"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"
"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.
"Apa yang saya tidak tau?"
"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.
"Besok besok gak usah temui Leya!"
"Kalau saya mau ketemu?"
"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"
"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kembali
Seorang wanita berteriak histeris saat melihat kehadiran Leya."Leya sialan!" teriak wanita itu, penampilan dia sudah sangat berantakan bahkan tubuhnya banyak bercak darah.
Vano berjalan mendekati ke arah wanita itu, dia menancap kan pisau di tangan nya, wanita itu berteriak Leya langsung menutup mata dan telinga nya, dia bergetar ketakutan.
"V-vano tolong hentikan." ucap Leya menarik pria itu menjauh dari Disa.
Vano tertawa menatap Leya heran, padahal dia hanya ingin membantu Leya membalas kan dendam pada wanita ini.
"Jangan lakukan ini lagi." mohon Leya.
Vano tampak marah, dia benar benar kesal! Leya sama sekali tidak menghargai tindakannya. Akhirnya dia menarik pergelangan Leya dan mengantar gadis itu pulang.
Setelah itu dia pergi ke club, pria itu biasanya melampiaskan amarah nya dengan menyakiti hewan bahkan manusia sekalipun, jika tidak ada dia akan pergi ke club. Entah sebutan apa yang pantas untuk pria seperti ini.
"Eii tuan muda, setelah sekian lama."
"Jangan panggil dengan sebutan sialan itu!" ketus Vano, dia mengambil sebotol minuman keras dan langsung meneguk nya.
Setelah merasa cukup puas Vano langsung keluar menuju mobilnya, dia sedikit pusing hingga berjalan sempoyongan. Melihat itu, teman nya langsung membantu Vano dan menyetir mengantar pria itu pulang.
Setelah sampai, teman nya mengantar Vano masuk ke dalam rumah nya, rumah yang besar dan mewah itu sangat sunyi. Hanya ada beberapa pelayan, mereka di sambut seorang wanita yang berumur 42 tahun! Namun wanita itu masih terlihat cantik dan awet. Dia, Dwita Stefi Raymond, ibu dari Vano.
"Ya tuhan Vano." ucap wanita itu tampak sedih, dia membantu membawa Vano ke rumah nya.
Wanita itu langsung keluar, dia menatap dirinya di cermin. Setiap malam dia hanya akan menangis dan menangis, dia takut jika putra satu satunya menjadi seperti suaminya yang kejam dan bengis.
"Apa yang harus mama lakukan, Vano! Mama tidak mau masa depan mu hancur."
"Apa yang kamu pikirkan, jangan terlalu memikirkannya! Dia anak ku, sudah pasti akan menurun seperti ku." tekan sang suami, Setya Orland Reymond.
"Jangan merumuskan Vano ke masa depan yang suram."
Setya tertawa kecil melihat sang istri."Jika seperti itu, apa ini masa depan yang suram? Aku memiliki semua nya! aku memberikan kamu hartaku, Apa yang kamu inginkan bisa ku dapatkan, apa itu suram?"
"Tapi cukup kamu, Vano jangan."
"Sudahlah, aku sangat muak berbicara dengan mu! Aku tidak mau anak ku lemah seperti mu terus terusan di tindas orang! Lagian Vano laki laki jadi aku tau cara mendidik nya!"
Lagi lagi Dwita hanya menghela nafas mendengar perkataan suami nya, Dwita tau tentang perilaku Vano saat pria itu berumur 14 tahun, Dia berkali kali memberitahu suami nya namun pria itu tampak biasa aja.
"Arion, makasih ya sudah mengantarkan Vano pulang." ucap Dwita ramah, Arion hanya tersenyum kikuk lalu pamit pergi.
Dwita berjalan menuju kamar anak nya, dia berusaha membangun kan anaknya untuk makan. Dia takut jika anak nya sakit karna belum makan.
"Argh apaansih?!" marah Vano.
"Bangun dulu ya, makan." lembut Dwita.
"Aku gakmau." ucap Vano kembali memejam kan matanya.
Drttt..
"Eih, ini siapa nelpon kamu? namanya Captive." Heran Dwita.
Vano langsung membuka matanya dan mengangkat telpon dari Leya.
"Ada apa?" tanya Vano.
"Leya lupa ini, kemarin kata kaka itu berapa sekali sehari ya minum nya? Atau pas butuh aja?" tanya Leya tampak kebingungan dari suaranya.
"Leya, aku tidak bersama mu saat itu. Aku menunggu diluar!" ketus Vano.
"Eih dia perempuan?" tanya Dwita tersenyum geli.
Vano langsung mematikan telpon nya, di sisi lain membuat Leya kesal. Dia serius tapi pria itu malah mematikan telpon sepihak.
Sedangkan Vano, dia langsung bersiap untuk mandi dan mengganti pakaian nya, dia hanya menggunakan hodie dan celana dasar.
"Mau ke mana? Gak makan dulu."
"Leya."
Setelah mengatakannya, Vano langsung melenggang pergi. Pria itu benar benar susah di ajak bicara! Tapi, dia cukup penasaran dengan gadis bernama Leya itu apalagi nama kontaknya Captive! Dwita berharap tuhan selalu melindungi gadis itu
Tiba tiba saja Dwita berfikir untuk mengikuti Vano, namun jelas suami nya tidak boleh.
Leya sedikit bingung tiba tiba Vano sudah berada di apartemen nya. Leya benar benar kesal, pria itu seenaknya saja masuk!
"Nih makan dulu baru minum obat." ucap nya.
"Tumben." heran Leya.
"Kamu terlalu kurus, gak enak kalau di gantung terus di potong potong. Keras di tulang doang."
"Vanoo!!" kesal Leya.
"Takut?"
"Bisa gak sih berhenti gitu?"
"Gakbisa."
Baiklah, Leya mengalah! Dia tidak akan berbicara pada pria itu. Gadis itu beranjak dan mendorong Vano keluar. Dia menutup pintu dengan kuat.
"Waduh, rusak apartemen Damian!" ucap leya menyesal, dia langsung menggosok gosok pintu itu seperti orang aneh
Leya makan makanan yang di bawakan oleh Vano, dia sedikit bingung dengan pria itu. Terkadang dia bersikap dingin, terkadang dia bisa juga seperti sangat perhatian. Tapi, Leya tidak tau apa yang sebenarnya di inginkan pria itu.
"Padahal kan kejahatan nya ada di Leya, kenapa dia gak langsung bunuh Leya aja." heran Leya. Ah Leya malas memikirkan nya, dia ikuti saja permainan yang akan di lakukan pria itu.
"Damian?" kaget Leya tiba tiba pria itu datang.
"Hum, seperti nya kamu sangat betah ya tidak ada saya?" ucap Damian langsung duduk di sebelah gadis itu.
"Gak gitu, banyak sekali Leya dapat masalah." gadis itu menunduk menangis, dia seakan akan mengadu pada pria itu. Damian tidak tau bagaimana kondisi Leya lantaran dia benar sangat sibuk di luar. Banyak masalah dalam perusahaan nya, apa lagi mengurus Erick.
Setelah urusan nya selesai baru Damian pulang, bahkan dia langsung menuju ke apartemen untuk menemui Leya.
Mendengar aduan Leya, Damian kaget langsung memeluk nya."Jangan menangis." Jujur saja, hatinya sakit melihat Leya seperti itu.
"Leya capek, banyak masalah."
"Cerita."
"Kamu gak jaga Leya lagi ya? Harusnya tau masalah Leya apa aja!" ketus Gadis itu
Biasanya Damian selalu tau apa yang di lakukan Leya, tapi sekarang pria itu tidak pernah memantau nya lagi. Leya merasa Damian berbeda
"Maaf."
"Gak perlu, lagian Leya bisa sendiri."
Mereka berbincang cukup lama, Leya merasa Lega jika Damian sudah kembali. Dia berharap Vano tidak akan menganggu dirinya lagi.
Leya langsung makan, diaa tersenyum ramah entah mengapa dia merasa sangat bahagia sekarang, perasaan nya sekarang merasa lebih nyaman.
Eh Damian baru saja menyadari makanan Leya.
"Ini kamu beli sendiri?"