Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Kepergok Lagi
"Yan, Briaaaaan!" teriak Bu Ranti.
Dari tadi Brian dipanggil hanya bergeming saja. Menatap tembok sambil diusap-usap. Bu Ranti takut putra sulungnya itu menganut ilmu sesat.
"Astaga, Bu. Aku nggak budek lho. Manggil kok ya sampai teriak!" protes Brian mengusap dadanya karena terkejut mendengar teriakan Bu Ranti.
"Ini telinga emang budek. Dari tadi di panggil nggak nyaut!" kesal Bu Ranti sambil menjewer telinga Brian.
"Aduh ... Ampun, Bu. Maaf," rintih Brian.
"Kamu ini ngapain ngusap-ngusap tembok? Siapa yang ngajarin kamu ilmu sesat ngusap tembok?! Biar apa? Biar keluar duit? Keluar jin?" cerocos Bu Ranti yang sudah jengkel sama kelakuan Brian.
Brian hanya nyengir saja nggak merasa bersalah karena membuat Ibunya khawatir. Padahal dia cuma mengusap nama Alaish dan Sanju saja. Pikirannya berkelana ke masa lalu yang indah. Ah, Alaish emang sudah membuat Brian menjadi gila.
"Baca, Bu. Aku nggak menganut ilmu sesat. Aku cuma kangen sama bocil," jelas Brian. Tenggorokannya tercekat ketika menyebut bocil.
Bocil itu panggilan untuk Ala juga. Kedua orang tua Brian juga memanggilnya bocil. Kadang ya cuma cil. Mereka udah sayang betul sama Ala. Malah berharap anaknya berjodoh sama Ala.
Bu Ranti menghela napas panjang dan geleng kepala. Benar di tembok itu terukir nama Ala dan juga Sanju. Bu Ranti berpikir jika Sanju itu nama cewek lain.
"Kamu ini katanya cinta mati sama bocil tapi juga sama Sanju. Gimana sih kamu itu, Yan? Pantes aja si bocilmu pergi. Yan ... Yan ... Utekmu udah nggak waras!" Heran sama putra sulungnya ini yang hobi mainin perasaan cewek sejak dulu.
Bu Ranti tahu kalau Brian pernah menduakan Ala. Sudah dinasehati kok ya ngeyel. Udah ketahuan sama Ala baru kapok. Segitu juga Ala masih bertahan karena saking sayangnya sama Brian yang menurut Bu Ranti gantengnya nggak ketulungan.
"Sanju itu panggilan sayang buat Ala. Brian berharap kalau suatu hari nanti bisa bertemu dan nikah sama Ala," kata Brian sambil menundukkan kepalanya.
Brian selalu terbuka dengan ibunya. Itu mengapa Brian dekat dengan ibunya seperti teman sendiri karena sudah terbiasa curhat. Semua masalah yang sedang Brian alami selalu Brian ceritakan dengan ibunya.
"Oalah gendeng!" Bu Ratmi menoyor kepala Brian.
Tangannya berkacak pinggang sambil kedua netra melotot. Heran sama Brian, keturunan siapa sebenarnya dia itu sampai mau punya istri dua.
"Kamu ini mau nikah sama Maira kok ya malah mikir aneh-aneh to, Yan. Otak kalau sudah pengaruh sebotol minuman tuh ya gitu, gesrek!" Nggak ada henti-hentinya Bu Ranti mengomel. Saking gemas dan jengkelnya Brian kena jewer dan cubit lagi.
"Maira selingkuh, tadi aku lihat dia sama cowok lain di alun-alun. Nanti aku cari bukti biar Ibu percaya kalau dia selingkuh," ucap Brian dengan sungguh-sungguh.
Bu Ranti terdiam. Menatap kedua netra Brian, tapi tidak menemukan kebohongan disana. Hanya saja sulit buat percaya kalau Maira selingkuh. Pandangan Bu Ranti selama ini, Maira sangat baik. Anaknya perhatian dengan Brian melebihi Ala tapi kenapa malah menduakan Brian. Apa mungkin karena lelah sama Brian yang terus mengenang masa lalu?
Bu Ranti menepuk keningnya, "Ibu lupa, anaknya di depan lagi ngobrol sama Bapak bawain martabak," kata Bu Ranti. Dia mendorong pundak Brian supaya keluar.
Brian dengan malas pun melangkah ke depan untuk menemui Maira. Pintar sekali ya gadis itu. Habis kencan terus datang ke rumah Brian bawa martabak buat mengambil hati kedua orang tuanya. Brian yakin tadi Maira pun melihatnya karena pas Brian berhenti gadis itu menoleh dan pura-pura nggak lihat.
Kalau nggak lihat sudah pasti pas balik masih ada. Bermesraan dengan pejantan tangguh tadi.
"Tuh Briannya," ucap Pak Supri.
Pak Supri langsung masuk ke dalam memberi waktu untuk kedua insan yang sedang kasmaran itu bicara. Sudah paham lah anak muda itu gimana soalnya dulu Pak Supri juga pernah muda.
"Ngapain ke sini?" tanya Brian sinis. Dia masih berdiri di depan pintu.
Bersandar pada tembok dengan tangan dilipat didada. Menatap Maira dengan sebal. Nggak ada lagi perasaan apapun setelah melihat gadis itu jalan sama laki-laki lain. Padahal tadinya sempat punya sedikit rasa cinta tapi sekarang sudah hilang entah kemana.
"Main aja. Aku bawain martabak buat kamu," kata Maira sambil mengangkat kresek berisi martabak kesukaan Brian.
Laki-laki itu berdecih, "Pulang sana udah malem. Kesini naik apa?" Brian menoleh ke halaman rumah. Tidak ada motor Maira.
Sudah pasti gadis itu diantar sama selingkuhannya ke sini.
"Naik ojek, Mas. Aku masih pengen ngobrol sama kamu ... Aku kangen tau," ucap Maira dengan wajah yang dibuat seimut mungkin dan nada bicaranya manja.
Malah membuat Brian muak.
"Pulang aja, aku ngantuk. Ayo tak anter!"
Brian masuk ke dalam. Mengambil jaket dan kunci motor. Tak lupa bawa gawai dan juga dompet. Buat jaga-jaga kalau mau beli sebotol minuman dia punya duit.
"Ayo," ajak Brian.
Maira pun menurut saja. Dalam pikirannya Brian mau ngajak jalan-jalan malam ini. Mungkin malu kalau ngobrol di rumah jadi memilih keluar dengan alasan mau diantar pulang.
Maira melingkarkan kedua tangannya dipinggang lalu menyandarkan kepala dipunggung laki-laki itu. Aroma maskulin menyeruak diindera penciumannya. Membuat Maira merasakan kenyamanan.
Nggak mau lepas, pengen lebih lama seperti itu. Kalau perlu muter-muter sampai pagi biar Brian pegel.
"Turun! Udah sampe!" Brian melepas tangan Maira dipinggangnya.
Gadis itu dengan berat hati pun turun. Rupanya sudah sampai depan rumah. Brian bener-bener nganterin. Nggak ada jalan-jalan romantis seperti bayangannya tadi. Ah, kesal sekali!
"Kok pulang sih, Mas?" protes Maira dengan bibir mengerucut.
Brian nggak peduli dan langsung putar arah untuk pulang. Ngapain juga basa-basi sama orang yang udah nusuk dari belakang.
Dipinggir jalan dia menghentikan laju motornya. Duduk di trotoar sambil lihat ke langit. Sepi, nggak ada bulan dan bintang lagi malam ini. Entah sedang pergi kemana mereka.
"La, mungkin ini karma ya buat aku, karena dulu udah duain kamu. Sekarang aku ngerasain, La, diselingkuhin pasangan sendiri. Kamu pulang ya, aku dah ngerasain sakitnya posisi kamu," ucap Brian.
Tenggorokannya tercekat, kedua netra mulai berembun ketika mengatakan itu. Brian menyesal karena telah menyia-nyiakan orang sebaik Ala. Jika Tuhan mempertemukan mereka kembali, Brian berjanji akan membuat Ala bahagia bersamanya.
***
Sampai di rumah, Brian langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk. Nggak jadi beli sebotol minuman yang bikin jalan sempoyongan. Jadinya buka gawai lalu buka aplikasi efbe. Ahai asik sekali liatin setatus emak-emak yang katanya pejuang dolar.
Setiap buka aplikasi berlogo warna biru itu pasti disambut dengan postingan emak-emak.
"Salam interaksi!"
"Semangat ngonten!"
Apa aja jadi bahan konten lalu pakai lagu tiap hari begini. Udah pokonya beranda penuh sama postingan nggak jelas dari emak-emak pejuang dodol katanya.
Brian melihat notifikasi akunnya. Banyak sekali pemberitahuan yang muncul. Dia baru sadar kalau Maira sudah bajak efbenya.
Banyak sekali postingan nggak jelas yang Maira buat. Seolah-olah hubungan Maira dengan Brian itu romantis. Kenal baru dua bulan setengah mau romantisan nggak mood. Itu juga Brian deketin Maira karena Maira duluan yang naksir. Setiap kali ketemu ditempat tongkrongan Maira selalu deketin kayak ulet keket.
[Bahagia selalu ya.]
Begitu caption pada foto dirinya yang sedang memasangkan cincin dijari manisnya. Itu ketika sedang ada acara lamaran dan menentukan tanggal pernikahan mereka.
Brian jadi punya ide sekarang. Dia mau buka akun Maira yang masih tersimpan pada gawainya itu. Brian pun masuk ke akun tersebut dan langsung membuka bagian messenger.
Rupanya Maira sering chattingan sama mantannya yang bernama Dori. Entah ikan Dori jenis apa. Sayangnya dia bukan ikan. Nama panjangnya Dorimifisilisidi.
Nama yang unik. Mungkin kedua orangtuanya itu guru les musik.
Brian pun membuka chattan Maira dengan Dori. Kalau lagu yang tenar sekarang ini kan scorl sampe bawah kalau Brian scrol sampai atas. Soalnya yang paling bawah itu terakhir chatt kemarin bahas mesra-mesraan.
"Gila ini orang, selingkuh sama mantan sendiri. Kalau mau balikan ngapain mau diajak nikah kemarin?"gumam Brian.
Dia screenshot semua chatt Maira sebagai barang bukti yang akan dia tunjukkan kepada kedua orang tuanya nanti. Agar pernikahan itu batal. Brian nggak peduli pokonya nggak jadi nikah sama Maira.
Semua chatt sudah Brian baca dan rupanya mereka sudah saling tukar nomor wea. Bahkan sudah jarang chatt di efbe.
[Brian nggak pernah sayang aku kayaknya. Dihati dia cuma ada itu cewek. Heran deh itu cewek sebenarnya namanya siapa sih? Nggak ada loh aku cari akunnya. Pakai akun Brian juga nggak ketemu.]
Brian baru sadar kalau Maira mencari Ala. Gara-gara asyik scrol sampe atas, scrol sampe atas jadi lupa baca isi chattnya.
[Udah, Sayang. Biarin aja dia begitu. Nanti juga nyesel kehilangan kamu. Sekarang kan ada aku.]
Brian scroll lagi dan rupanya awal chatt itu pas satu bulan yang lalu. Itu masa pendekatan Brian dan tidak lama kemudian tunangan.
"Oalah ... Dancok! Jadi itu orang udah selingkuh selama sebulan setengah! Kurang ajar!" Brian meremas ponselnya. Ingat kalau harga ponsel lebih mahal daripada harga cabe dia pun mengusap ponsel itu lagi. Takut rusak.
Puas mencari barang bukti, Brian kembali ke akunnya. Mencoba mencari nama Alaish Karenina lagi. Siapa tahu gadis itu ganti nama pakai nama asli. Namun, bukannya menemukan akun tapi Brian malah menemukan postingan disebut grup kepenulisan.
Brian penasaran dan langsung membaca kisah itu. Kening Brian mengerut dalam, jantungnya berdebar tidak karuan. Nama tokoh pada cerita itu sama persis dengannya dan ada nama Alaish yang menjadi kekasih Brian.
Penasaran sama penulisnya darimana dia mendapatkan kisah itu, Brian pun ikut gabung pada grup cerita bersambung tersebut lalu mengirim permintaan pertemanan pada akun penulis yang bernama Abriela Kareen.
"Abriela?"
Bersambung....
jangan lupa like, komen dan subscribe ya kakak-kakak syang.
semangat kakak,
udu mmpir....
btw...ni pnglman pribadi y????
🤭🤭🤭