Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.
Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
014 : Hantu Bersepeda
Dirasa cukup mengunjungi kedua wanita berharga di kehidupan lamanya, Daniel berniat segera kembali ke Jakarta. Tepat di seberang jalan Daniel melihat ada halte bus, lalu menuju ke sana. Halte itu merupakan salah satu halte yang pernah ia gunakan untuk menunggu bus bersama Ella setelah mereka mengunjungi makam Bu Danita bersama.
Begitu sampai di halte, hal pertama yang Daniel lakukan adalah mengusap debu di kursi sebelum mendudukinya. Halte itu selalu nampak kotor karena berada di sekitar area pemakaman sepi dan jarang sekali ada orang yang membersihkan.
"Ternyata tempat ini masih sama seperti dulu!" Daniel jadi teringat dengan kejadian selepas ia bersama Ella mengunjungi makam ibunya.
~ Flashback on ~
Ella yang bersemangat sekali untuk duduk begitu menemukan halte di seberang jalan, langsung menduduki kursi halte begitu sampai di sana. Gadis itu tidak menyadari bahwa kursi dipenuhi debu dan tepat di bagian yang ia duduki terdapat kotoran burung merpati.
Daniel hendak memberitahu namun sudah terlambat, "Eh Ella, jangan sembarangan duduk di sana!"
"Kenapa?"
"Kamu nggak lihat apa kursinya kotor begitu?"
Ella langsung bangkit dan mengamati kondisi di kursi. Ia terkejut setelah melihat keadaan kursi yang sebenarnya, "What? Astaga kotor sekali kursi ini! Dan ada kotoran burung merpati juga?"
"Hadeh... makannya sebelum duduk itu lihat-lihat dulu dong!" Daniel mendekat ke Ella. Lalu dari belakang tanpa aba-aba dia mengikatkan kain lengan jaket miliknya di pinggang Ella. Tentu saja Ella kaget dengan apa yang mendadak dilakukan Daniel dari belakang, "Apa yang kamu lakukan?"
"Diam dulu!"
Ella menuruti perintah sampai Daniel selesai dengan apa yang dia lakukan, "Nah sudah selesai!"
Ella segera berbalik badan menatap Daniel, "Apa yang kamu lakukan? Kenapa aku harus memakai jaket ini di pinggangku?"
"Lebih baik begitu karena salah satu kotoran burung merpati itu ada yang menempel di rokmu," ujar Daniel memberitahu.
"Benarkah?" pertanyaan Ella direspon anggukan oleh Daniel. Seketika dia menjadi jijik dengan kotoran burung merpati yang menempel di roknya. "Ih kenapa nggak bilang dari tadi?"
"Lagian kamu sih yang terlalu bersemangat buat duduk tanpa lihat dulu kursinya kotor atau tidak!"
"Habisnya aku lelah sekali," ujar Ella. Kemudian, ia mengamati jaket yang terikat di pinggangnya, "Lalu bagaimana dengan jaketmu ini? Bukankah jika aku pakai malah jadi kotor?"
"Kalau kotor tentu saja kamu harus mencucinya!" jawab Daniel.
"Oke oke nanti akan aku cuci sampai bersih," sembari tersipu malu Ella melanjutkan perkataannya untuk mengucapkan, "Terima kasih."
"Tidak masalah!" Daniel bergegas mengambil tisu basah dari tas, lalu digunakannya untuk mengelap debu di atas kursi. Setelah bersih, Daniel pun duduk. Ia melihat Ella yang masih berdiri sembari menatap ke arahnya, "Kamu tidak duduk? Katanya tadi capek?"
"Sepertinya kondisi ini tidak memungkinkan aku untuk duduk."
"Pfft... hahaha!" Daniel mencoba menahan tawa namun tidak bisa.
~ Flashback off ~
Mengingat hal itu berhasil membuat Daniel kembali tertawa, "Hahaha..." hal sederhana bisa menjadi begitu berkesan jika dilalui bersama dengan orang tercinta. Meski sekarang hanya tinggal kenangan, Daniel bersyukur Ella telah hadir untuk mewarnai hari-hari di masa lalunya.
Daniel masih terbawa suasana imajinasi lama. Tiba-tiba ada suara gadis yang memanggil namanya, "Hei Niel… Daniel!"
Tentu saja Daniel terkejut dan langsung melihat sekeliling. Anehnya tidak ada siapapun di sekitar. "Apa aku kembali berhalusinasi?" sekali lagi ia menengok kanan kiri dan masih belum terlihat siapapun di sana. Seketika suasana menjadi horor, setelah sadar bahwa halte itu berada di sekitar area makam yang sepi. Mendengar suara tanpa wujud mungkinkah ini berhubungan dengan hal mistis? Bulu kuduk pun jadi merinding saat memikirkannya.
Perlahan dari arah timur seperti ada putih-putih yang kian mendekat ke halte. "Apa itu?" Daniel melihat dengan mata telanjang. Gambaran buruk mulai bermunculan di kepala. Mungkinkah itu sosok hantu yang sering bergentayangan di sekitar sini? Daniel semakin khawatir, "Kenapa busnya belum juga datang?"
Daniel mengalihkan pandangan. Ketika dilirik kembali bayangan putih itu semakin dekat. Tidak ada pilihan lain ia mulai berjalan menjauh dari halte.
"Hei, Daniel tunggu! Kamu mau ke mana?"
Daniel semakin mempercepat langkah kakinya. Namun, sosok bayangan putih mengejar Daniel begitu cepat menggunakan sepeda hingga berhasil menghadang tepat di depannya, "Huwaa..." Daniel berteriak histeris.
"Hei, kamu kenapa?" ternyata bayangan putih tadi bukanlah hantu melainkan seorang gadis yang tengah menaiki sepeda, "Dari tadi aku memanggilmu kenapa malah kabur?"
"Alfina? Fina? Apa benar itu kamu?" akhirnya Daniel sadar bahwa ternyata yang mengejarnya adalah saah satu teman lama di Bandung.
"Iya tentu saja ini aku! Ada apa? Sepertinya kamu ketakutan?"
"Oh bukan apa-apa. Kukira kamu..."
"Hantu?" tebak Fina.
"Bukan-bukan!" Daniel mengelak.
"Lalu kenapa tadi kamu lari ketakutan?"
"Yah, kupikir awalnya begitu tapi ternyata bukan, hehe..." ucap Daniel sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan lebih tepatnya karena malu.
"Ternyata kamu penakut juga! Haha..."
Fina adalah teman sekolah Daniel sewaktu di Orlando High School. Dia juga sahabat baik almarhum Ella yang hidup bersama di Valda House.
"Oh ya, kenapa kamu ada di sini?" tanya Fina pada Daniel.
"Oh aku tadi mengambil beberapa barang yang tertinggal di rumah lama lalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makam ibuku," jawab Daniel.
"Sekalian makam Ella?" Fina kembali bertanya.
"Iya," jawab Daniel singkat.
Sekilas mendengar jawaban itu, sebenarnya Fina merasa agak kecewa. Dari dulu dia telah menyukai laki-laki itu. Namun, cintanya bertepuk sebelah tangan karena Daniel lebih menyukai sahabatnya, yaitu Ella. Sekarang Fina kembali iri, meski sudah mati pun Daniel masih saja mengunjunginya. Sejak awal Fina selalu menyembunyikan semua rasa sukanya kepada Daniel. Bahkan Ella pun tidak mengetahui kalau mereka berdua menyukai laki-laki yang sama.
Merasa agak canggung Fina pun mengganti topik pembicaraan, "Eum... begitu rupanya. Bagaimana kabarmu di ibu kota?"
"Aku baik-baik saja di sana. Kalau kamu? Apa kabar?"
"Aku baik kok!"
"Kamu ngapain di sekitar makam? Pakai baju putih lagi!"
"Hehe... aku memang suka pakai baju warna putih. Tadi itu aku mencari bunga mawar putih untuk tugas praktikum biologi. Kebetulan di belakang makam ada jadi aku petik beberapa di sana," jelas Fina.
"Oh ya, bus selanjutnya datang jam berapa?"
"Lima belas menit lagi. Tapi kalau mau cepat dapat bus, lebih baik kamu menunggu di halte depan kantor pos sana! Soalnya sudah jarang ada bus yang lewat di sekitar makam ini."
"Baiklah aku akan ke sana! Makasih Fin infonya." Daniel bergegas lari ke halte di sekitar kantor pos. Ia harus bergerak cepat agar tidak ketinggalan bus, karena jaraknya lumayan jauh.
"Kring kring..." Fina menyusul Daniel dengan sepeda dan berencana memberi tumpangan kepada Daniel, "Butuh tumpangan?"
Daniel menerima tawaran Fina, "Boleh juga. Tapi kamu dibelakang saja biar aku yang kayuh sepedanya!"
"Tentu saja kamu yang di depan mengayuh sepedanya, kalau aku mana kuat?!"
"Haha... iya iya," Daniel mengambil alih untuk mengayuh sepeda dengan Fina duduk di sedel belakang. Fina memberi aba-aba bahwa posisi duduknya sudah pas dan perjalanan menggunakan sepeda siap dimulai, "Oke sudah siap!"
"Jangan lupa pegangan!" Daniel mulai mengayuh sepeda meninggalkan jalanan sekitar makam.
-One Step Closer-