Bagaimana jika kamu yang seharusnya berada di ambang kematian justru terbangun di tubuh orang lain?
Hal itulah yang terjadi pada seorang gadis bernama Alisa Seraphina. Ia mengalami kecelakaan dan terbangun di tubuh gadis lain. Alisa menjalani sisa hidupnya sebagai seorang gadis bernama Renata Anelis Airlangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca Lavender, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Seperti biasanya, rutinitas keluarga ‘harmonis’ Airlangga pagi ini adalah sarapan bersama di ruang makan. Hendra yang terakhir datang mengernyitkan dahinya melihat Rena yang tidak memaki seragam sekolah.
“Kenapa kamu tidak memakai seragam? Sekarang hari Senin, kan?” tanya Hendra kepada Rena sambil duduk di kursinya.
“Satu minggu ke depan hanya dipakai untuk remedial saja,” jawab Rena.
“Lalu?” ucap Hendra yang masih belum paham.
Rena menoleh, “aku tidak remedi, untuk apa aku pergi ke sekolah?”
“Hah? Kamu yakin tidak remedi?” tanya Flo tidak percaya.
Rena hanya membalasnya dengan anggukan saja.
“Kamu yakin, Sayang? Semua mata pelajaran sudah aman?” tanya Yohana memastikan.
Rena mendengus kasar, “kenapa kalian tidak percaya kepadaku?”
Rena menatap satu per satu anggota keluarganya yang masih melemparkan tatapan kurang yakin kepadanya.
“Kimia 98, pendidikan agama 96, yang terendah fisika 94. Selain tiga itu, semuanya 100, termasuk matematika,” ucap Rena sembari menyerahkan ponsel berisi foto deretan nilai ujian atas nama Renata Anelis Airlangga.
Papa, mama, dan kedua kakak Rena melihat daftar nilai itu dengan tatapan tidak percaya. Mereka tidak menyangka bahwa Rena bisa meraih nilai setinggi itu.
“Ini sungguh nilaimu?” tanya Leo yang belum mengalihkan pandangannya dari daftar nilai itu.
“Tck! Kakak bisa baca nama di situ atau tidak?” sinis Rena.
“Wah! Kamu benar-benar hebat!” seru Hendra dengan senyum lebar.
Rena berdecih pelan melihat senyuman yang baru pertama kali diberikan sang papa untuknya. Ungkapan “cinta orang tua itu tidak bersyarat” tidak berlaku untuk keluarga ini.
“Papa akan membelikan apapun yang kamu minta. Kamu mau apa? Chanel? Gucci? Prada? Katakan,” ucap Hendra bersemangat.
Rena tampak berpikir sebentar, “eum… aku sedang tidak mau apa-apa. Berikan saja aku uang.”
Hendra dan yang lainnya tertawa mendengar permintaan Rena, “uang? Hahaha… kamu pintar sekali memilih hadiah. Baiklah, papa akan mentransfer 200 juta ke rekeningmu.”
Mata Rena membelalak lebar mendengar penuturan sang papa. 200 juta?! Itu nominal yang terlalu besar?! Mau dipakai apa olehnya? Tapi Rena diam saja, toh ia juga tidak mau menolak uang dengan jumlah sebesar itu.
“Lalu, apa rencanamu hari ini?” tanya Leo.
“Pergi ke gym, ke Arial, lalu pergi bimbel,” jawab Rena.
“Arial? Kamu sedang ada pekerjaan di sana?” kali ini Flo yang bertanya.
Rena mengangguk, “rekaman lagu untuk soundtrack film.”
“Benarkah? Film apa?” tanya sang mama.
“Hehe… rahasia,” ucap Rena sambil menyengir lebar.
Yohana langsung mengusak rambut putri bungsunya. Ternyata putri manisnya ini bisa bertingkah menggemaskan juga.
“Ya sudah, kamu pergi saja nanti dengan Leo dan Flo,” celetuk Hendri.
“Benar, aku ada rekaman untuk iklan nanti,” sahut Flo menyetujui ucapan sang ayah.
Rena menggelengkan kepalanya, “tidak mau. Aku kan sudah bilang, jangan sampai ada yang tahu kalau aku adiknya Kak Leo dan Kak Flo.”
“Tck! Kenapa sih harus ribet begitu,” cibir Flo.
...----------------...
Hari-hari Rena dalam seminggu ini berjalan dengan lancar. Pergi ke gym di pagi hari, workshop dan rekaman lagu, kemudian bimbel persiapan masuk kedokteran di malam hari. Semua anggota keluarga Airlangga juga tampak puas dengan aktivitas harian Rena yang sesuai dengan keinginan mereka.
Rena sedang mendengarkan hasil nyanyiannya yang sedang dalam proses editing di studio rekaman yang berada di lantai 10 gedung Arial Entertainment.
“Suaramu benar-benar cocok untuk lagu ini,” ucap Jay yang sedang sibuk menyesuaikan berbagai instrument musik, “pelafalanmu dalam Bahasa inggris juga enak didengar.”
Rena hanya tersenyum mendengar pujian itu. Sebenarnya rekaman soundtrack perdananya ini cukup menantang karena lirik lagunya full dalam Bahasa inggris.
“Ngomong-ngomong, kapan film ‘Deathless’ tayang?” tanya Rena yang tidak terlalu tahu tentang film itu.
“Targetnya film itu akan tayang bulan depan. Tim produksi film berusaha menyelesaikan syuting maksimal minggu depan,” jawab Jay, “katanya tinggal syuting adegannya Leo dan Lucas saja.”
“Leo?” ucap Rena meragukan pendengarannya.
Jay mengangguk, “iya, Leo memerankan salah satu karakter penting di film ‘Deathless’.”
Rena menertawakan situasi ini dalam hatinya. Bagaimana mungkin film yang ia nyanyikan soundtrack-nya, ternyata dibintangi oleh aktor yang tinggal seatap dengannya? Ini menunjukkan kalau hubungan kekeluargaan mereka benar-benar tidak dekat.
“Kalau begitu, Leo adalah pemeran utamanya?” tanya Rena lagi.
Jay mengangguk sambil terus fokus dengan pekerjaannya, “iya. Tidak hanya Leo saja, ada tiga pemeran utama di film itu. Leo, Nathan, dan Lucas.”
Tunggu, apa?! Nathan?! Jantung Rena berdebar kencang hanya dengan mendengar nama yang tidak asing itu.
‘Gila! Bodoh sekali aku! Ternyata aku satu project dengan crush-ku sendiri, eh.’
...----------------...
Di sisi lain, Leo yang baru saja menyelesaikan syuting hari ini, langsung bergegas menuju mobil van manajernya. Ia benar-benar lelah dan ingin segera pulang.
“Huh… lelah sekali,” keluh Leo sambil menyandarkan tubuhnya di kursi belakang.
“Dokter kita sedang lelah?”
Suara seorang laki-laki yang begitu ia kenal membuat Leo langsung membuka matanya.
“Hai, Nathan!” seru Leo setelah melihat Nathan yang duduk di kursi depan.
“Hai, Kak! Sepertinya kamu sangat lelah, ya,” ucap Nathan sambil tersenyum ramah.
“Tck! Tidak usah ditanya lagi. Aku tadi dari rumah sakit langsung ke sini untuk syuting hingga tengah malam,” ujar Leo dengan nada lesu.
Nathan hanya tertawa kecil melihat rekan kerja yang lebih tua darinya itu kelelahan.
“Kamu sendiri kenapa di sini? Bukankah adeganmu sudah selesai semua?” tanya Leo.
“Aku datang untuk menyemangati kakak dan Kak Lucas,” jawab Nathan.
Leo tertawa mendengarnya, “haha… jangan bohong. Kamu tidak akan ke sini hanya karena ingin menyemangati kami.”
Nathan ikut tertawa mendengarnya, “kakak tahu saja. Aku tadi baru pulang dari bermain basket di lapangan dekat sini, sekalian saja aku mampir.”
“Oh iya, Kak. Sebentar lagi kan ulang tahunmu. Kakak tidak mau mengundang aku dan yang lain ke rumah kakak?” tanya Nathan.
Leo tampak berpikir sebentar, “eum… kita bisa menyewa tempat untuk merayakan ulang tahunku.”
“Tck! Ayolah, Kak. Kita semua sudah mengunjungi rumah semua artis di Arial. Hanya kakak saja yang belum mengundang kami ke istana kakak,” protes Nathan.
Kata-kata Nathan sepenuhnya adalah fakta. Leo dan Flo belum pernah mengajak teman-teman mereka untuk datang ke kediaman Airlangga. Selain karena mereka semua sibuk di rumah sakit, mereka juga merahasiakan keberadaan salah satu anggota keluarga termuda yang ada di rumah itu.
Mengingat kebencian keluarga terhadap fisik Rena yang dianggap penuh kekurangan, putri bungsu Airlangga itu disembunyikan dari media. Ketika mengetikkan nama Leonardo Airlangga di google, yang muncul di daftar saudara kandung hanyalah Florencia Hesti Airlangga. Begitu juga sebaliknya.
Nama Renata Anelis Airlangga sama sekali tidak pernah muncul di laman pencarian. Seolah-olah gadis itu tidak pernah ada di lingkungan keluarga Airlangga.
...----------------...