Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelajaran Kecil
Di kehidupan pertamanya, hari ini adalah hari yang dinantikannya.
Putra Mahkota Qian Feng, pria yang sangat dicintainya, datang untuk makan bersama keluarga mereka.
Di dalam aula megah kediaman Jenderal Li, semua orang telah duduk di tempatnya.
Jenderal Li Zhen duduk di kursi utama, Ling Zhi dan Li Zhu duduk di dekatnya dengan pakaian mewah dan senyum manis di wajah mereka. Di sisi lain, Li Yuan dan Li Shimin duduk dengan ekspresi tenang.
Saat Qian Feng tiba, seluruh ruangan hening seketika.
Pemuda itu mengenakan jubah biru tua bersulam emas, auranya begitu berwibawa. Wajah tampannya terlihat begitu tenang, matanya tajam namun sulit ditebak.
Li Mei yang duduk di dekat ayahnya merasa jantungnya berdebar kencang. Dia telah lama mengagumi pria itu. Dia ingin Qian Feng melihatnya.
Menyukainya.
Saat seorang pelayan membawa nampan berisi sup khusus untuk Putra Mahkota, Li Mei tanpa sadar melirik ke arah Qian Feng, matanya dipenuhi harapan.
Namun, saat Li Mei hendak bangkit untuk menuangkan sup sebagai bentuk perhatian, sesuatu terjadi.
Di bawah meja, Li Zhu yang duduk di sampingnya tersenyum licik dan dengan sengaja menjulurkan kakinya.
Tanpa menyadari jebakan itu, Li Mei tersandung.
Tubuhnya oleng ke depan, tangannya mengenai pelayan yang membawa sup panas.
Nampan terlempar, dan dalam hitungan detik, mangkuk sup jatuh tepat mengenai jubah Putra Mahkota.
Ruangan langsung sunyi.
Li Mei membeku di tempatnya, napasnya tercekat.
Wajah Qian Feng tetap tenang, tapi sorot matanya meredup. Dia menatap jubahnya yang basah, sebelum mengangkat kepalanya dan menatap Li Mei.
"Dengan statusmu sebagai putri Jenderal Li, kau benar-benar ceroboh, dasar gadis bodoh," ucapnya dengan suara dingin.
Li Mei yang panik segera berlutut, wajahnya pucat pasi. "Yang Mulia, aku … aku tidak sengaja .…"
Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, suara tegas Jenderal Li Zhen menggema di aula.
"Dasar anak tak berguna! Berani sekali kau membuat kegaduhan di hadapan Putra Mahkota!"
Li Mei menoleh, berharap ayahnya akan membelanya. Namun, yang ia lihat hanyalah tatapan dingin penuh amarah.
"Ayah, aku tidak sengaja .…" suara Li Mei gemetar, matanya memohon.
Namun, Jenderal Li Zhen tidak tergerak sedikit pun.
"Pengawal!" suaranya menggelegar. "Cambuk dia sepuluh kali, cambukan papan agar dia belajar cara bersikap sopan!"
Jantung Li Mei seakan berhenti berdetak. Dia menoleh ke arah Qian Feng, berharap pria itu akan membelanya.
Namun, Putra Mahkota hanya meliriknya sekilas sebelum mengalihkan pandangannya, seolah dia hanyalah makhluk tak berarti.
Tanpa sedikit pun rasa kasihan. Saat itu, Li Mei merasa dunianya runtuh. Tubuhnya diseret keluar oleh para pengawal.
Dan di hadapan semua orang—termasuk para pelayan yang berbisik di sudut aula, saudara-saudaranya yang hanya menonton, serta Li Zhu yang menyembunyikan senyum puas di balik lengan bajunya—Li Mei menerima hukuman cambuk.
Setiap cambukan menghantam punggungnya dengan kejam, meninggalkan luka yang terasa lebih menyakitkan daripada penghinaan yang ia terima.
Hari itu, Li Mei belajar satu hal. Cinta yang ia berikan pada Qian Feng tidak berarti apa-apa.
Keluarganya tidak akan pernah membelanya.
Dan dia ... hanyalah alat yang bisa mereka buang kapan saja.
Li Mei mengerjapkan matanya.Dia telah sampai di depan aula jamuan makan.
Namun, kali ini, tidak ada lagi debaran gugup di dadanya. Tidak ada lagi harapan yang memenuhi pikirannya.
Dia bukan lagi gadis bodoh yang mencari perhatian seorang pria yang tidak peduli padanya.
Dia adalah Li Mei yang baru.
Li Mei melangkah masuk ke aula jamuan makan dengan tenang. Tatapan semua orang segera tertuju padanya, terutama Putra Mahkota Qian Feng dan Jenderal Li Zhen.
Dengan sikap anggun, Li Mei memberikan hormat pada keduanya, suaranya terdengar sopan namun tanpa rasa kagum seperti dulu.
"Hormat pada Putra Mahkota, hormat pada Jenderal," ucapnya dengan datar.
Qian Feng mengerutkan keningnya. Biasanya, gadis ini akan berusaha duduk di dekatnya, mencari perhatiannya dengan cara yang menjengkelkan. Tapi kali ini, dia malah duduk jauh darinya, seolah kehadirannya tidak ada artinya.
Jenderal Li Zhen juga tampak sedikit heran, tapi tidak berkata apa-apa.
Makanan mulai dihidangkan. Suasana di dalam aula cukup tenang, hanya terdengar suara alat makan yang beradu dengan piring.
Namun, sesekali, tatapan mereka melirik ke arah Li Mei dengan penuh rasa penasaran.
Li Yuan dan Li Shimin yang duduk di sisi kanan Jenderal Li Zhen juga sesekali melirik adik mereka dengan penuh keraguan.
Sedangkan Ling Zhi dan Li Zhu menahan ketidaksukaan mereka.
Li Zhu menggigit bibirnya. Dia tidak suka melihat Li Mei duduk tenang seperti itu, seolah dia tidak peduli dengan kehadiran Putra Mahkota.
Biasanya, Li Mei akan melakukan sesuatu yang bodoh untuk menarik perhatian pria itu, dan akhirnya mempermalukan dirinya sendiri.
Tapi kali ini?
Li Zhu tidak bisa membiarkan ini terjadi. Sebuah ide licik muncul di benaknya. Dia ingin membuat Li Mei cemburu.
Dengan senyum lembut, Li Zhu mengambil mangkuk sup di hadapannya, lalu berdiri dengan gerakan anggun. "Yang Mulia," ucapnya dengan suara manja, "Sup ini dibuat dengan bahan terbaik, sangat baik untuk kesehatan. Izinkan saya menuangkan untuk Anda."
Tatapan semua orang tertuju pada Li Zhu yang terlihat penuh perhatian.
Li Mei yang melihat ini hanya tersenyum tipis di dalam hati. Jadi kau ingin memainkan permainan ini? pikirnya sinis.
Jika di kehidupan pertamanya dia yang dijebak dan dipermalukan, maka kali ini, dia akan membalikkan keadaan.
Dengan gerakan halus, Li Mei mengangkat jarinya sedikit di bawah meja.
Elemen angin yang tidak terlihat mulai berputar di bawah kaki Li Zhu.
Saat gadis itu hendak melangkah lebih dekat ke arah Putra Mahkota, tiba-tiba tubuhnya oleng.
"Aaahh!"
Li Zhu kehilangan keseimbangannya dan jatuh ke depan, tepat ke arah meja makan.
Grebuk!
Suara mangkuk sup yang terjatuh menggema di ruangan. Cairan panas itu tumpah langsung ke wajah Qian Feng, dan juga membasahi jubah biru tua mewahnya.
Ruangan langsung membeku. Semua orang menahan napas mereka.
Li Zhu yang kini terduduk di lantai dengan wajah pucat pasi langsung menundukkan kepala, tangannya gemetar.
Sedangkan Qian Feng, pria yang biasanya memiliki ekspresi tenang dan berwibawa, kini wajahnya mengeras dengan sorot mata yang sangat dingin.
Hening.
Tak seorang pun berani berbicara.
Jenderal Li Zhen terdiam, wajahnya mengeras melihat kejadian ini.
Li Yuan dan Li Shimin yang awalnya menikmati makanan mereka langsung menegang, tatapan mereka tidak percaya pada Li Zhu.
Sedangkan Ling Zhi, ibu Li Zhu, terlihat panik.
Li Mei, yang duduk dengan tenang di tempatnya, hanya menunduk sedikit untuk menyembunyikan senyum kecilnya.
"Akhirnya, kau menggantikan posisiku, Li Zhu."
Jika di kehidupan pertamanya dia yang dijebak dan dihukum cambuk karena hal ini, maka sekarang ... orang yang menjebaknya harus merasakan sendiri akibatnya.
Qian Feng dengan perlahan meletakkan sumpitnya, lalu mengambil serbet dengan gerakan yang sangat terkendali untuk mengelap wajahnya.
Namun, semua orang bisa merasakan aura dingin yang mulai merayap di ruangan.
Matanya menatap tajam ke arah Li Zhu yang masih terdiam ketakutan di lantai.
"Kau ...." suaranya terdengar dingin dan berbahaya.
Li Zhu segera membungkuk lebih dalam, suaranya bergetar saat berbicara. "Y—yang Mulia ... a—aku tidak sengaja ...."
Qian Feng tidak langsung merespons, tetapi tatapannya jelas tidak menunjukkan toleransi.
Jenderal Li Zhen segera berdehem dan menegakkan tubuhnya. "Yang Mulia, mohon maaf atas kelancangan anak saya. Dia pasti tidak sengaja—"
Namun, sebelum Jenderal Li Zhen bisa menyelesaikan ucapannya, Qian Feng sudah bangkit dari tempat duduknya.
"Aku tidak suka kecerobohan," ucapnya singkat.
Semua orang terdiam.
Qian Feng menatap Li Zhu dengan pandangan tajam, sebelum akhirnya mengalihkan perhatiannya ke Jenderal Li Zhen.
"Aku akan kembali ke istana. Tidak perlu mengantar."
Setelah berkata demikian, pria itu berbalik dan berjalan keluar tanpa melihat ke belakang.
Tatapan semua orang langsung beralih ke arah Li Zhu yang masih berlutut dengan wajah pucat.
Li Zhu menunduk dalam, tubuhnya gemetar.
Sedangkan Li Mei, yang sejak awal hanya diam, akhirnya mengangkat cangkir tehnya dengan tenang dan menyeruputnya perlahan.
"Ini jauh lebih menyenangkan dibandingkan kehidupan pertamaku," pikirnya dalam hati dengan senyum tipis.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt