Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Pink star Diamond
Alan mencoba jas kedua, mulut Remi tak henti-hentinya berdecak kagum. Karena memang dia tampan tak tertolong, meskipun Remi memuji setinggi langit tidak akan kelihatan kalau sebenarnya fashion designer itu sedang menjilat agar jasnya laku.
Renald melongo ke bagian dalam ruang tunggu kamar hotel. "Bapak Alan, adakah asisten anda yang bernama Hiro?" Dia bertanya pada Alan di tengah riuhnya suara kekaguman Remi melihat penampilan pria macho itu.
Alan menoleh kemudian mengangguk, "Hm, maaf merepotkan kamu tapi tolong persilahkan dia masuk."
Renald tersentuh dengan kesopanan Alan, dengan senang hati dia membuka pintu. Another hot guy berdiri di depannya, apa sirkel si Alan semua pria-pria metroseksual?
Renald menelan liurnya, bagaimana dia lelaki lurus bisa terpukau dengan sesama jenis. Sepertinya aku perlu konsultasi ke psikiater jangan sampai belok seperti si Remi, pikir Renald. "Silakan masuk Tuan Hiro," dia berkata.
Hiroshi, pria sebaya Alan itu menyungging senyuman kecil diujung bibirnya, "Terima kasih." Dia berjalan masuk melewati Renald.
"Paket," kata Hiro pada Alan menunjukkan tentengan di tangannya.
"What a f.a.k." Remi membelalakkan matanya. "Wow, coba kita lihat! Bukankah ini brand yang biasa membuat jas limited?" Dengan penasaran dia mengambil paket besar dari tangan Hiro, "Let me love you, handsome." Dia mengedip mata genit pada Hiro.
Seharusnya Hiro akan datang besok pas hari H sesuai kesepakatan pertama, tapi Alan menelpon nya disuruh datang secepatnya ke hotel. Karena akan menikah, tak ayal Alan merasa gugup. Katanya dia perlu bantuan seseorang untuk mengajarinya bacaan ijab kabul.
Memangnya aku tau! Aku pun belum pernah, pikir Hiro. Ini adalah berita baik bagi Anggota Kesatuan Dark Dragon team atau yang dikenal dengan Two D. Tapi meskipun Hiro sangat-sangat penasaran, tidak mungkin dia bertanya sekarang tentang kronologisnya kenapa tiba-tiba Alan memutuskan menikah. Selama ini tidak ada desas-desus Alan dekat seorang perempuan, ternyata pagar makan tanaman. Anak buah Alan taunya Dewi adalah anak asuhnya sekarang akan dikawini, tidak apa-apa. Yang penting mereka punya Nyonya yang bisa mengatur hidup Big bos agar lebih kelihatan manusiawi.
Hiro menyerahkan satu paket kecil tersisa di tangannya, Alan menerimanya kemudian menyerahkannya pada Dewi, "Ambillah! Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan," katanya.
"....." Dewi tercengang saat membaca tulisan paper bag serta nama di atas kotak kecil itu.
"Hei, bukankah ini nama pengrajin Berlian yang mengeluarkan The pink star Diamond?" Remi yang bersuara, heboh.
Barusan dia mabuk dengan Jas mahal di tangannya sekarang dikejutkan lagi dengan cincin termahal di dunia. Karena itu mas kawin, Remi menahan tangannya untuk merampas barang ekslusif itu dari Dewi meski jiwa penasarannya meronta-ronta.
Dalam satu masa dia melihat dua produk yang tidak mungkin dilihat oleh mata miskinnya ini, dan lebih tidak mungkin kalau keduanya aspal. Sebagai fashion designer yang telah go internasional, akan malu rasanya jika dia tidak punya referensi mengenai barang asli ataupun palsu.
"Semula aku ingin memberi itu sebagai hadiah pernikahan. Boleh ya dirubah jadi mas kawin," mohon Alan. "Nanti hadiah kita beli yang lain."
Dewi tidak dapat berkata-kata, "......"
"Bu Dewi, tahukah anda bahwa pada pelelangan terakhir cincin the pink star dilepas dengan harga 71 juta US Dollar dengan berat 59 karats lebih." Remi menatap Alan dengan kekaguman. "What a romantic Man, oooh."
"......." Dewi juga menatap Alan, tidak percaya dengan penglihatannya. Meski dia tidak suka memakai perhiasan bukan berati dia tidak update tentang dunia jewelry.
Alan melihat tanda tanya besar di wajah Dewi. "Apa itu pink star? Saya memesannya buru-buru di online shop, tidak seperti yang dia katakan. Kapan saya pergi ke pelalangan?"
Anda memang tidak pergi, tapi saya bertaruh nyawa demi menjaga barang ini, smirk Hiro memandang Alan yang melotot padanya. Dia mengerti tatapan itu menyuruhnya bungkam tentang asal usul perhiasan itu.
Remi tidak senang memandang Alan. "Do you think I am idiot?" Dia cemberut.
Alan yang ditatap empat orang jadi salah tingkah, "Cepat tes jas yang baru datang itu!" Dia memerintah Remi sembari membuka jas design Remi yang jadi terlihat jelek ditubuhnya.
"Jangan bilang ini juga barang KW," gerutu Remi sembari membuka cover setelan jas yang dibawa Hiro barusan.
"Apa itu KW? Bisakah kamu fokus dengan tugasmu saja!" Alan memarahinya.
"Siap, Bos!" Remi takut akan ketegasan Alan.
"KW aja gak tau? Tapi aku tau! Dari bahannya aja tau ini asli jas limited edition yang baru diluncurkan pada fashion show bulan lalu dan hanya ada 3 di seluruh dunia."
Dia membelai bahan setelan itu hati-hati, merasakan sensasi lembut yang menggetarkan dada di tangannya.
"Manik-manik hiasan serta kancing ini asli oval hitam, haih. Siapa yang mau kamu tipu!" Remi menggerutu pelan.
Tapi Dewi mendengarnya. Dia tau kedua produk itu nggak mungkin KW, bungkusnya aja terlihat elegan dan berkelas. Si Alan mampu membeli barang-barang mahal ini, apakah dia tidak semiskin kelihatannya? Dewi membuka kotak perhiasan di tangannya, "......" Tanpa sadar dia membuka mulutnya lebar sehingga bisa memasukkan sebutir telur bebek asin.
Bola mata Remi seperti mau keluar dari rongganya, "Oh, benar-benar The pink star. This is Amazing, unbelievable!" Dia jadi tidak fokus mengenakan jas ke tubuh Alan.
Renald tidak tau mengenai perhiasan tapi cincin yang di tangan Dewi sungguh menyilaukan mata, keindahannya tidak mungkin berbohong. "Kalau ini mas kawin bagaimana cara pengucapannya saat ijab kabul?"
Nah lo!
Remi terkekeh kemudian berkata, "Aku terima nikahnya Dewi Amalina binti Tuanku Thamrin almarhum dengan mas kawin sebuah cincin berlian The pink star Diamond KW dibayar tuu..nai! Hahahahahaha......" Dia nggak tahan akhirnya tertawa terbahak-bahak.
CK, Alan berdecak kesal.
Dia memandang Dewi dengan ekspresi rumit di wajahnya. "Hei bencong!" Alan membentak Remi yang terpingkal-pingkal sampai keluar air mata.
Apanya yang lucu? "Tidak bisakah hanya bilang cincin berlian saja! Tidak usah pakai pink star Diamond segala?" Dia benar-benar marah pada si Remi sialan ini, "Norak tau!"
"Kan mau sebut berat dan harganya juga," saut Renald membela Remi yang wajahnya telah menghijau tiba-tiba karena dipeletotin Alan.
"Waktu abangku menikah semuanya disebut. Seperti, saya terima nikahnya si anu binti si anu dengan cincin emas 24 karats seberat 20 gram seharga 30 juta rupiah dibayar tunai, gitu."
"Makanya, mau ngasi KW lu. Malu-maluin!" Remi takut-takut melirik Alan dengan ekor matanya.
"Ya, ini asli berlian tapi apa itu Pink star! Orang kampung mana tau, makanya tidak usah disebut. Bisa tidak!"
"Hei!" seru Remi melambaikan tangannya.
"Tamu anda semua para eksekutif dan mereka punya istri yang gila perhiasan. Pasti heboh dengan yang namanya berlian. Bakalan jadi bahan gunjingan kalau anda menyebut salah, berat dan harganya yang tidak sesuai. Kenapa gak beli tipe lain sesuai badget. The pink star, gitu loh! Sosialita mana yang tidak kepo?"
"Makanya sebutkan karat dan harga yang sebenarnya biar sah bahwa ini tuh asli bukan KW," sambung Renald.
Alan memandang Hiro mohon pertolongan, tapi asistennya itu mengangkat bahu tanda suruh menyerah saja katakan sejujurnya.
"Alan." Dewi yang dari tadi diam akhirnya buka suara.
"Saya tidak akan malu memakai pemberian dari kamu, meskipun itu KW. Tapi nama di kotak ini tidak bisa dipalsukan, kamu tidak usah malu mengakuinya."
"Astaghfirullah," ucap Remi.
"Orang tuh, kalau KW baru malu tapi ini asli. Kenapa si Om ganteng harus malu, sih!"
Alan kesal banget pada si Remi bacot ini, tatapan membunuh dia berikan. "Hehe..." Remi terkekeh.
"Dewi, maaf. Ini Hiro dan teman-teman lainnya yang ngasi ide, dan kita 200 orang patungan untuk membelinya. Aku hanya bayar seperdua ratus dari harga keseluruhan. Ya, paling 5 jutaan lah." Terpaksa Alan mencari kambing hitam.
"Satu triliun lebih dibagi 200 orang, artinya seorang harus keluar 5 milliar rupiah lebih, Om!" Remi membenarkan hitungan Alan.
"PANG!" Alan benar-benar menendang Remi sampai terjungkal.
"Oh!" Dengan sigap Hiro menahannya. Kalau tidak itu kepala terbanting ke lantai bakalan pecah isi otak si Remi.
"Ah!"
Dewi dan Renald ikutan shock memegang jantung di dada masingmasing, terutama Remi. Gara-gara mulut embernya dia hampir kehilangan nyawa.
__________