Perkumpulan lima sahabat yang awalnya mereka hanya seorang mahasiswa biasa dari kelas karyawan yang pada akhirnya terlibat dalam aksi bawah tanah, membentuk jaringan mahasiswa yang revolusioner, hingga aksi besar-besaran, dengan tujuan meruntuhkan rezim curang tersebut. Yang membuat mereka berlima menghadapi beragam kejadian berbahaya yang disebabkan oleh teror rezim curang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Balik Yang Brutal
Setelah bukti palsu yang diajukan oleh pemerintah terbongkar, suasana di pengadilan sedikit mereda. Mayuji dan tim pembelanya telah berhasil mematahkan sebagian besar argumen yang diajukan oleh pengacara pemerintah, dan dukungan masyarakat untuk kelompok Haki semakin kuat. Namun, di luar pengadilan, ancaman yang lebih gelap sedang berkembang.
Bayu, yang selama ini menggunakan jalur hukum untuk menjebak Haki dan teman-temannya, mulai merasa bahwa waktunya untuk bertindak lebih keras telah tiba. Dengan koneksi yang ia miliki di dalam aparat keamanan, Bayu mulai mengerahkan kelompok paramiliter rahasia yang siap menggunakan kekerasan untuk menghancurkan gerakan mahasiswa ini secara fisik.
Tanda-Tanda Awal Kekerasan
Beberapa hari setelah pembongkaran bukti palsu di pengadilan, serangkaian insiden kekerasan mulai terjadi di beberapa kota, terutama di kampus-kampus yang mendukung Haki dan kelompoknya. Di malam hari, kelompok-kelompok tak dikenal menyerang para mahasiswa yang sedang mengadakan aksi solidaritas. Tenda-tenda protes mereka dihancurkan, dan para mahasiswa diserang dengan brutal. Aparat keamanan yang seharusnya melindungi para demonstran justru diam dan membiarkan kekerasan itu terjadi.
“Ini bukan kebetulan,” kata Yudi dengan marah saat mereka mendengar berita tentang serangan-serangan tersebut di tahanan. “Bayu udah mulai main kasar. Dia nggak bisa ngalahin kita di pengadilan, jadi sekarang dia pake kekerasan buat matiin dukungan.”
Haki mengangguk, wajahnya tegang. “Gue udah ngerasa ini bakal terjadi. Mereka takut kalau kita menang, jadi mereka coba bikin kita takut duluan.”
Di media sosial, video-video serangan brutal tersebut segera menyebar. Para aktivis dan pendukung Haki mengunggah video-video dari lokasi kejadian, menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok tak dikenal menyerang para mahasiswa dengan kejam, sementara polisi hanya berdiri diam, seolah-olah mereka sudah diberi instruksi untuk tidak campur tangan.
“Pemerintah udah nggak tau malu,” tulis seorang aktivis dalam salah satu unggahannya. “Mereka nggak bisa ngelawan di pengadilan, jadi sekarang mereka pake kekerasan buat bungkam kita.”
Namun, alih-alih memadamkan semangat perlawanan, serangan-serangan ini justru memperkuat dukungan untuk Haki dan teman-temannya. Banyak yang mulai melihat tindakan pemerintah sebagai bukti nyata bahwa mereka takut akan kekuatan generasi muda.
Serangan Terhadap Keluarga Haki
Serangan ini tidak hanya berhenti di kampus-kampus. Bayu, yang kini semakin nekat, memutuskan untuk menargetkan orang-orang terdekat dari kelompok Haki, dengan harapan bisa menghancurkan semangat mereka dari dalam. Salah satu langkah paling kejam yang dilakukan Bayu adalah dengan menyerang keluarga Haki.
Suatu malam, ketika keluarganya sedang tidur, rumah Haki diserang oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. Jendela-jendela dihancurkan, dan mereka meninggalkan pesan ancaman yang jelas di dinding rumah: *“Berhenti atau keluargamu yang akan menanggung akibatnya.”*
Ibu dan ayah Haki, yang selama ini berusaha tetap kuat di tengah situasi yang sulit, terkejut dan ketakutan oleh serangan itu. Mereka tahu bahwa Haki sedang berjuang untuk sesuatu yang besar, tetapi kini nyawa mereka sendiri ikut terancam.
Di dalam tahanan, Haki mendapat kabar tentang serangan itu melalui pengacaranya. Wajahnya berubah tegang dan penuh amarah, tetapi ia berusaha menahan emosinya. Dia tahu bahwa Bayu sedang mencoba memprovokasinya untuk menyerah.
“Mereka nggak akan berhenti sampai kita hancur,” gumam Haki dengan nada dingin, mencoba menahan kemarahannya. “Tapi gue nggak akan mundur, bahkan kalau mereka ngancam keluarga gue.”
Teman-temannya berusaha menenangkannya, tetapi mereka juga tahu bahwa ancaman ini bukan lagi sekadar permainan politik. Ini adalah perang pribadi yang dilancarkan oleh Bayu untuk menghancurkan Haki, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Dukungan dari Masyarakat yang Semakin Besar
Di tengah ancaman dan serangan yang semakin brutal, simpati masyarakat terhadap Haki dan kelompoknya semakin meluas. Serangan terhadap mahasiswa dan keluarga Haki dilihat oleh publik sebagai tindakan keji yang menunjukkan betapa putus asanya pemerintah. Di media sosial, kampanye-kampanye dukungan semakin besar, dan gerakan solidaritas yang menuntut keadilan bagi Haki dan teman-temannya meluas ke berbagai kota di seluruh negeri.
Tokoh-tokoh masyarakat, seniman, dan aktivis semakin berani angkat bicara. Beberapa dari mereka bahkan menggalang dana untuk membantu keluarga Haki yang terancam, serta mendukung mahasiswa-mahasiswa lain yang menjadi korban kekerasan.
“Ini bukan hanya tentang Haki dan teman-temannya,” kata seorang aktivis dalam sebuah wawancara yang disiarkan secara online. “Ini tentang perlawanan terhadap sistem yang korup, yang selama ini menggunakan kekerasan untuk menekan generasi muda kita. Kita harus berdiri bersama mereka.”
Protes-protes mulai bermunculan di berbagai tempat, meskipun aparat keamanan berusaha membubarkan massa dengan cara yang keras. Di beberapa kota, bentrokan antara demonstran dan polisi tidak bisa dihindari, namun semakin banyak orang yang bergabung dalam gerakan ini, menolak untuk tunduk pada kekerasan yang digunakan oleh pemerintah.
“Ini perlawanan untuk semua orang,” kata Luvi, yang mulai kembali berbicara melalui pernyataan yang dirilis melalui pengacaranya. “Pemerintah boleh coba bungkam kita, tapi kita nggak akan diam. Generasi kita nggak akan tunduk pada ketidakadilan.”
Rencana Terakhir Bayu
Di tengah kekacauan yang semakin meluas, Bayu menyadari bahwa waktunya semakin sempit. Meskipun ia telah berhasil menimbulkan ketakutan dengan serangan-serangan brutalnya, dukungan masyarakat untuk Haki dan gerakannya terus tumbuh. Jika ia tidak segera menghentikan kelompok ini, mereka bisa menjadi kekuatan yang tidak bisa dihentikan.
Dalam pertemuan terakhirnya dengan pejabat pemerintah, Bayu merencanakan serangan terakhir yang lebih berbahaya. Dia tahu bahwa jika mereka tidak bisa mengalahkan Haki di pengadilan, mereka harus menghancurkan gerakan ini dengan cara yang lebih radikal. Serangan-serangan fisik akan dilipatgandakan, dan mereka berencana untuk melakukan operasi besar-besaran untuk menumpas semua pendukung gerakan ini di berbagai kota.
“Kita nggak punya pilihan lain,” kata Bayu dengan nada dingin. “Mereka harus dihentikan, dan kita harus pastikan mereka nggak bisa bangkit lagi.”
Rencana ini sangat berbahaya. Jika berhasil, gerakan mahasiswa yang dipimpin oleh Haki bisa hancur, tetapi jika gagal, pemerintah akan kehilangan kontrol sepenuhnya, dan bisa menghadapi pemberontakan yang jauh lebih besar.
Di sisi lain, Haki dan teman-temannya, meskipun dalam keadaan yang tertekan, bersiap untuk langkah terakhir mereka. Mereka tahu bahwa ancaman dari Bayu semakin dekat, dan ini bisa menjadi pertarungan terakhir mereka—baik di pengadilan maupun di jalanan.