"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 : Ternyata Hanya Sandiwara
..."Kerasmu membuatku sadar akan sakitnya dibohongi. Cintamu itu palsu yang kau selimuti dengan ketulusan, dan kebaikanmu itu hanyalah topeng yang bersembunyi dalam dusta."...
...~~~...
"A--pa yang Mas katakan? Mas itu becanda kan?" tanya Arumi sedikit terbata menahan sakit yang amat dalam.
"Haha, aku tidak becanda Arumi! Cepat menjauh dariku!" tegas Alaska yang semakin membuat Arumi ketakutan.
Seketika air mata yang Arumi tahan, tidak kuasa lagi untuk dibendung dan berakhir merembas ke pipi mulus sang istri. Wajahnya pun terlihat pucat pasi dengan tubuh yang bergetar.
"Pasti ini efek karena Mas terlalu capek kan? Ayo kita ke kamar biar Arumi pijitin ya? Supaya Mas enggak marah lagi," ucap Arumi yang sengaja mengalihkan arah pembicaraan, seakan tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, dan menganggap itu hanyalah angin lalu karena efek marah.
"Hem, ternyata gadis ini begitu kuat juga. Ayo kita mulai kisahmu yang sesungguhnya sayang," batin Alaska dengan menyunggingkan senyuman penuh dusta.
Tangan Arumi hendak menggapai lengan Alaska yang sedang berdiri tegak, dengen tatapan tajam yang mengarah kepadanya.
"Hentikan! Kamu hanyalah istri di atas kertas! Jangan menganggap dirimu itu berhak atas aku!" kata Alaska penuh penekanan sembari menghempaskan tangan Arumi dengan kasar.
"Mas, apa yang Mas katakan? Aku ini istri Mas Alaska, tentu saja aku berhak atas Mas! Mas ini jangan becanda lagi deh! Gak lucu tau," ucap Arumi soraya kembali mendekati Alaska.
"Menyingkirlah! Aku sudah bosen dengan drama ini!" tutur Alaska dengan menghempaskan tubuh Arumi sehingga membuatnya tersungkur ke lantai.
"Aaaww! Sakit Mas," keluh Arumi dengan memegangi tangan dan kakinya yang sakit akibat benturan ke lantai yang cukup keras.
Alaska hanya terseyum, lalu melangkah hendak meninggalkan Arumi sendiri. Namun, disela jalannya itu, Arumi menghentikannya.
"Tunggu Mas! Apa yang Mas bilang tadi? Drama apa maksud Mas? Arumi sama sekali tidak mengerti, terus kenapa sikap Mas tiba-tiba berubah kasar seperti itu kepadaku? Arumi punya salah apa sama Mas?" tanya Arumi yang kini sudah berdiri tegap kembali.
Alaska berbalik, lalu menatap wajah Arumi lekat. Tatapannya begitu tajam dan wajahnya terlihat menyeramkan, dengan senyum yang entah kenapa membuat Arumi bergidig ngeri.
"Kamu mau tahu kenapa aku menjadi seperti ini?" tanya Alaska terseyum licik.
"Iya Mas. Arumi heran dengan sikap Mas Alaska hari ini, padahal tadi masih baik-baik saja sewaktu Mama sama Papa belum pulang." Arumi mengungkap kejanggalan di dalam diri Alaska yang tidak pernah Arumi lihat sebelumnya.
"Itu semua gara-gara kamu, Arumi! Aku benci kamu!" tegas Alaska seketika membuat Arumi kaget.
"Mas benci aku? Kenapa Mas?" tanya Arumi, pertahanannya kini kian runtuh.
"Haha, kamu bertanya kepada aku apa yang buat aku benci sama kamu? Tentu saja karena kamu adalah penyebab aku terpaksa menikahi gadis sepertimu. Apalagi kamu ini cuma cewe kampungan yang sama sekali tidak termasuk dalam kriteria calon istriku! Apa tadi kamu bilang drama apa? Ini semuanya adalah sandiwara yang sengaja aku buat untuk menghancurkan dirimu! Aku sudah muak dengan sandiwara ini. Mari kita berhentikan semua ini," jelas Alaska tanpa sedikit pun yang ia lewatkan.
Deg!
Tubuh Arumi seakan ingin tumbang kembali, tapi untung saja ia masih bisa menahan tubuhnya. Hatinya begitu sakit mendengar penjelasan dari suaminya yang sangat ia hormati, walupun sebentar Arumi juga sudah merasakan cinta untuk Alaska. Ditambah mendengar penjelasan itu secara tiba-tiba membuat Arumi hancur berkeping-keping.
"A--apa yang Mas katakan? Semua yang Mas lakukan selama seminggu ini kepadaku cuma sandiwara? Bagaimana dengan cinta kita Mas? Mas pasti bohong kan supaya aku terkejut?" tanya Arumi soraya menguatkan diri, berharap semua yang dikatakan suaminya itu hanyalah pura-pura.
"Iya semua itu bener. Aku cuma berpura-pura menjadi suami yang baik untukmu dan merawat serta menyayangimu, sehingga membuat orang tuaku percaya. Apa kamu bilang tadi? Cinta? Ya aku tidak sama sekali mencintaimu! Satu titik pun tidak ada ruang dihatiku untukmu, Arumi!" tegas Alaska penuh dengan penekanan.
Tubuh Arumi kini terjatuh ke lantai, ia tidak bisa lagi menopang tubuhnya yang sudah lama lemes untuk berusaha kuat dengan mencari kebenaran dari ucapan suaminya. Namun apalah dayanya, ternyata Alaska mengatakan kebenaran. Begitu sakit hatinya mendengar penjelasan dari suaminya itu. Hatinya seakan hancur, dunianya seakan runtuh. Ia kehilangan kepercayaannya terhadap Alaska. Air matanya pun telah merembas ke pipi mulus Arumi, mendominasi sakit di dalam hatinya.
"Hiks! Hiks! Mas bohong kan? Ini tidak mungkin kan Mas? Mas pasti mencintai Arumi, enggak mungkin kan Mas menikahi Arumi tanpa cinta? Hiks! Mas katakan iya!" ucap Arumi diiringi dengan tangis yang amat menyakitkan untuknya.
Alaska menyunggingkan senyuman kemenangan. "Kamu berharap ini bohong kan sayang?" tanyanya sembari menyentuh dagu Arumi dengan sangat lembut, lantas mengarahkan wajah Arumi untuk menatapnya.
Arumi hanya mengangguk. Sungguh, ini adalah harapan terakhirnya. Ia seketika tersenyum ketika Alaska memanggilnya dengan sebutan mesranya sewaktu di rumah mertuanya.
"Oh maaf, aku tidak akan pernah mencintaimu! Jangan berharap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" kata Alaska penuh penekan dengan menghempaskan kasar wajah cantik Arumi.
"Aaaww! Mas hiks! Mas jahat sama Arumi, Hiks! Mas kasar! Arumi tidak menyangka Mas akan bersikap seperti ini kepada istrimu sendiri. Hiks! Mana janji Mas yang akan membahagiakan Arumi kepada Abi dan kedua orang tua Mas?" lirih Arumi dengan tersedu meratapi nasibnya yang kini berubah drastis.
"Cih! Janji itu hanyalah sandiwara supaya aku mendapatkan kepercayaan dari orang tuamu. Teruslah berangan-angan, karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah menerimamu sebagai seorang istri! Bahkan aku tidak akan pernah mencintaimu!" tegas Alaska dengan senyum di bibirnya. Ia begitu santai melihat Arumi menangis tersedu-sedu di atas lantai.
"Hiks! Mas jahat! Arumi kecewa sama Mas Alaska! Mas tega sama Arumi, hiks! Jika Mas tidak mencintai Arumi, kenapa Mas malah menikahi Arumi? Hiks! Bagaimana bisa Mas menikahi Arumi tanpa cinta apalagi tidak menginginkan kehadiran Arumi di hidup Mas?" tanya Arumi dengan tangisnya yang sudah pecah. Membuat seisi ruangan dipenuhi suara tangis Arumi.
"Tentu saja itu bisa. Aku menikahimu supaya bisa mendapatkan aset Dirgantara Group dari Papa yang sudah seharusnya menjadi milikku!" ucap Alaska lantang membuat Arumi semakin kaget.
"Apa Mas? Hubungannya Arumi dengan aset Dirgantara Group, apa coba? Hiks! Kenapa Mas malah menikahi Arumi? Padahal bisa wanita lain. Jangan buat aku sakit dengan kenyataan ini," kata Arumi masih menangis karena begitu sakit hatinya mendengar penjelasan dari Alaska.
"Oh tentu tidak bisa Nona! Karena kamu adalah syarat dari Papa supaya aku bisa lebih cepat mendapatkan hakku dengan segera menikahimu, gadis kampung yang bahkan aku saja baru melihatmu setelah akad," jelas Alaska dengan santainya membeberkan kebenaran, tanpa memikirkan perasaan sang istri.