Juliet Laferriere, gadis muda asal Prancis yang berakhir menjadi tawanan seorang mafia asal Italia.
Bermula saat Matteo Baldovino Dicaprio, pria dari keluarga mafia dengan kekuasaan terbesar di Italia, berlibur ke kota Paris, Prancis.
Pria dengan marga 'Dicaprio' itu mengalami kecelakaan mobil saat berada di kota Lyon. Kota beribu momentum dan lampu yang menghalangi cahaya bintang. Tepat saat kecelakaan terjadi, Juliet muncul seperti malaikat dan membantu pria berdarah dingin itu keluar dari mobil yang berasap.
Namun, kebaikan yang dia lakukan untuk menyelamatkan hidup seseorang, malah berakhir menghancurkan hidupnya sendiri.
"Rantai ini untuk mengingatkanmu, bahwa kau adalah milikku."
Bagaimana cara Juliet melarikan diri dari seorang Predator gila? Lalu, apa pria itu akan luluh dan membebaskannya dari ancaman? Yuk ikuti kisah mereka, dan jangan lupa beri dukungan kalian!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku akan membantumu
Setelah Carlotta kembali ke ruang tamu dan menunggu Matteo selama kurang lebih 20 menit, pria itu baru turun dengan sebotol anggur. Langkahnya cukup ringan dengan pundak yang bergerak dengan bebas, seperti dia baru saja mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.
Saat Matteo ikut duduk di sofa, Carlotta memindai setiap ekspresinya. Dia menelisik setiap inci dari tubuh Matteo, mencari letak alasan kenapa pria itu terlihat cukup gembira?
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Sambil menuangkan anggur ke dalam gelas, pria itu bertanya. Carlotta tidak membuat tanggapan. Dia hanya mengambil anggur yang baru di tuangkan ke dalam gelas tersebut dan meneguknya dengan cepat.
Pandangannya masih terpaku pada Matteo. Bahkan saat Matteo meneguk botolnya secara langsung, Carlotta masih tetap menatapnya.
"Cepat bicaralah sebelum aku memecahkan kepalamu dengan botol ini."
Matteo memberi ancaman, namun tatapannya masih tertuju pada sebotol wine. Ancaman itu tentu membuat Carlotta takut. Meskipun mereka terlihat sangat dekat, sebenarnya Carlotta masih tidak berani untuk mencari masalah dengan Matteo.
"Ck. Aku hanya penasaran, apa yang membuatmu terlihat begitu senang saat ini?"
Matteo tidak membuat jawaban. Dia hanya membuat tanggapan dengan mulutnya yang membentuk senyuman kecil.
Saat dia membuka mulut untuk menjawab, suara derakan besi yang beradu dengan lantai terdengar dari atas. Matteo dan Carlotta menoleh dengan cepat, dan di sana terdapat Juliet yang melangkah sambil menyeret rantai di salah satu kakinya.
"Apa kau yang mengikatnya seperti itu?"
Saat Carlotta bertanya, Matteo tidak mendengarkannya. Tatapannya hanya terus tertuju pada Juliet.
"Bukankah itu terlalu berlebihan? Apa yang akan kau lakukan dengan gadis itu?"
Carlotta bertanya sekali lagi. Dia menghela nafas berat, saat sadar bahwa Matteo sama sekali tidak mendengarkannya. Dia lalu beranjak dari sofa dan pergi menuju Juliet.
"Hi, apa kau tidak berat membawa besi itu kemana-mana?"
Juliet berhenti melangkah saat Carlotta berjalan ke arahnya. Sebelum dia menjawab, dia melirik Matteo terlebih dahulu. Dia tidak berani memberi Carlotta jawaban, karena takut berakhir seperti beberapa pria yang berada di bar saat itu.
"... Tidak, besi ini cukup ringan."
Juliet berakhir menjawab dengan membual. Bohong jika dia mengatakan bahwa besi dan rantai yang membatasi pergerakannya saat ini tidak berat sama sekali.
Saat ini, Juliet terus menutupi bagian lehernya dari Carlotta. Setiap dia bergerak, dia terus menyimpan satu tangan di leher bagian samping.
Sementara itu, Matteo mulai beranjak dari sofa karena yakin, Juliet akan meminta bantuan pada Carlotta untuk membawanya pergi dari tempat ini. Seperti apa yang sering dia lakukan jika bertemu orang asing yang datang dari luar pulau.
"Hei, apa Matteo melakukan sesuatu padamu? Apa dia bersikap tidak sopan dan memaksamu untuk tidur dengannya?"
Carlotta tiba-tiba memegang pundak Juliet. Saat pundaknya tiba-tiba di tekan, Juliet terkejut dan menjauhkan tangannya dari leher.
Sebuah kiss mark terlihat baru di buat di leher gadis itu. Carlotta membola terkejut sekali lagi. Saat dia tanpa sadar berniat meraihnya, tangan Matteo tiba-tiba menyambarnya dari samping.
"Apa yang akan kau lakukan, Carlot?"
Suaranya begitu dingin dan tajam. Bahkan cara dia memegang tangan Carlotta terasa sangat berbeda. Dengan naluriah Carlotta menepis dan menjauh.
"Tidak, aku hanya--"
"Juliet, pergilah ke dapur dan buatkan aku makanan. Kulkas sudah terisi penuh sekarang."
Matteo menyela dengan cepat. Juliet mendengarkannya dan pergi ke dapur. Saat gadis itu pergi, Matteo kembali menunjukkan emosi yang mendalam.
Carlotta segera kembali ke sofa, saat sadar tatapan Matteo semakin tajam. Dia mulai meminum anggur dan berlagak seolah tidak terjadi apapun barusan. Matteo menyusul, seperti sebelumnya mereka menikmati anggur bersama.
"Jangan ikut campur urusanku, Carlot."
Saat Matteo mengatakan itu dengan tiba-tiba, Carlotta terdiam ragu. Dia memutuskan untuk tidak membuat tanggapan tentang hal itu.
*
*
*
Setelah Juliet menyiapkan makanan, kedua orang itu ikut berpartisipasi dalam makan malam. Mereka menghabiskan sebotol anggur bersama sebelum mulai mengisi perut dengan nasi.
"Wah.. Kemampuan memasakmu sangat luar biasa!"
Carlotta tiba-tiba berseru. Dia duduk berdekatan dengan Juliet, lalu mulai mengisi piring dan makan sampai kenyang.
"Terimakasih. Makanlah sebanyak yang kamu mau."
Juliet membalas dengan senyuman. Dia tampak berbeda saat berbicara dengan Carlotta. Bahkan mereka tidak saling kenal, dan tidak tahu nama satu sama lain. Matteo merasa cemburu akan hal itu.
*
*
*
Setelah menyelesaikan makan malam, Matteo pergi untuk mengambil anggur berikutnya. Dia naik ke lantai dua dan masuk ke sebuah ruangan khusus untuk minum dan menikmati pinot noir.
Saat pria itu di pastikan menghilang dari pandangan, Carlotta mendekati Juliet sekali lagi, dengan dalih membantu mencuci piring.
"Hei, siapa namamu?"
"Juliet."
"Dari mana asalmu?"
"Prancis."
"Prancis? Itu sangat jauh. Kenapa kau bisa ada di sini?"
Juliet tidak membuat tanggapan. Dia mencari keberadaan Matteo, namun pria itu masih tidak terlihat. Di rasa aman dari pengawasan, Juliet mulai menjelaskan.
"Sebenarnya aku di culik. Saat aku bertanya kenapa dia melakukan ini, dia mengatakan bahwa semua ini salahku karena pernah menyelamatkannya saat berada di kota Lyon."
Carlotta di buat terkejut sekali lagi. Dia memang sangat mengenal kepribadian Matteo yang dingin dan kejam, namun dia tidak pernah tahu kepribadian Matteo yang seperti ini sebelumnya.
Matteo yang dia kenal adalah sosok pria yang tidak tertarik dan tidak mau terlibat dengan wanita.
"Kau harus pergi dari sini. Matteo tidak sebaik yang kau kira, Juliet. Dia sangat kejam."
Juliet terdiam. Dia memang sangat ingin pergi dari pulau terpencil itu, namun dia tidak mendapatkan satupun cara untuk bisa keluar dari sana.
"Dengar. Jika kau berjalan beberapa meter dari sini, kau bisa menemukan pelabuhan. Saat kau sampai, aku akan menyimpan seseorang untuk membawamu ke seberang pulau. Bagaimana?"
"A-apa kau yakin akan membantuku?"
Juliet bertanya untuk memastikan. Namun, Carlotta mengangguk dengan yakin. Dia memegang pundak Juliet, lalu memfokuskan pandangan satu sama lain.
"Dengar. Besok pagi Matteo akan bertemu dengan Dulce untuk bernegosiasi. Saat dia pergi, aku akan menjemputmu dengan perahu."
"Tapi... Bagaimana aku melepaskan diri dari ini."
Juliet melirik kaki kanannya. Carlotta mengikuti kemana mata gadis itu tertuju. Mereka mulai bingung dengan masalah selanjutnya.
"Ugh.. Aku akan membuat Matteo mabuk, dan mencuri kunci darinya."
Sementara itu, di ruangan lain. Matteo sebenarnya tidak pergi untuk mengambil anggur, namun pergi ke ruang pengawas CCTV untuk melihat apa yang Carlotta rencanakan.
Benar saja. Saat dia mendengar pembicaraan mereka, mulutnya menunjukkan senyuman gelap yang mengerikan. Dia memulai panggilan dengan Gabriel setelahnya.
"Bos?"
"Gabriel, jangan biarkan ada satupun perahu yang mendarat di pulau ini. Jika masih ada, kau harus meledakkannya."
tar lanjut lagi sa kalo dokter nya udah pergi