Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Ada yang aneh
Sesudah menemukan kontrakan sebuah rumah yang cukup besar bahkan memiliki dua lantai, Reyza mendongak ke atap dan tak sengaja menjumpai sesuatu yang dianggapnya mistis.
"Ini kontrakan segede ini berapa kamar, Cak?" tanya Reyza sambil berjalan pelan mencari kamar yang cocok.
Cakra masih menggendong tas nya dan memegang kopernya.
"Sembilan kamar,"
"Oke, informasi guys! Untuk kamar nomor sembilan ini jangan ada yang nempatin, ya? Bukannya gimana, tapi kita harus berurutan delapan orang kamarnya." ucap Reyza terpaksa berbohong.
Cakra yang mengerti pun hanya diam.
"Kalau malam tidurnya pada pakai baju yang tertutup ya semuanya, ada sebuah larangan di rumah ini. Jadi, jangan memakai pakaian terbuka dan usahakan setiap masuk ke dalam ruangan harus diserta dengan doa." Nasihat Cakra kepada semua rombongannya.
Ratu mengangguk, lalu hidungnya kembali mencium bau amis yang tadi selama perjalanan ia rasakan.
"Oh iya, kenapa kita kosongin kamar nomor 9 ini, Cak? Terus, di atas atap kayu itu apaan? Kayak bungkusan kain warna hitam, isinya apa?" tanya Reyza, kala hanya dirinya dan Cakra yang berada di dalam kamar nomor 9 tersebut.
Cakra menatap yang ditunjuk oleh Reyza. Matanya seolah menatap bungkusan kain itu dengan sorot tajam.
"Itu isinya kepala bab* sama kepala anj*ng. Rumah mewah ini dulunya pernah terbengkalai tapi tidak menyeramkan, namun semenjak ada beberapa siswa-siswi yang PKL di desa ini dan mengontrak di rumah ini, mereka berbuat tidak senonoh bahkan ada yang bunuh diri tepat di kayu panjang bagian atap itu. Makanya aku melarang kalian untuk menempati ruang ini." jelas Cakra.
Reyza tercengang sekaligus merinding parah.
"Bentar, jadi, lo bisa tahu tentang hal begini, Cak?"
Cakra menepuk pelan bahu Reyza, "Gue udah dari kecil kayak Mas Panca. Lo gak perlu se-kaget itu sama gue. Gue murid dari sekolahan sebelah sebenarnya gak memilih ke desa ini, cuma Lita sama Rangga keras meminta gue ke sini. Dan, satu lagi. Lo harus berhati-hati sama dua temen gue, jangan mudah terpengaruh sama mereka. Gue juga udah kasih tahu ke Ratu. Dua temen gue itu ... Nanti lo sama Ratu akan tahu. Sekarang tugas lo cuma jagain kakak lo. Selalu berada di sisinya, karena tempat ini berbahaya."
...ΩΩΩΩΩ...
Sekitar pukul 02.00 malam Ratu terusik tidurnya karena suara-suara aneh. Menempati kamar nomor dua setelah kamar Panca membuatnya terbangun, tetapi masih dalam posisi tiduran.
Sembari menggenggam selimut begitu kuat, telinganya tetap tak salah mendengar. Di sisi tembok kamar, atau di luar ruangan tersebut Ratu mendengar suara aneh berkali-kali.
"Jangan sakiti aku ... akhh! Jangan! Tolong jangan! Aku gak mau mati! Jangan apa-apakan aku!"
"Arghhh!! Diam kau! Jangan memberontak! Kau tahu apa yang akan ku lakukan terhadapmu? Hm!? Aku akan menyenangkan dirimu!! Hahaha!"
Mata Ratu terbelalak usai telinganya mendengar jelas suara jeritan dan bentakan keras juga kata-kata kasar dari luar rumah itu.
Ya Allah, suara siapa itu? Kenapa hanya aku yang mendengar? Aku rasa itu bukan suara manusia, karena jika manusia pasti aku dapat mendengar suara jejak langkahnya. Batin Ratu.
Belum selesai mengucap dalam hati, lagi-lagi alat pendengaran kakaknya Reyza itu kembali mendengar. Tetapi, kali ini suara langkah jejak kaki.
Srek srek srek ...
Perasaan Ratu seketika tidak enak. Ia merasa ada yang tidak beres dengan rumah itu. Memang terkesan mewah dan banyak barang tersedia masih seperti barang baru. Namun, firasatnya serta suasana dirinya saat pertama kali menempati tanah itu sudah dirasa tidak nyaman apalagi aman.
Entah apa yang terasa menakutkan, jantung Ratu berdegup begitu kencang. Suara hatinya mendukung rasa ketakutan. Sehingga membuat keringat dinginnya bercucuran membasahi baju dan selimutnya.
Enggak mungkin, 'kan? Jam segini masih ada orang di luar? Lagipula rumah ini berada di tengah-tengah alas. Jauh juga dari rumah warga lainnya. Batin Ratu lagi.
Selang beberapa menit setelah keadaan mulai kembali tenang, Ratu mencoba menghela nafas lega. Akan tetapi, belum menghembuskan nafas ia sudah lebih dulu mendengar sesuatu. Lebih tepatnya seperti suara hembusan nafas seseorang di sisi kanannya.
Tentu hal tersebut membuat bulu kuduk Ratu kembali berdiri. Dalam kondisi penuh kekhawatiran, ia berharap ada Reyza maupun Cakra yang dapat menolongnya.
Semakin dirasa semakin jelas. Suara seperti dengkuran seseorang sedang tidur namun tak terlihat wujudnya.
Lampu yang menyala di kamar bagian Ratu memang sedang redup. Hal itulah menambah suasana horor semakin mencekam dirinya.
"Reyza ... Cakra ... Aku takut ..."
Rintihan kecil Ratu untungnya didengar oleh Cakra. Hingga membuat laki-laki seumurannya membuka pintu kamar bagian Ratu.
Cklek.
"Astaghfirullah! Aahh ... Kaget, ihh Cakra beneran bukan?"
Cakra pun langsung menghampiri posisi Ratu yang masih duduk di atas kasur.
"Iya, ya ampun. Kamu kenapa, hm? Ada sesuatu di sini? Atau kamu diganggu?" tanyanya.
Ratu mengangguk polos seperti anak kecil. Sedangkan Cakra tersenyum melihat tingkah orang tercinta kakaknya.
"Diganggu lah, kamu pakai nanya segala! Aku takut, Cak! Ada apa sih, di rumah ini?"
"Gak ada apa-apa, cuma manusia iseng aja itu." jawab Cakra santai.
"Ya tapi siapa?" lirih Ratu matanya sudah berkaca-kaca.
Cakra menatap tembok dan kasur yang dipakai oleh Ratu. Kemudian ia menggenggam tangan Ratu cukup erat.
"Mereka bergentayangan di sini. Padahal mereka sebenarnya sudah pergi, hanya jin yang menyerupai mereka belum pergi sebab masih ada urusan dunia mereka yang belum selesai. Atau mungkin, mereka juga sedang memberi tahu kamu lewat suara-suara itu pada kejadian dulunya." kata Cakra, Ratu tiba-tiba memeluk sang adik dari Panca itu karena ketakutan..
"Iyaa, kamu liat apa, hm?"
"Itu ada penampakan, Cak! Aku takut!" Ratu sontak memukul dada Cakra.
Laki-laki itu justru merasa kewalahan. "Aduh, kamu buka mata batin, ya?"
Ratu masih menghentakkan kedua kakinya bergantian saking takutnya melihat dua sosok laki-laki serta perempuan bertubuh penuh darah dan sayatan tepat di depan matanya.
"Gak tau, Cak! Aku gak ada buka, tapi kayaknya kebuka. Ahh, Reyzaa!!"
Mau tidak mau Ratu berlari menuju kamar adiknya. Sampai-sampai ia menubruk dada Reyza cukup keras. Namun, bukannya ia merasa kesakitan dengan kondisi dahinya, ia malah memeluk Reyza erat.
"Reyy! Aku pengen pulang!" teriak Ratu seketika membangunkan semua orang yang tidur di rumah itu.
"Eh, ada apa sih, Rat? Kok lo teriak-teriak gitu. Ada apa?" tanya Intan sambil mengusap-usap matanya.
"Mas Panca di mana? Aku pengen ketemu sama dia! Aku takut di sini!" teriak Ratu sebelum akhirnya tak sadarkan diri.