Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Abel meminta Luna mengumpulkan berkas satu tahun terakhir.
Luna duduk di lantai mencarinya. Abel ikut membantu tapi sesekali menatap Luna yang diam tak bersuara.
"Aku minta maaf" ucap Abel.
Luna terdiam kemudian menatapnya.
"Anda tidak salah Pak, ini salah saya" jawab Luna kemudian kembali mencari.
"Lucas. ... "
"Saya tadi menemuinya, sudah tidak ada salah paham lagi antara kami" ucap Luna menyela.
"Kau ke apartemen nya? " Abel memastikan.
"Hmmm, dia juga akan kembali ke show, jadi jangan khawatir. Dia bilang kalaupun akan mundur, dia akan pamit secara baik-baik" ucap Luna.
Abel terdiam.
'Apa yang terjadi? Apa yang mereka bicarakan hingga Luna bisa sedatar ini? ' tanya hati Abel.
#
Seminggu menuju acara award.
Lisa mampir setelah mendapat undangan untuk menyanyi di sana.
"Hai! " sapa Lisa pada Luna.
"Hai! " Luna memeluk nya.
"Kau terlihat lebih cerah, kau benar produk itu tidak bagus, aku malah membeli yang sama dengan mu" ucap Lisa.
Luna tersenyum, mengingat semuanya pemberian Abel.
"Oh ya, aku punya sesuatu untuk mu, nanti malam datang ke apartemen ku ya? " pinta Lisa.
"Aku ajak Vera ya" pinta Luna.
"Ya tentu boleh" Lisa lebih senang.
Mereka mengobrol sebentar kemudian Lisa pergi.
Luna sedang menemani Abel melihat persiapan acara untuk Award ini. Beberapa artis menyapa Luna yang pernah menjadi staff pengundang artis.
Beberapa dari mereka malah memeluk dan menciumnya. Lebih dari Abel, Luna justru lebih banyak mendapatkan sapaan.
Abel memperhatikannya.
"Apa? " Hans berteriak.
Abel menatap Luna untuk menanyakan apa yang terjadi. Luna langsung pergi.
"Kenapa Pak? " tanya Luna.
"Toko bunga membatalkan pesanan 20 kilo mawar untuk acara kita" jawab Hans.
"Apa? " Luna terkejut.
Abel melihat raut wajah Luna kemudian mendekat.
"Bunganya, untuk sesi Rossy menyanyi, ini akan mengecewakan" ucap Hans sembari menggosok kepalanya.
Luna ingat dengan pacar Mario, yang punya toko bunga, dia punya ide untuk kesana dan menanyakan apa mereka sanggup atau tidak menyediakan bunga untuk acara itu.
"Kau mau kemana? " tanya Abel melihat Luna hendak pergi.
"Maaf Pak hanya ingin memastikan sesuatu, sebentar saja, nanti aku hubungi" jawab Luna.
Abel mengangguk. Luna langsung ke toko bunga itu. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Mario sedang ada di sana juga.
Luna menggigit bibirnya sendiri.
"Sudah tidak ada perasaan apapun, ayolah Luna demi acara Award" ucap Luna menyemangati dirinya sendiri.
Luna masuk, gemerincing bel yang terpasang di pintu menyambut kedatangannya. Mario dan pacarnya menoleh.
"Hallo, mau bunga apa? " tanya Cantika seraya mendekat.
"Hai, aku mau pesan 20 kilo bunga rose merah untuk minggu ini, apa bisa? " tanya Luna tak yakin.
"Wah itu mendadak sekali" keluh Cantika.
Mario datang perlahan setelah memastikan bahwa itu adalah Luna, mantan kekasihnya.
Luna tak menoleh meski tahu Mario menatapnya dari sisi kanannya.
"Aluna? " sapa Mario.
Cantika menatap mereka bergantian sambil menelpon pemasok bunga.
Luna menelan salivanya, terpaksa dia menoleh.
"Mario! " Luna pura-pura terkejut.
Mario tersenyum.
"Apa yang kamu lakukan di sini? Beli bunga juga? " tanya Luna dengan senyum terpaksa.
"Kalian saling kenal? " Cantika memperhatikan.
"Ah ya, dia ini.... " Mario hendak menjelaskan.
"Kami teman SMU" jawab Luna.
Mario terdiam karena Luna langsung menjawab hanya sebagai teman.
"Ohhh, untuk acara apa bunga sebanyak itu? pernikahan mu?" tanya Cantika.
"Ahhh, bukaaan! " Luna tersipu seraya mengaitkan rambutnya ke telinga.
"Karena kalian teman, aku akan usahakan, hari minggu kan? " Cantika memastikan.
"Ya, minggu, gedung STARTV " ucap Luna memberikan alamatnya.
"Ok, kami sendiri yang akan antar" ucap Cantika.
"Ahhh, terimakasih! " Luna senang meskipun alasan dia mau memenuhi pesanan karena dia adalah teman Mario.
"Aku pergi" Luna pamit.
"Aku antar" ucap Mario.
Luna melihat ekspresi Cantika yang biasa saja dan kembali sibuk menelpon.
Mario mengantarkan nya hingga pintu.
"Kau berubah, lebih manis" ucap Mario.
"Terimakasih, terutama mau mengusahakan untuk bunga itu" jawab Luna.
Mario terpana menatap Luna.
"Bye Mario" Luna langsung pergi.
"Bye Luna! " jawab nya.
Mario tersenyum mengantarkan kepergian nya dengan tatapan.
Luna kembali dengan berjalan kaki, karena halte bus nya cukup jauh.
Dia menelpon Hans dan memberikan kabar bahwa bunganya akan siap. Semua orang lega, mereka masih saja selalu terkejut meski berkali-kali Luna selalu menyelamatkan kecacatan persiapan acara besar seperti itu.
Luna duduk sebentar di taman, Abel mengirim pesan.
-Sudah terlalu malam, pulang saja tidak usah ke kantor lagi-
Luna menghela.
"Akhir-akhir ini dia begitu pengertian" gumam Luna.
Kepalanya menengadah ke langit.
Mengingat semua kejadian dengan Lucas. Urusan mereka belum selesai, Lucas meminta Luna berpikir dan memberikan jawaban pada malam setelah Award selesai. Luna jadi bingung.
"Aku tidak ada perasaan padanya, lalu bagaimana caranya agar dia tidak terluka? " gumam Luna.
Luna terperanjat, baru teringat, dia diundang ke rumah Lisa malam itu, dia langsung menghubungi Vera untuk bertemu di rumah Lisa.
#
Sampai di sana, dia melihat tak ada siapapun kecuali sandal Lisa saja.
"Kemarilah! " ucap Lisa dari closest nya.
Luna masuk ke ruangan yang penuh dengan pakaian Lisa.
"Waah, baju mu banyak sekali" Luna takjub.
"Pilih salah satu, yang ini semua baru" Lisa menunjuk ke sisi yang harus mereka pilih.
"Baru, lalu kenapa kami harus memilih? " tanya Vera.
"Ayolah, kalian juga harus terlihat cantik untuk acara ini" ucap Lisa dengan gaya menunjukkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
Luna dan Vera saling menatap kemudian langsung memilih.
Lisa sangat senang saat Luna mencoba pakaiannya.
"Luna! " Lisa memanggilnya.
"Hmmm? " Luna bertanya dengan mengangkat kedua alisnya.
"Lepas kacamata mu, hari minggu nanti kubelikan kontak lens khusus" ucap Lisa.
Lisa memotret Luna yang mencoba beberapa gaun, kemudian menunjukkan nya pada Luna sendiri saat dia pakai kacamata.
Malam itu mereka menginap karena Lisa mengajak minum juga.
#
Abel tak melihat Luna pulang, berpikir mungkin dia menginap di rumah Vera.
Sampai di kantor, Abel melihat Luna sudah siap dengan briefing bersama Aryo dan staff produksi utama yang di bawah naungan Abel.
"Semuanya sudah dapat tugasnya masing-masing, silahkan lakukan yang terbaik" ucap Luna.
Abel memperhatikannya di ambang pintu, semua orang tahu dia di sana kecuali Luna yang membelakangi.
"Terimakasih semuanya! " Luna membungkuk.
Abel merasa Luna sudah selesai, dia berjalan maju, sementara Luna mundur sambil berbalik, mereka saling bertabrakan.
Luna hampir jatuh, tapi Abel meraih pinggangnya dengan kedua tangannya. Luna dengan spontan merangkul leher Abel untuk berpegangan.
Semua orang takjub dengan kesigapan Abel, kemudian saling berbisik melihat posisi mereka.
Luna langsung berdiri dan merapikan diri, begitupun Abel. Mereka salah tingkah, Abel berjalan ke kanan dan ke kiri seolah menghalangi Luna yang juga salah tingkah.
Tapi kemudian Luna memegangi kedua lengan Abel, dan tersenyum.
"Silahkan Pak! " Luna memberi jalan padanya.
\=\=\=\=\=\=\=>>