Alya Revalina merupakan teman sekolah Rangga Setyawan semasa pendidikan SMA. Rangga selalu mengganggu Alya, Ia melakukan hal Itu sebab Rangga sangat menyukai Alya. Namun Alya yang bersikap datar membuat rangga merasa marah. pernah suatu hari, ketika mendekati kelulusan, Rangga memaksa Alya untuk datang ke rumahnya, Hal tidak terduga terjadi. Rangga memaksa Alya untuk melakukan hubungan intim namun Alya menolak. Meskipun Alya menolak, hal tersebut tetap terjadi. Hubungan terlarang itupun terjadi. Semenjak kejadian tersebut Alya pun hilang tanpa jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Samuel Christian Sitinjak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Alya
Alya tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Rangga kembali fokus dalam mengemudi.
Setelah menghabiskan waktu perjalanan beberapa menit, kini mereka sudah sampai dirumah Alya.
"Sampai sini saja bang turunnya," kata Rangga.
"Kenapa Al? Biarkan aku mengantarkanmu masuk sampai kedalam gerbang rumahmu," kata Rangga.
"Tidak perlu bang disini saja," kata Alya berusaha menolak.
Mendengar ada suara mobil datang, security yang menjaga rumah Alya bergegas membuka gerbang.
Alya yang hendak turun dari mobil Rangga merasa kesusahan. Ternyata pintu tersebut dikunci Rangga.
"Aku mau turun bang, buka pintunya!," kata Alya.
"Tidak Al, aku akan mengantarkanmu sampai salam," kata Rangga memaksa.
Rangga mengemudikan mobilnya sampai kedepan rumah Alya.
Kenapa dia memaksa masuk?. Batin Alya.
Diteras rumah Alya, ternyata Arief masih menikmati secangkir kopi sembari memainkan ponselnya.
Arief kemudian merasa sedikit aneh dengan kedatangan mobil tersebut. Ia tidak pernah mobil itu sebelumnya datang ke rumahnya.
"Kita sudah sampai Al. Ayo turun," kata Rangga.
Mampus aku. Bang Arief malah sedang berada diteras pula. Ia pasti akan bertanya-tanya setelah melihatku pulang dengan Rangga. Bisa-bisa kebohonganku kepada bang Rangga bisa segera terbongkar. Batin Alya.
Rangga yang melihat Alya masih terdiam dimobil kemudian menghampirinya. Ia membukakan pintu mobil dan meminta Alya segera turun. Alya pun keluar dari mobil Rangga.
Arief merasa terkejut dengan kehadiran Rangga.
"Itukan pak Rangga? pemilik perusahaan investasi yang akan bekerja dengan perusahaan kami. Untuk apa dia datang kemari malam-malam begini?," gumam Rangga bertanya-tanya.
Arief segera menghampiri mereka berdua.
"Lho pak Rangga?," kata Arief sembari menjabat tangan Rangga.
"Panggil nama saja bang! kita sedang berada diluar pekerjaan," kata Rangga.
"Bapak sungguh tidak apa-apa?," tanya Arief.
"Tidak apa-apa bang," kata Rangga.
"Baiklah Rangga. Ngomong-ngomong kamu darimana Ngga, kenapa bisa barengan dengan Alya?," tanya Arief.
"Saya baru saja dinner bareng Alya bang," kata Rangga.
"Pantas saja Alya izin keluar. Ternyata kamu dinner bersama Rangga Al?," tanya Arief melirik kearah Alya.
"Iya bang," jawab Alya terbata-bata.
"Ya sudah, kalau begitu mari masuk ke rumah dulu Ngga!," kata Arief.
"Tidak bang, aku mau langsung saja. Yang terpenting sekarang aku sudah mengantarkan Alya dengan selamat sampai rumah," kata Rangga.
"Kenapa kamu menolak masuk? Ayo masuk," kata Arief mengajak untuk kedua kali.
"Ini sudah larut malam bang, aku takut mengganggu," kata Rangga.
"Tidak apa-apa. Tidak perlu merasa seperti itu Ngga. Tidak ada yang terganggu. Lagi pula kedua orang tuaku juga belum tidur. Mereka tidak akan tidur sebelum anak bungsunya ini pulang," kata Rangga sembari menatap Alya.
Rangga tidak menolak permintaan Arief lagi setelah mendengar penjelasan kakak laki-laki Alya tersebut.
Kenapa jadi begini? astaga, seharusnya bang Rangga tidak perlu masuk, kalau begini papah, mamah dan bang Arief pasti akan mencari tahu informasi tentang Rangga denganku. Batin Alya.
Mereka bertiga memasuki rumah. Diruang tengah, pak Danu dan bu Riska sedang menunggu Alya.
"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga," kata bu Riska.
Namun pak Danu dan bu Riska merasa asing dengan kehadiran Rangga sebab mereka belum pernah bertemu dengan laki-laki tersebut sebelumnya.
Siapa laki-laki yang bersama Rangga dan Alya itu? aku belum pernah melihatnya sama sekali. Batin pak Danu.
"Ini siapa Al?," tanya bu Riska.
"Ayo duduk Rangga!," kata Arief menyela bu Riska.
Rangga pun duduk bersebelahan dengan Arief. Rangga sempat merasa gugup saat duduk berdekatan dengan keluarga Alya.
"Dia ini namanya Rangga Setyawan mah. Dia adalah pimpinan perusahaan yang akan bekerja sama dengan kita. Aku kan pernah mengatakan kalau pimpinan perusahaannya masih muda, dan pimpinan itu adalah Rangga mah, pah," kata Arief.
"Selamat datang pak Rangga," kata bu Riska.
"Panggil nama saja tan! saya teman Alya semasa sma," kata Rangga sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan bu Riska.
Ia mencium punggung tangan bu Riska dengan penuh rasa hormat. Ia juga menghampiri pak Danu untuk melakukan hal yang sama.
"Iya nak Rangga. Selamat datang dirumah kami," kata pak Danu.
"Iya om, terima kasih," kata Rangga.
"Al, buatkan makanan dan minuman untuk nak Rangga!," kata bu Riska.
"Iya mah," kata Alya menurut. Alya pergi menuju dapur.
"Rangga tadi barengan ya dengan Alya?," tanya bu Riska.
"Iya Tan. Tadi Rangga mengajak Alya bertemu karena sesuatu penting," kata Rangga.
"Apakah itu soal pekerjaan?," tanya bu Riska.
"Bukan tan, Rangga ingin mengembalikan barang milik Alya yang kemarin tertinggal dikantor," kata Rangga.
"Barang apa itu nak?," tanya bu Riska.
Belum sempat Rangga menjawab Alya sudah datang dengan secangkir kopi dan beberapa makanan ringan.
"Ini bang," kata Alya.
Rangga tersenyum.
"Sebuah kalung tan," kata Rangga.
"Kalung?," kata bu Riska.
"Iya tan," kata Rangga.
"Apakah yang kamu maksud sebuah kalung berlian yang berbentuk buah pir?," tanya bu Riska.
"Iya tan, benar. Bagaimana tante bisa mengetahuinya?," tanya Rangga.
"Tentu tante tahu nak. Kalung itu merupakan kalung yang sangat disukai oleh Alya. Ia sudah lama memiliki kalung itu. Kalung itu sebenarnya kalung mahal tante saja tidak tahu bagaimana Alya bisa memiliki kalung semewah itu? tapi yang jelas, Alya sangat menyukai kalung itu. Bahkan ia tidak pernah menggunakan kalung pemberian tante dan om dan memilih menggunakan kalung itu. Tante bingung apa spesialnya kalung itu sebenarnya?," kata bu Riska memberikan penjelasan.
"Apa mungkin orang yang memberikan kalung itu kepada Alya merupakan orang yang sangat spesial baginya?," kata Rangga menatap Alya dengan senyuman.
Pasti Alya menyimpan kalung itu karena kalung itu merupakan pemberian dariku. Batin Rangga.
Mamah bilang apa sih barusan? pasti bang Rangga sekarang percaya diri. Batin Alya.
"Apa benar Al seperti itu? siapa yang memberikan kalung itu kepadamu?," tanya bu Riska.
"Seseorang mah, aku tidak bisa menyebutkannya," kata Alya.
"Jawabannya selalu sama," kata bu Riska.
Mereka kemudian melanjutkan obrolan dengan santai. Alya tidak banyak bercengkrama dengan Rangga.
"Oh iya Al, pak Ali mana? bukankah dia yang tadi mengantarkanmu?," tanya pak Danu.
"Pak Ali tadi kami tinggal direstoran pah. Soalnya ban mobilnya pecah dan pak Ali masih harus memperbaikinya," kata Alya.
"Benar om, itu karenanya saya yang mengantarkan Alya pulang. Saya khawatir dengan keadaan Alya kalau harus pulang lebih larut lagi," kata Rangga.
"Hm, begitu ya," kata pak Danu.
"Iya om," kata Rangga.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23:00, itu artinya malam sudah semakin larut. Rangga memutuskan untuk pulang tapi pak Danu melarangnya.