Kehidupan Gracel berubah di saat seorang bocah berusia 5-tahun memanggilnya dengan sebutan Mommy di atas bus, karena anak itu terus saja memanggilnya Mommy pada akhirnya seorang duda yang merupakan Ayah anak itu menawarkannya sebuah kerja sama.
Dia ingin membiayain hidup serta biaya kuliah Gracel, syarat menjadi Mommy anaknya tersebut.
Akan kah, Gracel ingin menjadi Mommy anaknya? Atau dia memilih untuk membiayai hidupnya sendiri yang sering tak berkecekupan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9 ~Mommy Untuk Anak Duda•
Hati Gracel seketika berdeguk sangat kencang, sekencang kereta.
"Om, lepasin," pinta Gracel tanpa berkedip menatap manik mata Revandra.
Bruk!
"Aw," teriak Gracel meringis di saat bokongnya mendarat sempurna di lantai. "Sakit tau gak om," ketus Gracel.
"Kan tadi minta di lepasin, ya gue lepasin lah. Salah gue di mana coba?"
"Tapi kasih aba-aba dulu dong," ketus Gracel merentangkan tangannya ke atas.
Revandra menaikan satu alisnya. "Apa?" tanyanya.
"Bantuin berdiri," jawabnya.
"Berdiri sendiri, punya tangan kaki dan tulang kan?"
Lelaki itu pergi meninggalkan Gracel yang terjatuh. Gadis itu mendengus dan berusaha berdiri, dia mengejar Revandra.
"Om woi," teriak Gracel sehingga Revandra menoleh.
"Panggil gue jangan pakai om, bisa?"
Gracel terdiam lalu mendekati lelaki itu. "Terus apa? Mau di panggil kakek, buyut ata-"
"Stop, jangna makin mengada-ngada."
Gracel menaikan satu bahunya dan terus mengekor di belakang lelaki itu.
"Lo mau apasih?" tanya Revandra berhenti membuat Gracel menabrak tubuh kekarnya.
"Aduh, ini kan bukan rumah gue jadi gue mau nanya gue harus tidur di mana dan di mana barang-barang gue lo taroh, mas Revandra," jelas Gracel.
"Mas mata mu, lo kira gue penjual ikan. Mas-mas."
Gracel menendang kaki lelaki itu membuatnya meringis. "Ngelunjak ya lo, di panggil om gak mau di panggil mas juga gak mau. Di panggil Burhan baru mau?"
Revandra menjitak kening gadis depannya dengan pelan. "Serah lo, bandit," ujar Revandra berjalan kembali.
"Bandit sialan lo," ketus Gracel. "Cepat katakan di mana gue harus tidur?" tanyanya.
"Cari aja sendiri, banyak tuh kamar tamu yakali gue bantu lo nyari kamar. Barang lo gue taroh di ruang tamu ambil dan angkat sendiri cari kamar," jawab Revandra setelah mengucapkan itu dia langsung berjalan tanpa berhenti lagi.
Gracel merentangkan kakinya ke lantai. "Nyebelin banget pengen gue cincang deh." Gemass Gracel.
Dengan hati yang kesal dia menuju ruang tamu. Dia duduk di sofa mencoba mengatur emosinya agar tidak menyantet duda resek tersebut.
"Ck gue memang budaya (Butuh duda kaya) Tapi kalau dudanya seperti ini, gue nyerah. Pensiun gue jadi budaya," gumam Gracel membuka buku dan mulai belajar menggunakan meja sofa.
Dia memilih untuk menyelesaikan tugas mata kuliahnya dulu di ruang tamu lalu akan mencari kamar untuk dia tidur.
Dia menguap karena sudah merasa sangat ngantuk namun tugasnya belum selesai. Dia bisa saja di hukum besok oleh dosennya.
"Semangat, lo harus kuat." Gracel menyamangati dirinya sendiri. "Demi menjadi seorang sarjana dan mencapai mimpi lo jadi dokter."
Gadis itu menghela nafas lalu melanjutkan pekerjaannya.
Dari jauh ada sepasang mata yang terus saja memperhatikannya jut-jutaan. Orang itu adalah Revandra, ia berjalan menuju dapur.
"Bik tolong bikinin gadis itu kopi, sekalian beri cemilan," pinta Revandra pada art yang belum tidur masih ada di dapur.
"Baik, tuan," ujar arti tersebut.
Revandra berdehem, dia melipat kerah kemejanya lalu masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
Dia melepaskan pakainnya. "Gerah," gumamnya memakai handuk lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Art menaroh nampang berisi kopi dan cemilan membuat Gracel menoleh.
Art itu tersenyum. "Minum kopi, biar gak ngantuk kasian jut-jutan melihatnya," sahut art itu, ikut duduk di lantai.
"Makasih, bik." Gracel membalas senyuman.
"Sifatnya tidak jauh beda dengan mendiang Nyonya muda. Pantas aja Den El memanggilnya dengan sebutan Mommy. Saya yakin dia yang pantas menggantikan posisi Nyonya muda," batin art terus tersenyum memandang wajah Gracel. Seakan melihat mendiang istri Revandra yang begitu ceria dan baik.
Gracel yang bingung lantas bertanya. "Hei bik, kenapa?" tanya Gracel.
Art itu menggeleng. "Saya pamit," ujarnya pergi dari sana.
Gracel melanjutkan pekerjaanya dia sama sekali tidak meminum kopi tersebut, bukan tidak menghargai hanya saja tidak menyukai kopi.
Setelah semua tugas kuliahnya selesai dia langsung membuangkan kepalanya ke atas meja dan tertidur.
andaikan hanya bekas istrinya lah ini
skip😪
kek gak mood baca lagi
apa maksudnya bodyguard? mohon jawab thor 🙏