(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)
Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.
Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.
Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aroma Permusuhan
Acara siang itupun selesai bersamaan dengan bel tanda jam pulang para siswa. Sheila segera keluar dari gedung aula itu bersama Rayhan. Lututnya yang masih terasa sakit membuatnya berjalan sedikit pincang. Rayhan pun membantunya berjalan keluar.
Sedangkan Marchel yang masih duduk di sana merasa tidak senang dengan pemandangan itu. Laki-laki itu segera bangkit dari duduknya, lalu beranjak keluar dari aula itu.
"Kau mau kemana?" tanya salah seorang temannya yang menghampirinya saat melihat Marchel akan keluar.
"Aku ada urusan sebentar!" jawab Marchel singkat, lalu bergegas keluar.
Marchel mengedarkan pandangannya kesana kemari mencari sosok Sheila. Namun, gadis itu sudah tidak terlihat lagi. Bahkan Marchel tidak tahu dimana ruang kelas istrinya itu. Marchel pun berkeliling mencari, hingga beberapa saat kemudian, melihat Sheila di kejauhan sudah dengan tas ransel di punggungnya.
Marchel mempercepat langkahnya mendekat ketika melihat Sheila akan naik ke sebuah bus yang berhenti tepat di depan halte.
"Sheila!!" panggil Marchel. Sheila menghentikan langkahnya, terkejut melihat suaminya itu ada disana. Dipikirnya sang dokter sudah kembali ke rumah sakit. Gadis berambut panjang itupun tidak jadi naik ke bus itu.
"Kak Marchel..."
"Ayo ikut aku! Aku akan mengantarmu pulang," ajak Marchel.
Sheila menundukkan kepalanya, "Tidak usah, Kak. Bukannya Kak Marchel mau kembali ke rumah sakit, ya... Aku naik bus saja."
"Jangan! Kakimu masih sakit, kan?"
"Sudah tidak lagi, Kak." Sheila mengelak walaupun terlihat menahan sakit.
Marchel menghela napas kasar, jelas-jelas tadi dia melihat Sheila berjalan dengan agak pincang menuju bus. Marchel pun menarik pergelangan tangan Sheila dan membawanya masuk kembali ke halaman sekolah. Mendudukkannya di sebuah kursi.
"Tunggu di sini! Aku ambil mobil dulu," ucap Marchel setelah mendudukkan gadis itu di sebuah kursi. Sheila menatap punggung tegak Marchel yang sedang menuju ke tempat parkir.
Tidak jauh dari sana, Maya dan geng-nya datang menghampiri Sheila yang sedang duduk menunggu Marchel. Sheila yang melihat Maya dan teman-temannya mendekat, hanya menundukkan kepala seperti biasanya.
"Coba lihat anak culun ini. Dia sedang menunggu siapa di sini?" ujar Maya dengan nada menyindir. "Kau sedang menunggu Rayhan, ya?"
Mendapat pertanyaan bernada sindiran itu, Sheila hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya. Maya dan teman-temannya tidak pernah puas menghina dan mengerjai Sheila. Bagi anak-anak orang kaya itu, mengerjai Sheila yang merupakan anak culun dan pendiam sungguh sangat menyenangkan.
"Bagaimana rasanya jatuh di aula? Kau suka?" tanya Maya lagi diikuti tawa renyah dari ke dua temannya.
Akhirnya, untuk pertama kalinya, Sheila berani menyahut mereka. "To-tolong tinggalkan aku. A-ku mau pulang." ucap Sheila terbata-bata.
"Maya... Ada apa dengannya? Dia tiba-tiba bisa bicara. Selama ini dia diam saja kalau kita mengajaknya bicara."
"Aku juga heran! Kan lututnya yang terbentur. Tapi kenapa kepalanya yang sakit?" Mereka kembali tertawa, sedangkan Sheila kembali menunduk.
"Kalian ini kenapa selalu mengganggu Sheila!" terdengar suara laki-laki yang berasal dari belakang punggung Maya. Rayhan berdiri di sana dengan tatapan mengintimidasi.
Maya pun menatap Rayhan dengan raut wajah kesalnya. "Jangan ikut campur! Ini urusanku dengan anak culun ini!" ucap Maya tanpa mengalihkan pandangannya dari Sheila.
Rayhan mendekat dan menarik pergelangan tangan Maya. "Ayo ikut!"
"Aku tidak mau! Kenapa kau selalu saja membelanya?" ucap Maya dengan kesalnya.
Rayhan menarik napas dan membuangnya kasar, kemudian melirik Sheila sekilas.
Tidak lama kemudian, Marchel tiba di lokasi itu. Dia melihat keributan di sana dan langsung turun dari mobil, lalu menghampiri Sheila. Gadis itupun kembali menundukkan kepalanya ketika melihat sang suami mendekat.
Marchel hanya melirik anak-anak itu sekilas dengan tatapan dinginnya, lalu menarik tangan Sheila.
"Ayo, Sheila!" ajak Marchel. Sheila pun berdiri dari duduknya, lalu mengikuti langkah kaki suaminya itu menuju mobilnya.
Maya dan teman-temannya pun keheranan melihat Marchel dan Sheila menaiki mobil itu. Tanpa permisi, Marchel melajukan mobilnya keluar dari gerbang sekolah itu.
"Bukankah itu Dokter Marchel?" ucap Maya dengan heran, "Dia siapanya si Culun itu? Kenapa mereka pergi bersama?"
"Wah, beruntung sekali si Culun itu... Bisa satu mobil dengan dokter tampan itu. Aku benar-benar iri dengannya," ucap Felly, salah seorang teman se-geng Maya.
Rayhan hanya menatap mobil milik Marchel yang semakin menjauh, lalu segera meninggalkan tempat itu menuju sebuah motor yang terparkir di sudut halaman itu. Maya pun mengekor di belakangnya lalu menarik lengan Rayhan dengan kasar.
"Lepaskan!" bentak Rayhan seraya menghempaskan lengan Maya.
"Kenapa? Kau kesal karena si Culun itu pergi dengan dokter itu? Haha, kau sangat lucu!"
"Jaga bicaramu, Maya! Dia punya nama," teriak Rayhan.
"Ya, dia punya nama. Si CULUN," ujarnya dengan menekan kata culun.
Karena sudah tidak tahan dengan tingkah Maya, Rayhan segera menuju motor sportnya meninggalkan halaman sekolah. Tinggallah Maya dengan kebenciannya yang semakin menjadi-jadi pada sosok Sheila. Ia bersumpah dalam hati akan semakin membuat Sheila semakin menderita bersekolah di sana.
****
"Kau baik-baik saja?" Marchel membuka suara, memecah keheningan siang itu. Sheila yang polos hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Keheningan kembali tercipta. Entah akan seperti apa hubungan rumah tangga yang dijalani kedua orang itu kedepannya. Marchel yang tadinya seorang dokter yang sangat ramah menjadi sangat dingin setelah kepergian Shanum. Dan Sheila, dia hanya seorang gadis pemalu, pendiam dan culun. Sungguh kedua orang itu memiliki karakter yang sangat jauh berbeda.
Berselang dua puluh menit perjalanan, mobil memasuki gerbang rumah itu.
"Aku akan kembali ke rumah sakit. Jangan lupa makan siang dan minum obatmu!" ucap Marchel dengan nada datar. Sheila menganggukkan kepalanya lalu turun dari mobil itu.
Marchel pun segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahnya. Sheila menatap rumah itu dengan perasaan takut.
Kenapa hidupku begini? Di sekolah, aku dikucilkan dan dijauhi. Di rumah ini, aku seperti hidup di neraka dengan seorang ibu yang sangat membenciku. Dan Kak Marchel, dia tidak lagi seperti kakak dokter yang dulu. Sekarang dia sangat berbeda.
Dengan berat hati, Sheila melangkahkan kakinya memasuki rumah itu. Di dalam sana, ibu yang sedang duduk di ruang keluarga sembari membaca sebuah majalah langsung menunjukkan aura permusuhan ketika melihat Sheila datang.
Sheila kemudian mendekat, mengulurkan tangannya, hendak menyalami mertuanya itu. Namun, bukannya sambutan, wanita paruh baya itu malah memelototinya dengan tatapan penuh kebencian.
"Kau tahu kan, posisimu di rumah ini? Aku tidak akan pernah menerimamu sebagai menantuku. Jadi aku akan meminta Marchel untuk menceraikanmu secepat mungkin, agar putraku bisa menikah dengan gadis yang layak untuknya."
Ibu memindahkan majalah yang berada di pangkuannya ke atas meja dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Sheila yang masih mematung di sisi sofa dengan kepala menunduk.
Gadis polos itu terdiam, dengan setitik air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia menyeka air matanya, lalu melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.
Kakak... Lihat kan, bagaimana ibu memperlakukanku? Ibu tidak seperti ibu dulu yang sangat baik padaku?. Sekarang dia sangat membenciku. Tidak apa-apa kalau Kak Marchel menceraikan aku dan menikah lagi. Jadi aku bisa pulang ke rumah kita. Aku lebih baik tinggal sendirian daripada harus hidup di neraka ini.
***
Resiko emak berdaster gabut hobi rebahan sambil baca novel...
ulang" trus novel yg favorit tp gak prnah bosan😁😁
blm bisa move on kk 🤭🤣🤣🤣🤣
nihh kudu balik baca lg 😁😁
/Ok//Good/
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/