NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUGAAN DOKTER

Saat ini di Retro sedang mengalami masalah, Mereka yang membutuhkan tanda tangan Pak Herman harus bulak balik ke kantor polisi, karena posisi Herman saat penting dalam perusahaan, akhirnya pengacara Herman mengajukan izin agar Herman sementara ini di bebaskan bersyarat.

"Saya akan menjamin klien Saya Pak, saya pastikan Herman tidak akan kabur kemanapun"

Pihak kepolisian tidak bisa memberikan syarat itu kecuali pihak penuntut memberikan izin tersebut.

Lalu pengacara Herman menghubungi Sam dari telepon untuk bernegosiasi agar Herman bisa di bebaskan secara bersyarat.

"Maaf tidak bisa Pak.. Saya tidak mengizinkan hal itu, karena Saya tahu betul siapa Herman"

"Tapi kan pengadilan masih dua Minggu lagi Pak, perusahaan membutuhkan Herman, Saya berjanji akan menjamin beliau"

Sam sebenarnya tidak ingin membebaskan Herman walau dengan syarat, Ia takut Herman akan merencanakan sesuatu lagi jika di luar lingkup polisi, tapi mau bagaimana Bu Heni pun sampai menghubunginya memohon agar sementara Herman dibebaskan, walaupun rasa bencinya terhadap Herman sangat besar, namun terhadap Bu Heni sikap Sam selalu hormat dan sopan, akhirnya Ia mengizinkan Herman bebas bersyarat.

Walau di bebaskan Herman akan tetap dalam pantauan polisi, setiap harinya Herman akan di temani 2 polisi selama di kantor, walaupun begitu Herman cukup senang bisa bebas sementara.

Sore hari tiba, Chandra segera pulang ke rumah karena Ia harus menemani istrinya cek kesehatan ke dokter. Rahma pun sudah siap menunggu sang suami di teras begitu juga Bu Yanti, setelah kedatangan Chandra mereka berdua langsung naik mobil dan menuju rumah sakit.

Sesampainya di Rumah Sakit Rahma mengantri menunggu giliran namanya di panggil.

"Ibu Rahma silahkan masuk"

Suster memanggil dan Mereka segera masuk ruangan dokter.

"Selamat sore, keluhannya apa ibu?"

Dokter bertanya dengan suara yang ramah dan tersenyum.

"Akhir-akhir ini perut Saya sering sakit dok, saya ga tahu kenapa, apa mungkin ini efek karena bekas tusukan waktu itu"

Dokter diam berfikir lalu ia menyuruh Rahma berbaring di atas ranjang yg sudah di sediakan, lalu dokter bertanya di bagian mana rasa sakit yang sering muncul, Rahma pun menjawab di bagian rahimnya, dan Rahma juga mengatakan bahwa dirinya sedang hamil.

Lalu dokter menyarankan untuk segara USG untuk memastikan apa penyebab sakit perutnya, begitu USG sedang di lakukan Dokter melihat segenggam tumor di dalam rahim Rahma.

"Bagaimana Dokter apa yang Dokter lihat?"

Dokter masih belum bicara Ia harus lebih memastikan perkiraannya benar atau salah.

"Begini ibu Rahma, Saya melihat sebuah benjolan di dalam rahim ibu, Saya mengira itu tumor"

Rahma tercengang tak menyangka akan kabar yang Ia dengar barusan.

"Apa sudah di pastikan itu tumor Dokter?"

Tanya Bu Yanti yang ikut terkejut juga dengan berita itu.

"Saya belum tahu pasti, rekam medis ibu Rahma sudah saya kirim ke lab, jadi untuk memastikan apa itu tumor atau hanya benjolan biasa, Kita akan tahu setelah hasil lab keluar"

"Berapa lama saya harus menunggu hasil lab itu Dok?"

Chandra pun ikut bertanya karena Ia juga khawatir akan kesehatan istri dan anak yang sedang di kandung Rahma.

"Sekitar 3 harian, hasilnya mau saya telepon atau Saya kirim saja"

Setelah itu Bu Yanti menuliskan alamat rumahnya, begitu selesai periksa Mereka pun pulang kembali ke rumah.

Di sepanjang perjalanan Rahma diam tak berbicara apapun, sepertinya dugaan dokter mengusik hatinya, Rahma seperti tak tenang jika Ia belum tahu hasil lab kesehatannya, namun Chandra menyemangati sang Istri dan memberinya sandaran hati.

"Sudah jangan di pikirkan terus, Kita belum tahu hasilnya, Kita gak boleh berasumsi negatif ya"

Chandra bicara melihat wajah Rahma sambil tersenyum, namun Rahma tetap dalam kegelisahan, apalagi kejadian tadi siang masih mengusik hatinya di tambah berita yang belum pasti Ia dengar barusan.

"Aku takut Chandra kalau Aku benar-benar mengidap tumor rahim"

Lalu Bu Yanti menyahuti,

"Sayang... Sudah jangan banyak pikiran Kamu sedang hamil Nak, tidak baik untuk kesehatan Kamu"

Lalu Chandra menggenggam tangan Rahma, memberikan senyuman hangat yang seakan Chandra begitu mencintainya, namun hati dan pikiran Rahma kini bercabang ke dua arah, saat ini yang Ia lihat dengan matanya adalah suaminya yang mencintai dirinya, tapi jika Ia bisa melihat melalui hatinya apakah dirinya adalah orang yang paling Chandra cinta.

Setelah sampai di rumah Rahma tak berbicara apapun, Ia langsung masuk ke kamar dan duduk diantara ranjang sambil menyenderkan badannya di dipan kasur. Chandra berganti baju dengan sesekali melihat Rahma yang sedang melamun.

"Rahma...sudah ya, Kamu jangan terlalu memikirkan ucapan dokter tadi yang belum pasti"

"Chan.. Aku ingin bertanya sesuatu pada mu?"

Chandra yang tadinya ingin mandi, kini menghentikan langkahnya, lalu mendekati Rahma dan menjawab,

"Apa yang mau kamu tanya kepada ku"

Rahma menatap wajah Chandra dengan mimik wajah yang serius.

"Kalau dugaan Dokter itu benar, Aku mengidap kanker rahim, apa kamu masih mau menerima Aku sebagai istri Kamu"

Chandra tak mengerti mengapa Rahma bertanya begitu padanya.

"Kamu bicara apa Rahma, Kamu sehat Kamu sakit, kamu tetap Istri Aku, Kamu sebagian hati Aku, hidup ku"

"Tapi sebagian lagi masih pada Asri kan?"

Chandra menundukkan kepalanya kemudian menghembuskan nafasnya lalu berkata,

"Tolong jangan kaitkan soal dugaan penyakit dokter dengan soal Asri, kalau Kamu tanya apa Aku mencintai Kamu, Aku jawab ya. Aku mencintai Kamu"

"Tapi Kamu juga mencintai Asri kan?"

Chandra sepertinya sudah tak mood berbicara dengan Rahma

"Cukup... selama ini, Aku selalu berusaha untuk mengutamakan Kamu, menjadi prioritas, tolong jangan sekali-kali kamu tanya soal perasaan ku untuk Asri, karena sampai kapanpun perasaan Aku untuk Asri akan selalu sama Rahma"

Rahma terdiam tak lagi bertanya, akhirnya dia memang tahu bahwa cintanya untuk Asri masih ada dan sampai kapanpun akan tetap ada.

"Aku mau mandi, jangan bahas soal Asri lagi"

Setelah berbicara seperti itu Chandra langsung meninggal Rahma yang masih duduk diam termenung.

Farhan pun kini sampai di rumah Asri Ia datang memenuhi janjinya mengantar Asri menemui sang Ayah, setelah sampai di kediaman rumah Fery Tanoto Farhan mengetuk pintu rumahnya.

Dan di bukakan lah pintu tersebut oleh Bu Dian ibu dari Farhan.

"Farhan, kamu kok ketuk pintu sih.. Masuk tinggal masuk saja"

Asri yang berada tepat di belakang Farhan kini menggeser langkahnya hingga Bu Dian melihat Asri ada di sebelah Farhan.

"Asri.. Sejak kapan Kamu ada di situ"

Bu Dian bertanya dengan nada cukup jutek.

"Asri mau menjenguk papah, dia rindu sama Papah"

Jawab Farhan menjelaskan kedatangan Asri kesini.

Bu Dian seperti tak suka dengan kehadiran Asri, tapi Bu Dian tetap harus membiarkan Asri bertemu dengan suaminya.

"Papah di dalam.. jangan terlalu lama ya di ajak bicara, karena papah mu itu masih sakit harus banyak istirahat"

Asri hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu berjalan masuk ke kamar Papah nya.

"Papah..."

Panggil Asri dengan wajah yang sumringah tersenyum-senyum, pak Fery yang sedang tiduran pun melirik ke arah pintu, ketika tahu Asri anak perempuannya yang datang Ia pun beranjak bangun untuk duduk, Asri langsung mendekati pak Fery dan membatu Pak Fery duduk.

"Papah, pelan-pelan"

Asri pun tersenyum lalu menanyakan kabar mengenai kesehatan papahnya

"Papah baik-baik saja, Kamu jangan terlalu khawatir, bagaimana kabarmu, dan kabar cucu papah ini"

Asri tersenyum sambil mengelus-elus perutnya.

"Baik Pah, Aku baru saja pulang dari rumah sakit, Aku jadi rindu papah, makannya Aku datang kesini di temani kak Farhan"

Tak lama pak Fery memanggil Farhan untuk masuk kedalam kamarnya. Farhan pun datang dan mendekati Mereka.

"Iya Pah.. Aku disini"

Pak Fery tersenyum melihat kedua anaknya, lalu Pak Fery meminta kepada Farhan juga Asri untuk memeluk dirinya, Farhan dan Asri tak segan-segan untuk memeluk sang Ayah.

"Kalian harus terus rukun ya, biarpun Kalian bukan satu ibu, tapi Kalian adalah Anak papah"

Asri tersenyum begitu juga dengan Farhan, lalu pak Fery berpesan jikalau dirinya sudah tidak berumur lagi, Fery menitipkan Asri kepada Farhan anak sulungnya.

"Aku janji Pah.. Aku akan menjaga Asri juga mamah Anita"

Bu Dian mendengar percakapan Mereka dari balik pintu, rasanya Ia tak terima jika anak laki-laki satu-satunya harus menjaga anak selingkuhan suaminya itu.

Asri mulai menangis ketika mendengar sang papah bicara tentang maut dan umur.

"Papah bicara apa sih.. Papah pasti sembuh, papah pasti bisa"

Pak Fery tersenyum mendengar Asri menyemangati dirinya.

1
Alang Sari
konflik di dalam cerita cukup rumit namun salut bagi penulis bisa menjabarkan dengan detail, dan tersusun rapih
Alang Sari
ceritanya menarik, semakin penasaran
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!