MR.PILOT

Binar merasa sangat kesal, akhirnya dia pun keluar dari dalam mobilnya. "Sudah Pak, lepaskan saja," ucap Binar.

Suga pun melepaskan Atta, dan ia segera menyuruh semua karyawan untuk masuk dan kembali bekerja.

"Ada apa? apa yang mau kamu bicarakan denganku?" tanya Binar dingin.

"Mata kamu kenapa sembab, apa kamu habis menangis?" tanya Atta.

"Jangan balik bertanya, cepat apa yang mau kamu katakan karena aku tidak punya waktu banyak," tegas Binar.

"Aku cuma mau minta maaf sama kamu. Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu tapi waktu pertemuan kita yang jarang membuat aku merasa nyaman dengan Vero. Awalnya aku biasa saja tapi lama-kelamaan aku tidak bisa membohongi hati aku jika aku mulai jatuh cinta kepadanya dan perlahan lupa kepada dirimu. Aku mohon, jangan salahkan Vero ini semua salah aku dan aku berharap kamu mau merestui hubungan aku dan Vero. Aku do'akan semoga kamu bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari aku karena aku adalah pria brengsek," ucap Atta.

Binar kembali mengepalkan tangannya. "Hanya itu yang mau kamu ucapkan?" tanya Binar dengan mengeraskan rahangnya.

"Iya, aku hanya ingin minta maaf sama kamu semoga kamu mau memaafkan aku," sahut Atta dengan wajah sedihnya.

Binar dengan cepat membalikan tubuhnya dan berjalan memasuki kantornya. Tapi, pada saat sampai di depan pintu, Binar menghentikan langkahnya dan kembali berbalik kepada Atta. Binar menatap Atta dengan tatapan tajam.

"Aku pasti akan mendapatkan pria yang jauh lebih baik daripada kamu, jadi kamu jangan khawatir karena aku sudah melepaskan kamu dan mengikhlaskan kamu dengan wanita penyakitan itu. Hiduplah bahagia dengan dia dan jangan ganggu aku lagi," ucap Binar.

Setelah mengatakan itu, Binar pun segera masuk ke dalam kantornya. Suga menghampiri Atta dan mendorong tubuh Atta.

"Pergi kamu dari sini!" tegas Pak Suga.

Atta pun dengan sedihnya segera meninggalkan kantor Binar. Bagaimana pun Atta merasa sedih karena sudah menyakiti wanita yang sudah 3 tahun ini bersamanya. Tapi Atta juga tidak bisa memungkiri kalau hatinya dengan mudah bisa berpaling ke lain hati mungkin karena intensitas pertemuan Atta dan Vero sangat sering sehingga menumbuhkan perasaan cinta diantara mereka sedangkan bersama Binar jarang bertemu karena Binar sibuk dengan pekerjaannya.

"Aaaarrrrgggghhhh....." Binar berteriak sembari melempar semua barang-barang yang ada di atas meja kerjanya.

"Brengsek kalian berdua, lihat saja aku akan membuat kalian menderita semuanya!" teriak Binar murka.

Mental dan batin Binar memang sudah dihajar habis-habisan oleh mereka. Kasih sayang Papanya yang direbut, Mamanya yang depresi, dan sekarang pria satu-satunya yang dianggap bisa memberikannya kebahagiaan justru kembali mengkhianatinya. Tidak ada orang yang bisa Binar percaya untuk saat ini kecuali pengawalnya Suga.

"Kasihan Nona Binar," batin Pak Suga.

***

"Pak, Bapak 'kan pemilik managemen artis, bisa tidak aku minta tolong untuk memintakan tanda tangan kepada Billy," ucap Risa di sela-sela pekerjaannya.

"Hah? kamu berani menyuruh aku!" bentak Haidar.

"Bukan begitu Pak, aku itu fans beratnya Billy. Dia terkenal artis yang paling susah di dekati, tapi aku ingin sekali mempunyai tanda tangan dan foto bersama. Jadi sebagai pemilik perusahaan managemen artis, pasti Billy sangat menurut sama Bapak. Ayolah Pak, bantuin aku," ucap Risa dengan menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Jangan ngarang kamu, semua artis segan sama aku dan sekarang aku harus meminta tanda tangan si Billy untuk kamu? mana ada Bos seperti itu? Lama-lama kamu ngelunjak juga," sahut Haidar dingin.

"Yaelah Pak, cuma bilang saja. Lagipula Bapak tinggal bilang kalau aku yang minta tanda tangan," ketus Risa.

"Jangan banyak permintaan, kembali bekerja!" tegas Haidar.

Dengan wajah kesal, Risa pun kembali ke meja kerjanya. Bosnya memang sangat menyebalkan, tapi anehnya di sana banyak sekali pengagum Haidar.

Sore pun tiba...

"Pak, mampir dulu ke mini market," ucap Binar.

"Baik, Nona."

Suga menghentikan mobilnya di depan mini market. "Bapak tunggu saja di sini, biar aku masuk sendirian," titah Binar.

Suga menganggukkan kepalanya. Pada saat Binar keluar dari dalam mobilnya, ternyata bersamaan dengan Nizar yang pergi dari sana jadi mereka sama sekali tidak bertemu. Binar membeli beberapa cemilan, karena saat ini dia ingin pergi ke suatu tempat.

Setelah selesai belanja, Binar pun masuk ke dalam mobil. "Pak, aku ingin ke taman kota dulu bisa 'kan Bapak mengantarkan aku ke sana?" ucap Binar.

"Tentu, Nona."

Taman kota memang tempat ternyaman untuk Binar. Jika Binar sedih dan ada masalah, dia pasti akan datang ke taman itu untuk menyendiri. Suga tahu kebiasaan anak majikannya itu, Suga merasa sangat kasihan kepada Binar mungkin dalam segi keuangan Binar tidak pernah merasakan kekurangan sedikit pun tapi dalam segi kasih sayang, Binar benar-benar sangat kekurangan.

Tidak membutuhkan waktu lama, Binar pun sampai di taman itu. "Bapak jangan ikutin aku ya, aku ingin sendiri dulu," ucap Binar.

"Baik, Nona."

Binar keluar dari dalam mobil dan membawa cemilan yang tadi dia beli di mini market. Binar duduk di bawah pohon yang di depannya ada danau bustan, dia tidak sadar jika beberapa meter dari tempat Binar duduk ada pria tampan yang sedang duduk termenung juga. Pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nizar, dia terlihat melamun sehingga dia tidak sadar juga kalau ada Binar di sana.

"Lelah sekali menjalani hidup seperti ini, Ya Allah," gumam Binar dengan menghembuskan napasnya kasar.

Nizar menghabiskan minuman kalengnya, dia pun melempar kaleng kosong itu ke tong sampah yang tidak jauh berada di hadapannya namun sayang, kaleng kosong itu tidak masuk dan malah terpental hingga mengenai kepala Binar.

"Aw, siapa yang lempar kaleng kosong ini?" geram Binar dengan mengusap kepalanya.

Suga yang melihat dari kejauhan langsung berlari. "Nona, tidak apa-apa?" tanya Pak Suga khawatir.

Suga melihat ke arah Nizar, dan Nizar tampak membelalakkan matanya. "Berani kamu menumpuk Nona Binar," geram Pak Suga sembari mencengkram baju Nizar.

"Aduh, maaf Pak aku gak sengaja. Tadi aku mau lempar ke tong sampah malah mental," sahut Nizar.

Suga memperhatikan wajah Nizar, begitu pun dengan Nizar. "Bukanya kamu Pilot yang kemarin kasar kepada Nona Binar 'kan?" tanya Pak Suga.

"Astaga, kenapa aku bisa bertemu dengan Hulk lagi," gumam Nizar.

"Apa kamu bilang?" bentak Pak Suga.

Binar dengan cepat menghampiri dan menahan Suga. "Sudah Pak, aku gak apa-apa kok," ucap Binar.

Binar menoleh ke arah Nizar. "Loh, kamu Mas-mas yang kemarin di Bandara ya?" tanya Binar.

Nizar langsung menghempaskan tangan Suga dan beralih kepada Binar. "Kebetulan sekali bertemu di sini, ganti ponsel aku sekarang juga dan sekarang kamu tidak punya alasan untuk kabur lagi," ucap Nizar.

"Astaga Mas, kenapa sih yang diomongin ponsel terus? Mas bukanya seorang Pilot? masa iya gak mampu beli yang baru," ledek Binar.

"Ini bukan masalah mampu atau tidak mampunya, tapi masalah pertanggung jawaban dari kamu. Selain kamu sudah menghancurkan ponsel aku, kamu juga sudah menendang masa depan aku, untung tidak apa-apa kalau sampai ada apa-apa bagaimana? bisa hancur masa depanku!" bentak Nizar.

"Jangan bentak-bentak, bisa tidak ngomongnya santai," ucap Pak Suga geram.

"Oke, siap Pak. Jadi bagaimana? ganti gak sekarang juga?" pintar Nizar.

"Baiklah, sekarang kita ke Mall. Kamu ikutin mobil aku dari belakang," sahut Binar.

"Nah, gitu dong."

"Dasar Pilot menyebalkan," gerutu Binar.

Binar pun akhirnya harus pergi dari sana, niatnya ingin menenangkan diri malah justru apes karena harus bertemu dengan Pilot menyebalkan seperti Nizar.