tenggelam dalam pekerjaan. Berusaha untuk melupakan apa yang mengganggu pikirannya. Namun, Anggun Angelia justru harus berhadapan dengan Anna.
“Mbak Anggun, ini berkas dari Mbak Fitri. Mas Firman juga minta flashdisk yang Mbak Anggun pinjam kemaren,” jelas sambil Anna menaruh berkas di meja.
Namun, Anggun Angelia hanya diam. Terlihat hanya sibuk memainkan jemarinya di atas keyboard. Tatapan matanya tak lepas dari layar monitor komputer. Anna mengira Anggun Angelia tidak mendengar perkataannya.
“Mbak Anggun, flashdisk nya Mas ….”
“Apaan sih? Kamu pikir aku budeg?” tanya Anggun Angelia sambil membentak.
Cukup keras hingga karyawan-karyawan di sekeliling Anggun Angelia langsung menoleh. Tentu saja tidak hanya melihat ke arah Anggun Angelia yang berteriak dengan nada tinggi.
Mereka juga menoleh ke arah Anna yang langsung merasa bersalah. Mereka tidak memandang dengan menyalah Anna, tapi Anna sendiri yang merasa bersalah, karena merasa tidak sabar menunggu Anggun Angelia.
“Maaf ... Mbak Anggun,” ucap Anna pelan, nyaris tak terdengar.
Anna tak bisa menahan matanya yang berkaca-kaca. Gadis itu selalu berusaha agar tidak berbuat kesalahan. Apalagi bisa menimbulkan kemarahan.
Hati Anna terasa sakit. Sekuat tenaga menahan tangisnya bahkan dengan menggigit bibirnya sendiri agar bulir bening itu tidak terlanjur jatuh. Anna mungkin tidak akan sekaget itu juga yang membentaknya ada Bu Delima.
Namun, kini justru mendapat bentakan dari seseorang yang biasanya sangat ramah padanya. Anna langsung merasa dirinya telah berbuat kesalahan. Sesuatu yang Anna sendiri tidak tahu, apa yang memunculkan kemarahan Anggun Angelia.
Apa salahku? Kenapa tiba-tiba benci padaku? tanya Anna dalam hati.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...