David adalah seorang anak panti asuhan. Ia jatuh hati dengan Kasih yang merupakan putri dari keluarga pemilik rumah panti asuhan tempatnya dibesarkan.
Keluarga Kasih melarang keras hubungan asmara Kasih dengan David.
Setelah melewati manisnya kemesraan dan pahitnya perjuangan. David dan Kasih menjadi pemenang. Selamanya cinta sejati mereka tidak pernah terpisahkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan Impian
Hari pertama masuk kelas.
Semua mahasiswa baru disuruh untuk memperkenalkan diri mereka masing-masing. Mereka harus menyebutkan nama, dari mana mereka berasal dan alasan kenapa memilih kampus ini.
Para muda-mudi harapan bangsa itu juga harus menyebutkan apa mimpi terbesar mereka dalam hidup.
Tibalah saatnya Nada untuk maju ke depan kelas. Di hadapan teman-teman barunya untuk memperkenalkan diri.
“Selamat pagi teman-teman”,
“Perkenalkan namaku Nada Indah”,
“Teman-teman bisa memanggilku Nada”,
Nada Indah. Ia datang ke kota ini dari jauh. Dari pulau seberang.
Di tempat asalnya belum ada fakultas kesenian. Itu lah alasan mengapa ia sekarang berada di sini.
Dosen dan anak-anak yang lain begitu tertegun ketika Nada Indah mengutarakan impian terbesar dalam hidupnya.
Nada Indah bukan lah ingin menjadi seorang seniman terkenal yang kaya raya. Atau menjadi seorang pengajar di sekolah ternama.
Mimpinya lebih sederhana.
“Impian terbesar saya dalam hidup adalah bisa segera bertemu dengan ayah kandung saya”,
“Saya belum pernah sekali pun berjumpa dengan beliau sejak dari kecil”, ucap Nada.
Sontak perkataan itu membekukan hati orang-orang yang mendengarnya.
Mereka yang tidak pernah mengalami seperti apa rasanya kehilangan kasih sayang hanya bisa membisu. Sulit untuk mengungkapkan getaran rasa yang baru saja mengetuk kalbu mereka.
Begitu pun Nada yang mengucapkannya dengan mata yang berkaca-kaca.
*
Dalam perantauan itu sekarang Nada tinggal di sebuah kontrakan kecil. Sebuah kamar yang cukup untuk satu orang dengan fasilitas sesuai dengan harga sewanya yang teramat murah.
Sebuah kamar yang cukup berdebu. Untuk kamar kosong yang sudah tidak berpenghuni selama lebih dari lima tahun.
Ada bonus kasur yang sudah tidak diinginkan lagi yang di taruh di situ. Alas tidur yang sudah tidak empuk lagi.
Selain itu tidak ada apa-apa lagi. Hanya setumpuk koran bekas yang berdebu. Dan ada beberapa majalah.
Di kamar itulah Nada Indah akan memulai semuanya demi mewujudkan cita-citanya.
*
Suatu hari Nada pergi ke toko alat musik setelah pulang kuliah. Tempat itu berjarak tidak jauh dari kampus, tapi lumayan jauh jika dari kontrakannya.
Nada pergi ke toko music untuk membeli satu set senar gitar. Senar gitar miliknya sudah lumayan mengganggu.
Sudah tidak enak lagi untuk dimainkan. Jari-jarinya mengeluh sakit sehingga enggan untuk berlama-lama menyentuhnya. Sudah bertahun-tahun senar gitar itu tidak diganti.
Sesampainya di toko music yang dimaksud. Perhatian Nada justru teralihkan kepada barang yang lain.
Ada sebuah gitar akustik tua yang dipajang di rak sudut kanan atas. Nada terus memperhatikan gitar tua itu.
Mengapa demikian?
Di badan gitar tua itu ada sebuah stiker yang tertempel bertuliskan namanya, “NADA INDAH”.
Apakah ini hanya sebuah kebetulan belaka? Pikir Nada dalam hati.
Tercantum nama dirinya pada gitar itu.
“Kak, bolehkah aku melihat gitar itu?”,
“Aku ingin mencobanya”, pinta Nada kepada orang penjaga toko music.
“Gitar yang mana?”, tanya penjaga toko.
“Gitar akustik di rak paling atas pojok kanan”,
“Yang ada stikernya”, pinta Nada.
“Oh yang itu”,
“Tunggu sebentar akan aku ambilkan untukmu”, kata penjaga toko.
Hampir setengah jam berlalu. Nada masih memainkan gitar itu. Ia melihat-lihat detail dari barang tua yang sekarang sudah berada di pangkuannya.
“Sepertinya kamu menyukainya?”, tanya penjaga toko.
“Ya aku sangat menyukainya. Gitar ini langsung cocok denganku. Rasanya aku tidak ingin melepaskannya”, kata Nada.
“Apakah gitar ini dijual?”, tanya Nada.
“Ya tentu saja gitar itu dijual. Apa kamu tertarik membelinya?”, tanya penjaga toko.
“Simpan gitar ini untukku. Besok aku akan datang lagi untuk membelinya”, ucap Nada.
Nada pun hari itu mengurungkan niat awalnya untuk membeli satu set senar gitar yang baru. Ia justru ingin membeli gitar tua yang terdapat stiker tulisan nama dirinya, “NADA INDAH”.
*
Nada menepati janjinya. Esok hari di waktu yang sama ia kembali datang ke toko music itu.
“Hai, aku kembali”, sapa Nada kepada penjaga toko.
“Kamu mahasiswa baru”,
“Lihat, aku sudah mempersiapkannya. Aku baru saja membersihkan gitar tua ini. Senarnya juga sudah aku ganti dengan yang baru”, kata penjaga toko.
“Ini aku membawa gitarku”, ucap Nada.
Nada menukar gitar miliknya dengan gitar tua itu.
Sebenarnya pemilik toko music itu juga heran. Gitar milik Nada bisa dikatakan lebih bagus, tapi gadis itu mau menukarnya dengan gitar tua yang tampilannya sudah tidak menarik lagi.
“Apa kamu tahu siapa pemilik gitar tua ini sebelumnya?”, tanya Nada.
“Ya tentu saja. Aku tahu siapa pemilik gitar tua itu sebelumnya”, jawab pemilik toko.
“Gitar itu dulunya milik seorang pengamen di kawasan sini”,
“Orang-orang sini juga sudah hafal dengan gitar itu beserta pemiliknya”, jelas pemilik toko.
“Dimana orang itu sekarang?”, tanya Nada.
“Aku tidak tahu dimana dia sekarang”,
“Pengamen itu menjual gitarnya kepadaku sekitar empat atau lima tahun yang lalu”, kata pemilik toko.
“Semenjak itu dia sudah tidak pernah terlihat lagi”, tambahnya.
“Apa kamu tahu alasan kenapa dia menjual gitar ini?”, tanya Nada.
“Aku lupa-lupa ingat”,
“Kalau tidak salah katanya untuk berobat ke rumah sakit”,
“Kalau tidak salah katanya untuk menebus obat di apotek”,
“Aku tidak yakin. Waktunya sudah terlalu lama”, jawab pemilik toko.