Ketika cinta harus terpatahkan oleh maut, hati Ryan dipenuhi oleh rasa kalut. Dia baru menyadari perasaannya dan merasa menyesal setelah kehilangan kekasihnya. Ryan pun membuat permohonan, andai semuanya bisa terulang ....
Keajaiban pun berlaku. Sebuah kecelakaan membuat lelaki itu bisa kembali ke masa lalu. Seperti dejavu, lalu Ryan berpikir jika dirinya harus melakukan sesuatu. Mungkin dia bisa mengubah takdir kematian kekasihnya itu.
Akan tetapi, hal itu tak semudah membalikkan telapak tangan, lalu bagaimanakah kisah perjuangan Ryan untuk mengubah keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amih_amy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Saudara Kembar
...----------------...
"Ya ampun, Bang Ryan. Mita turut berdukacita, ya."
"Eits ... mau ngapain? Anak gadis kok main nyosor aja kayak gitu. Nggak pantes!"
Tubuh Mita yang hendak memberikan pelukan kepada Ryan langsung ditarik oleh Salma. Kelakuan anak zaman sekarang memang tidak bisa diterka. Mita pun mendengkus dengan bibir cemberut, sedangkan Rara masih menatap Ryan dengan tatapan yang berbeda. Gadis itu merasa iba.
"Bapak juga turut berdukacita. Maaf, karena kami harus membuka luka lama kamu lagi. Kamu pasti sedih dan bapak juga percaya kamu itu orang baik. Tolong jaga kepercayaan kami ini, ya!" ucap Aji sambil menepuk pundak Ryan.
Helaan napas lega pun terlontar ke udara. Ryan merasa tenang karena orang tua Rara langsung percaya kepadanya. Kedua sudut bibirnya pun tertarik ke atas membentuk seulas senyuman, lalu mengangguk mengiyakan.
"Iya, Pak. Terima kasih karena sudah percaya," ucap Ryan tanpa menghilangkan senyuman di bibirnya. Ekor matanya melirik ke arah Rara. Sejenak tatapan mereka terkunci. Sorot mata keduanya tersirat penuh arti.
"Kalau gitu masalahnya udah jelas sekarang. Nak Heri udah dengar, kan, penjelasan dari Nak Ryan? Jadi semua di sini nggak salah paham lagi," ucap Aji menengahi masalah tersebut.
Heri menghela napas kasar. Kedua bola matanya berotasi malas. Walaupun di mulut berkata 'iya', di dalam hati masih belum bisa menerima.
*****
Lembayung merona berwarna jingga. Ryan sedang termenung menatap langit keemasan di ufuk Barat tersebut. Di pangkuannya ada seekor kucing yang bernama Cingu. Usapan demi usapan lembut diberikan pada bulunya halus.
Ryan tengah memikirkan banyak hal, terutama tentang bagaimana caranya mengubah takdir Rara di masa depan. Sepertinya, Ryan memang sudah berhasil mengubah beberapa kejadian. Namun, ada beberapa kemungkinan takdir yang semestinya terjadi pasti akan terulang.
Ia bahkan tidak tahu jika hari ini dia akan mengalami kejadian seperti tadi, karena di masa lalu hal itu tidak pernah terjadi. Lalu, bagaimana mungkin Ryan bisa yakin untuk mengubah keadaan jika takdirnya yang sekarang saja sudah berantakan.
"Bang."
Atensi Ryan teralihkan pada seseorang yang baru saja datang dan menyapanya. Dia adalah Rara. Seulas senyum langsung menyambut kedatangan si paras cantik itu. Kedatangan gadis itu membuat hatinya seperti dikelilingi oleh kupu-kupu. Kata panggilan 'abang' itu terdengar seperti alunan melodi yang syahdu.
Sepertinya panggilan tersebut sudah melekat di lidah Rara, membuat gadis itu jadi terbiasa. Dia menyadari jika usia Ryan jauh lebih tua darinya. Jadi, memanggilnya abang tidak salah juga.
"Boleh duduk?"
Ryan mengangguk sebagai tanggapan, lalu menggeser tubuhnya ke samping kanan untuk memberikan ruang. Kini, duduk di kursi panjang di belakang rumah Rara ketika senja menjelang terasa lebih menyenangkan bagi Ryan.
"Eh, kucingnya aku." Mendengar suara majikannya yang nomor satu, kucingnya Rara langsung terbangun dan berpindah tempat ke pangkuan gadis itu. Rara pun mengusapnya dengan sayang.
"Tahu aja tempat yang paling nyaman," celetuk Ryan. Rara pun tertawa mendengarnya. Ryan pun ikut tertawa membuat suasana menghangat seketika.
"Ehm ... maafin atas kesalahan temen aku, ya, Bang!" ucap Rara memulai percakapan mereka. Dari nadanya, gadis itu merasa tidak enak hati kepada Ryan.
"Nggak apa-apa. Aku malah harus berterima kasih sama dia. Berkat dia, aku bisa menjelaskan yang sebenar tentang kejadian waktu itu sama kamu. Selama ini kan kamu nggak pernah ngasih aku kesempatan untuk menjelaskannya."
"Iya, juga."
Rara menyengir sambil menggaruk tengkuk leher yang tidak gatal. Selama ini dia memang tidak peduli dengan alasan Ryan. Gadis itu selalu berpikir jika Ryan adalah pemuda kurang ajar.
"Mendiang pacar Bang Ryan beneran mirip sama aku, ya?" Rara memberanikan diri bertanya seperti itu. Semenjak Ryan mengungkapkan rahasianya, Rara selalu kepikiran dan penasaran.
Hening sesaat ketika keduanya saling tatap. Tiba-tiba kecanggungan pun mulai menyergap hingga Rara yang tersadar terlebih dahulu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Wajahnya terasa panas dan malu.
"Iya, dia mirip banget sama kamu," ucap Ryan membuat pandangan Rara beralih lagi kepadanya.
"Bukan hanya mirip, tapi pacar aku selalu kamu, Rara." Kalimat terakhirnya itu hanya bisa terlontar dalam hatinya Ryan saja. Ryan ingin sekali mengatakan apa adanya, tetapi apakah Rara akan percaya? Bagaimana kalau gadis itu juga menganggapnya gila.
"Kamu mau lihat wajah dia?" Ryan menawarkan dan Rara mengangguk mengiyakan.
Ryan pun beranjak berdiri lalu pergi ke dalam rumahnya. Lalu beberapa saat kemudian kembali sambil membawa dompet. Dompet itu adalah benda berharga yang ikut terbawa ke masa lalu karena menempel di tubuh Ryan ketika pria itu melintasi ruang dan waktu.
"Lihat ini!" Ryan membuka dompetnya di depan Rara, lalu mengambil foto yang terselip di dalamnya.
"Ini ... kenapa mirip aku banget?" Rara begitu terkesiap melihat wajah yang serupa dengannya tengah berpelukan dengan Ryan di foto tersebut.
Ekspresi dan latar di foto terlalu sempurna jika foto itu hasil editan, sehingga Rara bisa menyimpulkan jika foto itu adalah sungguhan.
"Aku nggak bohong, kan? Dia memang mirip kamu."
Rara mengangguk beberapa kali untuk menanggapi pertanyaan Ryan. Ia sampai mengucek matanya sesekali agar penglihatannya bisa lebih jeli.
"Aku boleh pinjam foto ini nggak, Bang?" tanya Rara sambil berdiri.
"Buat apa?"
"Mau aku tunjukkan sama ibu. Sekalian nanya apa aku sebenarnya punya saudara kembar."
...----------------...
...To be continued...
Dukung author dengan, subscribe, like, komentar, dan vote, ya🌹