seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di akui sebagai pembantu
Selama beberapa saat Juno mematung di tempat seperti kehilangan kemampuan untuk berpikir, Ia Bahkan tak beranjak sedikitpun dari posisinya, seolah seseorang yang berada di hadapannya adalah orang yang sangat berbahaya.
Juno Menelan saliva, menarik nafas dalam-dalam dan berusaha mengembalikan akal sehatnya yang hampir menghilang .
"Ibu? bukannya Ibu masih di luar kota ya?" Tanyanya heran sebab pagi ini sang Ibu tiba-tiba muncul di hadapannya
"Emangnya kenapa? Kamu nggak suka Ibu ada di sini?" Wanita paruh baya itu menatap penuh curiga, "jangan-jangan kamu menyembunyikan sesuatu dari ibu?"
"Astagfirullah, enggak lah Bu!" Jawab juno masih bisa mengurai kepanikan
Wanita paruh baya itu kembali melirik penuh curiga, terutama pada seorang gadis yang berseragam putih abu-abu yang berdiri tepat di sisi putranya.
"Sini kamu! Ibu mau bicara!" Ucapnya sambil menggandeng putranya memasuki rumah
Sementara Sisil hanya terdiam sambil menunggu di teras, walaupun sangat terkejut setelah mampu menebak awak wanita paruh baya itu adalah ibu mertuanya.
"Siapa anak itu Juno?" Tanya sang ibu, seolah mendesak Sebuah Jawaban, "Kenapa dia ada di sini bersama kamu?"
Juno terdiam sejenak
"Namanya Sisil Dia anak yatim piatu, Ayah Ibunya sudah meninggal dunia dan tidak punya siapa-siapa lagi, Aku cuman mau bantu dia sekolah sampai lulus jadi untuk sementara Ia kerja di sini dulu.
"Jadi pembantu maksudnya?" Tanya wanita itu lagi
Terpaksa Juno menggangguk, Entah mengapa rasanya berat mengatakan bahwa Sisil adalah pembantu di rumahnya.
"Artinya dia tinggal di sini bersama kamu?" Suara wanita itu terdengar semakin tegas
"Sementara begitu Bu, Soalnya tidak punya siapa-siapa. Mau tinggal di mana Kalau bukan tinggal di sini, sekolahnya juga di tempat aku mengajar jadi sekalian saja.
"Tapi dia seorang gadis Juno, tidak baik kamu tinggal satu atap dan cuman berdua dengan gadis yang bukan mahram. Apa kata orang nanti kamu bisa difitnah! Sementara kamu sendiri masih lanjang!" cecar wanita itu panjang lebar
"Aman Bu, Tenang saja, tetangga di sini nggak ada yang kepo kok", ucapnya berbohong. Padahal jika dipikir-pikir semua tetangganya memiliki tingkat kepo yang jauh di atas Paparazzi
"Tetapi tetap saja Ibu nggak bisa tenang, kalau kamu tinggal berdua dengan lawan jenis, segala sesuatu bisa terjadi kan?"
"Bu aku juga tahu batasan, lagi pula Sisil anak baik dan tidak macam-macam"
Meskipun masih khawatir, namun wanita itu tidak banyak bertanya lagi. Untuk kali ini ia akan mempercayai Juno Selain itu ia tahu betul karakter putranya yang tidak sembarangan menjalin hubungan dengan seorang wanita.
"Ya sudah kalau begitu, Yang penting kamu jangan macam-macam. Ibu nggak mau kalau sampai Suatu Hari Nanti kamu buat malu keluarga kita!"
"Beres bu" Juno melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, "kalau begitu aku mau berangkat ke sekolah, udah mau telat!"
"Ya sudah sana mau berangkat mah, Ibu juga mau pulang dulu ke rumah lama".
Keduanya melangkah keluar rumah dan mendapati Sisil yang masih duduk menunggu di teras, Ia sempat membungkukkan kepala tanda hormat kepada Ibu dari suaminya itu. Ingin menyapa pun ragu, sebab wanita paruh baya Itu tampak dingin
"Saya sudah dengar semuanya dari juno, katanya kamu tinggal sementara di sini untuk jadi pembantu?"
Sisil mengangguk pelan
"Memangnya kamu nggak mempunyai keluarga lain di kota ini?"
"Saya nggak punya siapa-siapa di sini Bu, nggak ada teman sama keluarga"
"Ya sudah tidak apa-apa, asal kamu tahu batasan dan ingat Juno adalah majikan kamu"
"Iya Bu, maafin saya sudah merepotkan"
Wanita itu hanya mengangguk, belum akhirnya melangkah menuju mobil. Setelah kepergian sang Ibu Juno barulah bernafas lega.
"Itu tadi ibu saya ucap Juno. Kamu harus hati-hati kalau ibu nanti Ke sini lagi, jangan sampai kamu salah bicara dan membuat dia curiga"
"Iya Mas saya tahu"
"Tadi saya bilang kamu kerja di rumah saya untuk bantu-bantu, maaf, saya tidak punya alasan lain yang masuk akal"
Tak ada sahutan dari Sisil, hatinya seolah sudah beku. Dianggap sebagai pembantu oleh suaminya bukan masalah lagi baginya. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah menata ulang masa depannya tanpa memikirkan hal lain.
.
**
.
"Kamu harus hati-hati, pak juno itu galaknya minta ampun, jadi jangan membuat kesalahan sekecil apapun", ucap Nindy yang sedang berganti pakaian olahraga, jam belajar pertama hari ini diisi dengan olahraga
Sisil hanya menanggapi ucapan temannya dengan senyuman tipis, Kalau boleh jujur Ia agak penasaran segala apa selamanya itu ketika sedang mengajar, Mengapa seluruh siswa takut kepadanya
"Memangnya kamu pernah dihukum apa saja sama Pak Juno?" Tanya Sisil penasaran
"Banyak!" Nindi tertawa, Ia mengambil posisi duduk tepat di samping sisil, sambil memasang sepatu "Biasanya dihukum bersihin toilet, nyapu di lapangan atau Saya minta maaf seribu kata"
gadis itu begitu Tampak santai, kemudian berdiri di depan cermin sambil memperhatikan penampilannya.
"Ke lapangan yuk!, kalau telat Pak Juno bisa nge-reog!" Nindy memutar gagang pintu, namun kemudian ia menyadari akan sesuatu , "loh ini pintunya kenapa ?"
Gadis Itu tampak kebingungan setelah menyadari bahwa pintunya terkunci dari luar
"huh..! sial! ini pasti kerjaannya orang iseng!" Maki Gadis itu sambil menggedor pintu, Sisil pun ikut panik . "Tolong buka pintunya! Ada orang di luar nggak?"
Namun setelah beberapa menit menunggu, ada sahutan apapun keduanya langsung terlebih hukuman lagi sudah menanti
"Bagaimana sekarang?" tanya Sisil
Beruntung kala itu seorang penjaga sekolah kebetulan melintas dan mendengar sebuah teriakan, begitu pintu terbuka keduanya segera berlari berkejaran menuju lapangan. Tatapan semua orang pun tertuju pada mereka
Juno Tampak menatap dengan dingin, seolah tetapan itu melahap kedua gadis itu dalam sekejap.
"Kalian habis ngapain sampai telat ke lapangan?"
Sisil dan Nindy bungkam, beberapa siswa terlihat menahan tawa melihat keduanya membeku
"Maaf Pak, Kita habis terkunci dari ruangan ganti baju." Jawab Nindy dengan takut
"Habis terkunci apa habis ngobrol ?anak lain juga habis ganti baju tapi nggak telat seperti kalian!"
Sisil membungkam tak tahu harus memberi jawaban apa, sementara Nindy sudah tampak panik
"Sisil hari ini hari kedua kamu sekolah tapi kamu sudah tidak disiplin seperti ini, mau jadi apa kamu nanti ?"
"Maaf Pak!" Gadis belia itu hanya menunduk, ada sahutan lagi dari bibirnya. Tatapan Juno membuat tubuhnya meremang belum lagi tatapan siswa lain yang sedang menertawakan dirinya
"Jangan ada yang ketawa, nggak ada yang ngelawak di sini!" Sambar juno saat ekor matanya menangkap beberapa siswa menahan tawa.
Suasana Riuh tadinya itu menjadi mencekam dan senyap. Bahkan Tak ada satupun yang berani bergerak di tempat
"Nindy kamu bersihkan toilet khusus siswi, Saya akan cek nanti, pastikan toiletnya bersih!"
"Baik Pak" jawab Nindy sambil mengangguk
"Dan Sisil! Hukuman Kamu bersihkan gudang belakang! Jangan keluar sampai jam pelajaran olahraga selesai!"
Bersambung ...