Tabib Terhebat Sepanjang Masa

Keesokan harinya, Alaska meninggalkan paviliun karena pria itu hendak pergi ke ibukota untuk sebuah urusan bisnis. 

Linda mengantarnya sampai di depan rumah dan setelah kereta kuda Alaska menghilang dari pandangannya, dia kembali memasuki rumah. 

Linda mengumpulkan semua pelayan dan membagi-bagi tugas sesuai kebutuhan. 

Karena sebelumnya para pelayan bertugas untuk melayani satu orang pria, maka saat ini para pelayan akan melayani satu orang wanita sehingga tentu saja tugas mereka berbeda-beda. 

Lagi pula kemarin dia berniat untuk membuat sebuah kebun obat di tempat itu jadi dia memerintahkan para pelayan untuk menyebar info lowongan pekerjaan untuk 100 orang. 

Tanah di situ sangat luas, tidak seperti yang dikatakan Alaska sehingga membutuhkan lebih banyak pekerja untuk mengolahnya. 

Setelah menjelaskan semuanya pada para pelayan, maka Linda membiarkan para pelayan untuk pergi mengumumkan hal tersebut di pusat desa. 

Sementara Linda, masih tinggal menyusun denah tempat di mana mereka akan menanam tanaman sesuai dengan hasil observasinya selama beberapa waktu berada di tempat itu. 

"Aku rasa ini sudah cukup baik, sekarang hanya perlu mencari bibit," ucap Linda membereskan semua dokumennya lalu perempuan itu meminta salah seorang pelayan menemaninya ke pusat desa untuk mencari bibit tanaman herbal. 

Seperti kebiasaannya di kehidupan sebelumnya, maka Linda juga keluar menggunakan pakaian serba putih meski model pakaian yang ia perkenalkan hari ini berbeda dengan model pakaian yang ia kenakan kemarin. 

Setelah tiba di pusat desa, Linda turun dari kereta kuda dan berjalan bersama dua orang pelayan memasuki pusat desa yang sepanjang jalan diisi oleh toko-toko yang menjual berbagai perlengkapan. 

"Ke toko mana kita akan pergi?" Tanya salah seorang pelayan. 

"Toko di ujung sana," ucap Linda mengingat ingatan 2 tahunnya saat sering bolak-balik di tempat itu mendapat hinaan, dia selalu melewati sebuah tokoh obat herbal yang cukup terkenal di desa itu. 

Namun ketika mereka sedang berjalan menuju toko, tiba-tiba saja seorang pria berteriak keras, "Bukankah itu perempuan yang dibicarakan oleh semua orang?" Sang pria menunjuk ke arah Linda. 

Pelayan yang mengikuti Linda dengan cepat menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap pria yang berbicara itu, "lancang sekali! Beraninya kau menunjuk-nunjuk Nona muda kami dan berbicara dengan keras seperti itu?!" Bentak sang pelayan dengan tetapan penuh amarah. 

Pria yang dibentak itu langsung menundukkan kepalanya, dia yang hanya rakyat biasa tidak mungkin berani menyinggung seorang perempuan dari keluarga terpandang. 

Sang pelayan mengabaikan masalah itu dan kembali mengikuti Linda berjalan, namun semua orang yang ada di tempat itu menghentikan aktivitas mereka dan melihat ke arah Linda. 

Meski tidak ada yang berani berbicara lagi setelah kejadian tadi, namun semua orang sangat terpesona dengan kecantikan perempuan yang lewat di tengah-tengah kerumunan. 

Dari atas lantai 2 sebuah rumah makan, seorang pria yang merupakan anak kepala desa melihat ke bawah setelah mendengar keributan dan matanya langsung terkunci pada seorang perempuan berpakaian putih yang berjalan di tengah-tengah kerumunan. 

"Bukankah dia cantik? Katanya dia kayak juga, dia membayar rp1.500.000 untuk bubuk wijen merah dan juga memberikan 500.000 untuk membayar 3 tamparan yang didapatkan oleh keluarga Sinea," ucap salah seorang pria yang duduk di hadapan anak kepala desa tersebut. 

"Ayo kita turun menyambut kedatangan," ucap anak kepala desa sambil mengibaskan jubahnya segera meninggalkan teman-temannya. 

"Aku takut gadis itu akan menjadi korbannya lagi," seorang pria berbicara sambil berdiri mengikuti anak kepala desa. 

"Biarkan saja, lagi pula di anak kepala desa, tidak akan ada yang berani menyinggungnya," kata pria yang lain ikut berdiri. 

Ketiga laki-laki itu dengan cepat tiba di lantai bawah dan segera mencari keberadaan Linda. 

Saat itu, mereka melihat Linda bersama kedua pelayannya berhenti di salah satu pedagang aksesoris dan Linda tampak memilih-milih aksesoris yang menarik perhatiannya. 

Anak kepala desa yang bertubuh gemuk dan berkulit hitam menyibakkan bajunya dan dengan langkah yang panjang serta percaya diri dia melangkah menghampiri Linda. 

Ketika itu, Linda mengulurkan tangannya untuk mengambil sebuah jepit rambut, namun tiba-tiba saja sebuah tangan yang besar dan hitam mendahuluinya mengambil jepit rambut tersebut hingga membuat Linda menatap pemilik tangan itu. 

Sang pria tersenyum ke arah Linda, namun Linda bisa melihat bahwa senyuman itu bukanlah sebuah senyuman yang ramah, namun sebuah senyuman licik yang terpatri dari seorang pria yang sedang mengamati tubuhnya. 

Sangat mesum! 

Merusak suasana hati!