Cerita ini Mengisahkan Seorang Guru Fisika Bernama Yayan, dan Guru Kimia bernama Ribca Yang Berjodoh karena Dijodohkan oleh Siswa-siswi di sekolah tempat mereka mengajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon All Yovaldi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7: Langkah Baru di Tengah Keraguan
Hari-hari berlalu sejak pertemuan Pak Yayan dan Bu Ribca di kafe. Meski tidak ada pengakuan cinta secara langsung, kedekatan di antara mereka mulai tampak jelas bagi siapa saja yang memperhatikan. Di kelas XI MIPA, para siswa seperti Alsa, Sapina, dan Yovaldi terus mengamati dengan rasa bangga dan penuh harap bahwa kedua guru favorit mereka akan segera menjalin hubungan lebih serius.
---
Kehidupan Sehari-Hari Berubah
Pagi itu, suasana di ruang guru terasa lebih hidup. Bu Ribca duduk di mejanya, memeriksa rencana pembelajaran untuk minggu depan, sementara Pak Yayan sibuk dengan tumpukan tugas siswa yang perlu dikoreksi. Meski keduanya terbenam dalam pekerjaan, senyum kecil dan percakapan ringan sesekali menyelingi kesibukan.
“Pak Yayan, minggu depan kita ada eksperimen lanjutan. Sudah siap?” tanya Bu Ribca sambil melirik ke arah rekan kerjanya.
Pak Yayan mengangguk, lalu menyunggingkan senyum. “Tentu, Bu Ribca. Kalau kita bekerja sama, pasti semuanya lancar.”
Mendengar kalimat itu, Bu Ribca hanya tersenyum tipis, merasa nyaman dengan kebersamaan mereka. Namun, di balik wajahnya yang tenang, ada sedikit keraguan yang terselip. Ia merasa hubungannya dengan Pak Yayan mulai melangkah ke arah yang lebih dalam, dan itu membuatnya berpikir—apakah hubungan ini benar-benar bisa berjalan?
---
Rencana Alsa dan Teman-Teman
Di sisi lain, para siswa XI MIPA tidak mau melewatkan kesempatan untuk terus mendekatkan Pak Yayan dan Bu Ribca. Alsa dan Sapina sedang duduk di kantin, menyusun rencana baru.
“Kita harus bikin sesuatu yang lebih dari sekadar proyek, Alsa,” ujar Sapina sambil menggigit donatnya.
“Benar. Mereka sudah makin dekat, tapi kita perlu dorongan terakhir,” sahut Alsa dengan mata berbinar.
Yovaldi, yang sejak tadi duduk diam di samping mereka, akhirnya angkat bicara. “Gimana kalau kita buat acara perayaan kecil? Kayak pertemuan informal antara guru dan siswa. Itu bisa jadi momen spesial buat mereka.”
Alsa dan Sapina langsung menyetujui ide itu. “Bener banget! Kita bisa bikin acara makan malam bareng di sekolah, tapi harus bikin kesannya sederhana biar nggak terlalu kelihatan seperti jebakan,” kata Alsa sambil tertawa kecil.
“Dan jangan lupa, harus ada suasana romantis. Kita bisa bikin dekorasi yang santai tapi berkesan,” tambah Sapina.
“Kalau begitu, kita atur semuanya diam-diam,” kata Yovaldi, sudah memikirkan detail tugas masing-masing siswa.
---
Keraguan dan Harapan
Sore itu, di tengah kesibukannya, Pak Yayan tak bisa mengabaikan pikiran tentang hubungannya dengan Bu Ribca. Ada sesuatu yang berbeda sejak malam di kafe itu—perasaan yang hangat dan tenang, namun sekaligus membuatnya khawatir. Ia tahu, hubungan ini tidak sekadar tentang perasaan pribadi. Ada tanggung jawab dan risiko yang harus dipertimbangkan.
Saat istirahat siang, Pak Yayan memutuskan untuk berbicara dengan Bu Ribca. Ia ingin memastikan bahwa mereka berada di halaman yang sama, tanpa ada yang merasa terbebani atau salah paham.
“Bu Ribca,” panggilnya saat mereka bertemu di taman sekolah.
“Ya, Pak Yayan?” jawab Bu Ribca sambil menatapnya dengan senyum yang menenangkan.
“Aku cuma mau memastikan. Kamu merasa nyaman dengan semua ini, kan?” tanyanya hati-hati, berharap tidak membuat suasana canggung.
Bu Ribca menatap Pak Yayan sejenak, lalu mengangguk. “Aku merasa nyaman, Yayan. Tapi, kita memang perlu hati-hati. Kita guru, dan apa pun yang terjadi, kita harus profesional.”
Pak Yayan mengangguk, mengerti maksudnya. “Aku setuju. Yang penting kita bisa jalan bareng dan tetap jadi diri kita sendiri.”
Kata-kata itu membuat Bu Ribca tersenyum lebih lebar. “Aku rasa kita bisa melewatinya dengan baik.”
---
Persiapan Acara Kejutan
Sementara itu, di kelas XI MIPA, persiapan untuk acara makan malam terus berjalan. Alsa dan Sapina sudah membagi tugas kepada seluruh siswa. Ada yang bertanggung jawab atas dekorasi, ada yang menyiapkan makanan, dan ada pula yang mengatur hiburan sederhana.
Yovaldi memegang kendali atas koordinasi agar tidak ada yang bocor kepada Pak Yayan dan Bu Ribca. “Kita harus pastikan ini jadi kejutan,” katanya dengan nada serius.
Hari yang dinantikan pun tiba. Para siswa bekerja keras menghias ruang aula sekolah dengan lampu-lampu kecil dan meja-meja berhiaskan bunga sederhana. Mereka ingin menciptakan suasana yang hangat dan intim, tanpa terlihat terlalu formal.
---
Malam yang Tak Terlupakan
Ketika Pak Yayan dan Bu Ribca tiba di aula, keduanya terkejut melihat suasana yang sudah tertata rapi. Para siswa menyambut mereka dengan senyum lebar dan tawa kecil.
“Ini apa, Alsa?” tanya Pak Yayan sambil tertawa, merasa sedikit bingung tapi juga terkesan.
“Ini cuma acara makan malam santai, Pak. Kami cuma pengen berterima kasih karena sudah jadi guru yang hebat buat kami,” jawab Alsa dengan nada ceria.
Pak Yayan dan Bu Ribca hanya bisa tersenyum, merasa tersentuh oleh usaha para siswa. Mereka mengambil tempat duduk di salah satu meja yang telah disiapkan, sementara para siswa melayani mereka dengan penuh semangat.
Malam itu, suasana benar-benar cair. Pak Yayan dan Bu Ribca terlihat lebih santai dari biasanya, dan para siswa merasa senang melihat mereka bisa menikmati momen bersama.
Saat acara mendekati akhir, Alsa memberi isyarat kepada Yovaldi untuk memulai sesi terakhir—momen di mana mereka berharap bisa melihat sesuatu yang lebih spesial terjadi.
“Pak Yayan, Bu Ribca, kami ingin kalian berbagi cerita atau pesan untuk kami. Mungkin tentang pengalaman mengajar, atau apa pun yang ingin disampaikan,” ujar Yovaldi dengan senyum penuh arti.
Pak Yayan dan Bu Ribca saling pandang sejenak, lalu Pak Yayan angkat bicara lebih dulu. “Mengajar kalian adalah salah satu hal terbaik yang pernah saya alami. Kalian membuat hari-hari kami lebih berwarna, dan saya bersyukur bisa berada di sini.”
Bu Ribca melanjutkan dengan nada lembut, “Saya setuju dengan Pak Yayan. Kalian bukan cuma siswa, tapi juga inspirasi buat kami. Terima kasih sudah selalu membuat kami merasa dihargai.”
Para siswa bertepuk tangan meriah, merasa bangga dan bahagia mendengar kata-kata itu.
---
Sebuah Janji di Tengah Keramaian
Setelah semua selesai dan para siswa mulai merapikan aula, Pak Yayan dan Bu Ribca tetap duduk di meja mereka, menikmati momen tenang setelah acara yang meriah.
“Kamu tahu, aku senang bisa melalui semua ini dengan kamu,” ucap Pak Yayan pelan.
“Aku juga,” jawab Bu Ribca sambil menatapnya dengan senyum lembut.
Malam itu, di tengah keramaian yang perlahan mereda, keduanya tahu bahwa sesuatu yang indah telah dimulai—sebuah hubungan yang dibangun di atas kepercayaan, kebersamaan, dan harapan.
Dan meskipun perjalanan mereka masih panjang, Pak Yayan dan Bu Ribca merasa siap untuk melangkah bersama, dengan siswa-siswa mereka sebagai saksi dan pendukung di setiap langkah yang mereka ambil.
----------*--------------------*-----------------------*--------------
Wah.... wah.... Ini Langkah Penuh Keraguan atau langkah Pengen Cepetan!
Aduhhh Pak Yayan Mengapa Harus lama lama, Klo sudah jatuh hati apa lagi Yang harus ditunggu!?
Ok Ok tenang Netizen Tidak boleh seperti itu Kita doakan aja yang tebaik Buat mereka, Ok guys Kita Lanjut apa ngak Nih?
Kira kira bagusnya ditambahin apa ya???
btw.. semngat ya kak author nya/Chuckle/