Kalian semua adalah keluarga yang paling berarti dalam hidupku. Bersama kalian, aku merasa lengkap, aman dan dicintai. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan tapi satu hal yang pasti, aku akan selalu menyayangi kalian. Kalian adalah rumahku dan aku akan selalu kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moonlightaura09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Ingin Tahu
Satu minggu telah berlalu sejak percakapan penuh teka - teki malam itu. Alanz masih bungkam tentang masa lalunya dengan Luna, mantan kekasihnya. Gerson yang semakin penasaran, merasa tidak bisa lagi menahan diri. Ia tahu, ia harus mencari tahu kebenaran yang disembunyikan Alanz.
Dengan keberanian yang dikumpulkannya, Gerson menghampiri Alanz di ruang kerjanya. Alanz tampak serius dengan pekerjaannya, tetapi Gerson tahu bahwa ia tidak bisa menunda lebih lama lagi.
Gerson : ( memulai suaranya mantap ) Abang alanz aku ingin bertanya tentang Luna.
Alanz menghela napas panjang dan menghentikan pekerjaannya. Ia tahu pertanyaan ini akan datang, cepat atau lambat.
Alanz : Abang tahu kamu penasaran, tapi Abang tidak yakin ini waktu yang tepat untuk membicarakannya.
Gerson : Kenapa tidak? Sudah satu minggu berlalu dan abang masih belum menceritakan apa pun. Aku berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara abang dan Luna.
Alanz terdiam sejenak, menimbang - nimbang kata - katanya.
Alanz : Ini bukan hanya tentang abang dan Luna. Ini juga tentang Erni.
Gerson : Justru itu masalahnya! Kenapa Erni tidak boleh tahu tentang hubungan abang dengan Luna? Apa yang abang sembunyikan darinya?
Alanz : ( menghela napas lagi ) Abang tidak menyembunyikan apa pun darinya. Abang hanya ingin melindunginya.
Gerson : Melindungi dari apa? Dari kenyataan bahwa abang pernah mencintai wanita lain?
Alanz : ( dengan nada serius ) Bukan hanya itu. Ada hal lain yang lebih rumit. Sesuatu yang tidak bisa Abang ceritakan padamu.
Gerson : Kenapa tidak bisa? Apa aku tidak bisa dipercaya?
Alanz : Bukan begitu, Gerson. Ini terlalu berat untukmu. Abang tidak ingin kamu ikut terbebani dengan masalah ini.
Gerson : Aku tidak peduli seberapa beratnya. Aku ingin tahu kebenaran. Aku ingin tahu kenapa abang begitu tertutup tentang masa lalu abang dengan Luna.
Alanz menatap Gerson dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia melihat tekad yang kuat di mata adiknya itu. Ia tahu, ia tidak bisa lagi menghindar dan alanz terpaksa berbohong demi kebaikannya karena alanz tidak ingin adiknya terlibat dalam urusan pribadinya.
Alanz : Baiklah, Abang akan menceritakan semuanya padamu. Tapi kamu harus berjanji untuk tidak memberitahu Erni apa pun.
Gerson : ( mengangguk dengan cepat ) Aku berjanji bang.
Alanz mulai bercerita. Ia menceritakan tentang hubungannya dengan Luna, tentang cinta dan kebahagiaan yang pernah mereka rasakan, tentang pertengkaran dan kesalahpahaman yang akhirnya memisahkan mereka. Ia juga menceritakan tentang alasan mengapa ia tidak ingin Erni mengetahui tentang Luna.
Gerson mendengarkan dengan seksama, tanpa menyela. Ia terkejut mendengar semua yang diceritakan Alanz. Ia tidak menyangka bahwa masa lalu Alanz begitu rumit dan menyakitkan.
Setelah Alanz selesai bercerita, Gerson terdiam sejenak. Ia mencoba mencerna semua informasi yang baru saja ia dengar.
Gerson : Aku mengerti sekarang, tapi aku masih tidak setuju dengan keputusan abang untuk menyembunyikan kebenaran dari Erni. Dia berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Alanz : Abang tahu, tapi aku belum siap untuk memberitahunya. Mungkin suatu saat nanti, ketika dia sudah lebih dewasa dan bisa menerima semuanya.
Gerson menghela napas. Ia tahu, ia tidak bisa memaksa Alanz untuk mengubah keputusannya. Ia hanya bisa berharap bahwa suatu saat nanti, Erni akan mengetahui kebenaran dan bisa menerima masa lalu Alanz.
Alanz menghela napas, mencoba mengalihkan topik pembicaraan yang semakin sensitif.
Alanz : ( berusaha terdengar santai ) Sudahlah, kamu juga sudah tahu kan sekarang. Urusin aja pacarmu itu. Siapa namanya, abang lupa.
Gerson tersenyum mendengar pertanyaan Alanz.
Gerson : ( menggodanya ) Namanya Rachel, Abang. Masa lupa sama calon adik ipar sendiri.
Alanz : ( mencoba menunjukkan antusiasmenya ) Makanya ajak ke sini biar kita semua mengenalnya.
Gerson : ( sedikit mengelak ) Nanti ah, Bang. Lagi sibuk si Rachel-nya.
Ia belum siap untuk memperkenalkan Rachel kepada keluarganya, terutama dengan segala drama yang sedang terjadi.
Alanz mengangguk - angguk, meskipun ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Gerson. Ia tahu adiknya itu memiliki alasan tersendiri untuk menunda pertemuan tersebut. Namun, ia memutuskan untuk tidak memaksa dan memberikan waktu kepada Gerson.
Alanz : Ya sudah, terserah kamu saja yang penting kamu bahagia.
Gerson tersenyum lega mendengar jawaban Alanz. Ia bersyukur memiliki abang seperti Alanz yang selalu mendukungnya, meskipun kadang - kadang menyebalkan.
Gerson : ( tulus ) Makasih ya, Bang.
Alanz : ( menepuk pundaknya ) Sama - sama. Sekarang, lebih baik kita lupakan masalah Luna dan fokus pada masa depan.
Gerson mengangguk setuju. Ia tahu Alanz benar. Mereka tidak bisa terus - menerus terperangkap dalam masa lalu. Mereka harus move on dan membangun masa depan yang lebih baik.
Gerson : Oke Bang, mulai sekarang aku akan fokus pada Rachel dan masa depanku.
Alanz tersenyum puas mendengar jawaban Gerson. Ia senang melihat adiknya itu akhirnya bisa move on dan menemukan kebahagiaannya sendiri.
Alanz : Bagus, sekarang mari kita kembali bekerja.
Gerson mengangguk dan kembali ke ruang studionya yang letaknya tak jauh dari kamarnya. Ia merasa lebih ringan setelah berbicara dengan Alanz. Beban tentang masa lalu kakaknya sedikit terangkat, meskipun ia masih merasa khawatir tentang Erni. Ia tahu, ia tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi ia bisa belajar darinya dan membangun masa depan yang lebih baik bersama Rachel.
