Bagaimana menderitanya Veronica Han yang harus hidup berdampingan dengan lelaki musuh bebuyutannya semenjak orok. yang sialnya lagi lelaki bernama lengkap Bian Nugroho itu adalah bos di cafe tempat ia bekerja. penderitaan ini akan terus berlanjut sampai akhirnya tumbuh benih cinta di antara kedua manusia paling tidak akur di dunia.
"Selamat pagi bos"
"jangan sok asik sama bos sendiri! mentang mentang saya orang yang kamu kenal jauh malah sksd begitu"
"terserah Lo deh Bian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uriii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
014 | Perkara Rapat
"Lo beneran suka sama Riska?"
"Ya iyalah, cewek sekalem dia nggak di sukain mah rugi," Bian mengangguk membenarkan. Karna wanita yang paling waras di sini memang hanya Riska. Yang lainnya? Pikir pikir lagi deh.
"Bener banget Rok, jarang banget yang kaya si Riska di jaman sekarang." Roki menggeleng tak setuju.
"Di kafe Lo doang kali, di luaran sana banyak yang kalem kaya Riska tapi Nemu yang baik itu jarang banget!"
"Ya maksud gue begitu, perbuatan apa yang gue lakuin sampe dapet karyawan yang somplak semua," Bian memijat tengkuknya karna merasa lelah memikirkan masa depan kafe ini sedangkan karyawannya bobrok semua.
"Ya elo! Semenjak Veronica dateng ke sini sih karyawan Lo udah pada berani sama bos nya. Lo kenapa? Biasanya pilih pilih kalo mau nge rekrut karyawan baru. Lah ini malah cap cip cup dapat si Ucup bukan putri kuncup."
Bian sedikit membenarkan perkataan Roki. Dulu saat seleksi karyawan baru dengan gaji UMR dan memuaskan, banyak sekali yang mendaftar dan ia sangat pilih pilih. Harus yang pintar ini itu, good attitude lah, public speaking baguslah. Eh sekarang malah turun standar. Ia merekrut gadis-- ah bukan gadis, galak (gadis lelaki) tanpa melewati seleksi super ketat.
"Gue nggak cuma cuma masukin si Ve ke kafe ini."
"Ya gue tau sih Yan, Ve itu cerdas itung itungan. Apalagi kalo soal duit, gercep banget anaknya. Tapi modelannya tuh begitu. Bikin pelanggan jadi kebingungan sama kelakuannya yang kadang absurd juga."
Bian mengangguk. "Yang penting dia profesional aja sih. Karna kinerjanya bagus juga selama sebulan ini."
"BOS!"
Roki dan Bian menghela nafas setelah seseorang yang mereka bicarakan nongol begitu saja. Baru di puji puji sudah banting setir saja kelakuannya. Bian jadi meralat ucapannya.
"Kenapa?"
Veronica bertolak pinggang, ia menatap bos dan senior nya itu secara bergantian.
"Katanya ada rapat? Romi mah udah dari tadi noh nutup kafe. Sampe pelanggan balik lagi," kedua lelaki itu terkejut bukan main. Pantas sedari tadi Roki tidak menerima pesanan kopi atau makanan apapun. Ternyata di tutup begitu saja tanpa izin dari sang bos.
"Kenapa di tutup? Saya kan nggak ngizinin kalian buat nutup kafe?!" Bian sudah ingin angkat tangan jika kafe ini tidak mempertaruhkan masa depannya.
"Lah? Kata Romi kalo ada rapat kek gini biasanya bos nyuruh nutup kafe aja, biar enak rapatnya."
"Apasih? Itu kan dulu, sebelum kafe ini banyak pelanggang. Kalo sekarang kan sedang jaya jayanya kita!"
"Jangan marah marah ke saya doang dong bos! Orang si Romi yang salah!"
Veronica bersungut-sungut menatap bosnya yang seperti sedang menahan kekesalan yang membuncah. Ia juga sebenarnya malas datang menghadap bos. Tapi berhubung Romi mental hello Kitty jika di hadapan Bian. Otomatis ia lah yang turun tangan.
"Panggil Romi ke sini, Rapat hanya di hadiri oleh orang tertentu saja. Karyawan biasa tetap bekerja seperti biasa. Bilang pada yang lain."
Veronica memberi hormat pada bosnya sebelum membanting dengan kuat pintu ruangan itu membuat keduanya terkejut bukan main.
"Lo kayanya udah biasa banget ngadepin si Ve, kek udah profesional."
"Ya gimana? Orang dari kecil udah bareng bareng."
"HAH? GIMANA GIMANA?"
•••
"Mampus! Mampus!"
Chika menendang kaki Romi dengan keras membuat lelaki itu yang sedang berdiri terjatuh begitu saja tanpa mau ada yang menolongnya.
"Nggak konek konek bos dulu sih Lo! Kaya paling senior aja di sini!"
Chika sudah beribu kali mengeluarkan jurus cocot mencocotnya pada Romi. Yang di terima dengan sangat lapang dada oleh lelaki itu karna menyadari kesalahannya. Tak segan segan Chika juga ringan tangan oleh Romi seperti mencubit dan menempeleng kepala Romi.
"Bagus! Gue suka liat pertunjukan ini," Veronica malah asik menonton saja tanpa mau membantu, ia mengangkat satu kakinya di atas kursi sedangkan kedua tangannya asik menyemil Snack milik Roki. Jangan bilang bilang Roki jika ia yang mencuri!
"Lo juga Ve! Sono buka lagi kafenya, biar pelanggan pada masuk!"
Baru saja menikmati hiburan ia sudah kena suruh oleh si paling tua Chika. Dengan keadaan sangat malas untuk mengangkat kaki. Ia berjalan sangat pelan menuju pintu utama untuk membuka kafe ini lagi.
"Gini banget gue kerja, dapet bos yang hobi marah marah, karyawannya pun sama. Asem asem"
Romi terus mengaduh kesakitan kala Chika dengan tanpa perasaan malah menarik bulu kakinya. Siapa yang tidak sakit coba?
"Udah Napa Chik," Romi berkata lirih, takut kena semprot lagi jika melakukan satu kali kesalahan.
"Aduh! Kenapa ini?"
Romi menghela nafas lega setelah pahlawan datang. Ia harus mengadu pada sang pahlawan nih. Agar Chika juga kena semprot sepertinya.
"Riska... tolongin... gue," Romi berkata dengan tersendat sendat seperti seorang yang ingin syakarotul maut. Chika bahkan sampai menghela nafas jengah.
"Drama Lo drama! Cih!"
"Ets! Riska yang paling cantik, jangan di tolongin Romi nya yah sayang."
Chika bergidik ngeri melihat Veronica malah mengedipkan satu matanya menggoda Riska. Untung Riska kuat iman dan tak akan terjerumus ke dalam maksiat yang di buat oleh Veronica.
"Geli gue Ve," Riska malah menjauh dari rangkulan Veronica membuat Chika tertawa mengejek.
"Bagus Ka, bagus. Ada peningkatan," Romi bertepuk heboh dengan posisi yang masih lesehan di lantai seperti pembantu yang teraniaya.
"Kejam Lo pada, kejam!"
"Kenapa malah pada ribut? Kembali bekerja!"
"SIAP!"
Semua orang yang di situ terkejut bukan main saat Veronica menjerit dan mengangkat tangan kanannya ke ujung alis seperti hormat pada sang bos, ceritanya.
"Kaget gue jir!" Romi sampai kembali berdiri saat menyadari bosnya yang sudah rapi dengan setelan formal jas hitam dan kemeja biru langit. Sudah seperti CEO saja ye kan?
"Bos mau ke mana?" Bian melotot ke arah Veronica membuat Chika tahan nafas karna sepertinya bos nya itu akan adu mekanik lagi dengan cewek jadi jangan ini.
"Rapat!" Ucap Bian sewot.
"Kita nggak di ajak bos?" Tanya Veronica. Ia menatap penuh harap pada Bian sampai memajukan wajahnya tepat pada wajah Bian yang lebih tinggi dari pada gadis itu.
"Tidak! Kamu cukup melapor pada saya soal keuangan. Rapat ini hanya saya dan Roki saja. Yang lain!" Bian menatap satu persatu karyawannya dengan tatapan tajam takut membuat ulah lagi seperti tadi.
"Tetap jaga kafe!"
"Ay ay kapten!"
Bian mengangguk saja mencoba percaya, ia melangkah dengan gagah diikuti Roki di belakangnya. Sedangkan Veronica sudah mencak mencak karena kafe ini sudah tidak memiliki aura suram lagi sebab bos nya keluar untuk rapat.
"ASIK--"
"JANGAN BUAT ULAH VE!"
"Chika, borgol dia!"